Eleven

47.9K 5.3K 75
                                    

Dan benar saja, beberapa hari setelahnya Falco datang ke rumah gadis itu di waktu libur. Pemuda itu mengetuk pintu rumah Avellyn dengan sangat rusuh membuat gadis yang memang sedang sendirian di rumah itu menggeram kesal. Kedua orangtuanya sudah pergi sejak tadi pagi dan berkata akan kembali nanti malam.

Tok tok tok

"Sayang! Main yuk" ujar Falco tak tahu malu.

Pintu terbuka, menampilkan raut datar Avellyn. Gadis itu menggunakan pakaian santainya, terlihat wajahnya yang terlihat lemas karena tidur siangnya diganggu oleh pemuda di hadapannya itu.

"Ngapain kesini?"

"Ngajak lo kencan"

"Sekarang?"

Pemuda itu mengangguk dengan senyum menyebalkan miliknya, Avellyn mendengus kesal. Matanya menatap tajam pada pemuda itu "Tunggu disini! Dirumah gue lagi ga ada siapa-siapa jadi ga usah masuk lo!" ujarnya lalu langsung menutup pintu itu dengan kencang membuat Falco terkekeh pelan.

Falco menunggu gadis itu dengan sabar, cuaca yang cerah seolah mendukungnya untuk pergi berjalan-jalan keluar. Tak lama pintu rumah itu kembali terbuka, menampilkan seorang gadis yang kini sudah mengganti pakaiannya.

Gadis itu hanya memakai sweater oversize serta celana jeans hitam panjang, yang jelas terlihat sekali Avellyn sangat malas untuk sekedar berjalan keluar. Wajahnya hanya diberi make up tipis, karena ia sadar wajahnya memang sudah cantik.

"Mau kemana sih?"

Mereka berjalan menuju motor Falco, tak lupa Avellyn memakai helmnya terlebih dahulu. Panas matahari yang cukup terik membuat matanya menyipit, kulitnya terasa terbakar.

"Wahana bermain" jawab Falco santai.

"Lo pikir gue bocah?"

Pemuda itu tak menjawab, memilih untuk melajukan motornya pergi keluar dari gerbang rumah Avellyn. Sepanjang perjalanan, gadis itu menggerutu tidak jelas. Karena ia sedikit takut bermain wahana seperti itu, dulu saja ia menangis saat bermain bersama temannya.

Falco hanya tersenyum kecil sambil mendengarkan dengan baik kata-kata makian yang dilontarkan oleh Avellyn, butuh waktu beberapa lama agar akhirnya mereka sampai di tempat tujuan.

Udah berapa tahun gue ga ke tempat beginian batin Avellyn sambil menatap pemandangan dihadapannya.

Suara teriakkan orang-orang yang sedang menaiki wahana ekstrim terdengar riuh, membuat gadis itu bergidik.

"Fal balik yuk" ajaknya yang langsung dijawab gelengan oleh Falco.

"Kita baru sampai sayang"

Avellyn berdecak kesal saat tangannya digenggam oleh Falco, pemuda itu membawanya masuk lebih dalam. Tatapan ngeri ia lontarkan sepanjang ia melangkah, dan pemuda itu berhenti di tengah keramaian orang yang berlalu lalang.

"Mau coba naik apa dulu?" ia bertanya dengan senyum lebarnya, seolah tahu bahwa Avellyn sedang ketakutan.

"Kok diem?"

Pemuda itu perlahan mendekatkan wajahnya pada Avellyn "Katanya ini mainan bocah" bisiknya pelan.

Mampus gue batin Avellyn.

"Y-yaudah hayuk, gue ngikut lo mau naik apa?"

Langsung saja Falco menarik Avellyn ke salah satu wahana yang cukup ekstrim, seringainya terbit setelah mereka sampai. Jantung Avellyn berdetak kencang, pikirannya sudah tak bisa fokus.

"Takut?"

"E-engga! Cemen banget, gini doang mah kecil" ujar Avellyn sambil terkekeh paksa.

Sudah bisa di tebak, setelahnya gadis itu langsung memuntahkan isi perutnya saat mereka sudah kembali turun. Avellyn menatap cermin dihadapannya, ia tadi berlari kencang meninggalkan Falco ke dalam toilet.

I Became the girlfriend of an Antagonist [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang