Nineteen

29.1K 4K 165
                                    

Suhu udara di pagi itu sangat dingin, namun seorang pemuda yang sedang duduk di meja makan membuat rasa dinginnya itu hilang. Tentu saja, karena Avellyn marah.

"Lo ngapain masih subuh udah di rumah gue?!" ujar Avellyn frustasi.

"Ajakin lo lari pagi, biar sehat" jawabnya santai.

Avellyn mengacak rambutnya kesal "Kalo gitu kenapa ga kasih tau kemarin?" gadis itu mencoba sabar, namun senyuman menyebalkan yang Falco keluarkan membuat tingkat kesabarannya hampir habis.

"Gue kan udah bilang kemarin, lo lupa?"

"Tapi kan gue kira siang Fal"

Falco mengangkat kedua bahunya tak peduli "Cepet siap-siap, keburu siang" ujarnya santai.

Gadis itu melirik jam dinding yang ada di ruang tamu, ia lalu berdecak pelan. Tanpa berbicara apapun, Avellyn pergi ke kamarnya segera bersiap. Mama Avellyn kembali dari dapur sambil membawakan segelas susu dan roti untuk Falco yang kini sedang menunggu dengan tenang.

"Tante kira siapa pagi-pagi udah datang" ujarnya sambil terkekeh.

Falco tersenyum ringan "Maaf ganggu waktunya tan, anak tante ngangenin sih hehe" ujarnya membuat wanita paruh baya itu tertawa.

"Padahal anaknya nyebelin gitu, tapi bagus sih kamu ajak dia olahraga daripada tiduran terus"

Mereka berbincang selama beberapa menit hingga Avellyn kembali dengan wajah sebalnya "Kuping aku panas, jangan ngomongin terus. Bisa-bisa kebakar" ujarnya lalu mengambil sehelai roti yang sudah disiapkan oleh mamanya.

"Ayo kak" ajak Avellyn setelah memakan rotinya.

Falco mengangguk pelan dan ikut beranjak, mereka berpamitan terlebih dahulu hingga akhirnya berjalan beriringan keluar rumah.

"Loh kita jalan sampai ke taman?" tanya Avellyn saat pemuda itu dengan santai melewati motor hitam yang terparkir di halaman rumahnya.

"Iya, namanya juga lari pagi bukan berkendara pagi"

"Tapi kan pulangnya cape Fal" protes gadis itu.

"Kalo cape istirahat sayang"

Merasa perdebatan mereka tak berguna, akhirnya Avellyn melangkah terlebih dahulu meninggalkan Falco di belakang membuat pemuda itu tertawa kecil dan segera menyusul Avellyn.

Baru saja mereka sampai, Avellyn sudah berkeringat dan terengah. Gadis itu mendudukan dirinya di kursi taman, udara pagi yang sangat sejuk masuk kedalam paru-parunya.

"Cemen banget, baru juga sampai"

Mendengar itu, Avellyn hanya berdecih dan tak menghiraukan ucapan Falco. Belum tiga menit ia mendudukan dirinya, tangannya sudah kembali ditarik oleh pemuda menyebalkan itu membuat dirinya harus kembali bangkit.

"Ayo lari, keburu panas Vel"

"Bicit bingit"

Dengan pasrah, akhirnya Avellyn berlari mengikuti Falco. Banyak juga orang-orang disana yang sedang berlari pagi, setelah lima putaran maka taman itu semakin ramai. Matahari mulai bersinar terik membuatnya sedikit kepanasan, jalannya semakin melambat diiringi nafas yang memburu.

Gini nih kalo udah lama ga olahraga, anjim cape banget batin Avellyn.

Falco menoleh kebelakang, melihat Avellyn yang semakin jauh darinya. Pemuda tampan itu melambatkan laju larinya hingga kembali bersampingan dengan Avellyn, seringai khas miliknya mulai muncul.

"Nyerah?" tanyanya membuat gadis itu mendelik.

"Panas ah, cape"

"Dua putaran lagi, nanti gue turutin apa yang lo mau"

I Became the girlfriend of an Antagonist [END]Where stories live. Discover now