Three

89.3K 9.5K 400
                                    

Waktu berlalu begitu cepat, bel pulang baru saja berbunyi. Dengan cepat aku membereskan alat tulis dan buku milikku, Zeval yang sudah merapihkan alat tulisnya dari awal langsung berpamitan padaku. Tentu saja ia pasti akan menghampiri Aiden–tokoh utama pria.

Baru saja aku menginjakkan kaki di depan pintu kelas, Falco sudah berada di hadapanku. Ia bersandar santai pada tembok, kedua tangannya dimasukkan ke dalam saku celananya. Lagi, mataku terasa silau melihatnya.

Silau woi, ga usah kegantengan napa?

Saat mata kami bertemu, pemuda itu menyeringai lalu berjalan menghampiriku "Hari ini lo selalu bikin gue nunggu lama" setelah berujar, ia merangkul bahuku membuat badanku tersentak kaget.

Melihat perubahan sikapnya membuatku mencoba mengingat kembali hal tentang pemuda itu, dan benar saja aku ingat sebenarnya Falco memiliki sifat sangat ramah, selalu tersenyum, dan membuat banyak harapan pada setiap gadis yang mendekatinya. Kata-kata manisnya mampu meluluhkan belasan wanita dalam satu hari.

Namun pemuda itu akan berubah 180° jika ia sudah dibuat marah, contohnya seperti membuatnya menunggu lama. Falco sangat tak sabaran, hingga ia sangat membenci menunggu. Jadi pantas saja sikapnya tadi pagi sangat dingin.

"Maaf" ujarku pelan.

"Kalo gitu, lo harus temenin gue makan sekarang"

Pemuda itu memberikan helmnya padaku, aku langsung memakainya dengan cepat. Merasa tak mendapatkan jawaban, ia kembali membalikan badannya.

"Mau kan, sayang?" ia tersenyum teramat manis, wajahnya hanya beberapa centi di depanku membuatku menahan napas sejenak.

Kalo lo ga akan bunuh gue di masa depan, udah mati gue kena damage lo yang ga ngotak ini.

Wajah tampannya terlihat berkali lipat lebih menawan saat tersenyum seperti itu, tak heran ia menjadi tokoh antagonis yang hampir setara dengan kepopuleran tokoh utama pria.

Aku langsung mengangguk cepat, membuat senyumnya semakin mengembang. Setelah kami berdua duduk diatas motor, ia menyalakan mesin motornya dan segera melajukan motornya keluar dari gerbang sekolah.

Ternyata Falco membawaku ke sebuah tempat makan yang tak jauh dari sekolah, disana banyak anak muda seperti kami yang sedang bersantai disana. Sudah dipastikan tempat ini adalah tongkrongan para anak muda yang sedang dalam masa pubertas.

Kami memilih tempat duduk yang kosong di dekat jendela, Falco segera memesan makanan. Dan benar saja, ia hanya memesan untuk dirinya sendiri. Benar-benar bocah tengik tidak beradab.

Aku hanya diam menunggunya menyelesaikan makannya, sedari tadi pandanganku jatuh pada jalanan diluar jendela. Namun saat ku beralih dan memperhatikan keadaan dalam kafe, ternyata banyak wanita yang memperhatikan kami. Ah tidak, lebih tepatnya memperhatikan Falco dengan tatapan menggelikan.

Saat menyadari ada seorang siswi yang akan berjalan menghampiri meja kami, aku segera berdiri membuat Falco menatapku bingung "Aku mau ke toilet sebentar" ujarku, ia mengangguk singkat dan kembali melanjutkan makannya.

"Sadar woi sadar! Lo harus cari cara biar lo bisa keluar dari dunia ga masuk akal ini tanpa kehilangan nyawa lo sendiri!" ujarku sambil menepuk pipiku beberapa kali.

Pantulan cermin dihadapanku membuat semua hal yang terjadi ini sangat nyata, tubuh Avellyn yang sangat berbeda dengan tubuhku membuatku merasa sangat aneh. Aku membasuh wajahku dengan sir keran, membuat wajah muram milikku kembali terasa segar.

Akhirnya aku memilih kembali ke mejaku, namun langkahku terhenti melihat pemandangan yang tak jauh dariku.

"Bagus banget tuh bocah, ditinggal sebentar udah nyari cewek baru buat nemenin dia makan" gumamku pelan.

I Became the girlfriend of an Antagonist [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang