Salah Satu dari Sekian Banyak Kartu

Start from the beginning
                                    

Dolphy refleks menegapkan badan, dicecar pertanyaan demikian banyak membuat dia pun ikut penasaran. "Uh, kurasa Adyth dan Dj tidak mungkin kepikiran untuk menggali lebih lanjut macam kau. Kalau informasi itu sebegitu penting, kenapa tidak kau saja yang pergi ke sana?"

Lutut Dolphy ditepuk satu kali, keras sampai menimbulkan suara. "Karena ada kau dan Ilman yang langsung ke tempat Gilda! Kalau kita bisa tanya langsung ke orang yang memberikan kode membingungkan itu, kenapa harus khawatir kehilangan petunjuk lain?" dari wajah murung Dolphy sebetulnya Naufal sudah bisa lebih dulu tahu kalau investigasinya tidak berakhir dengan baik. "Ada masalah?" tanya Naufal lagi. "Kalian tidak ketemu dengan Gilda?"

"Ketemu—sebetulnya, tapi bukan Gilda yang kemarin memberikan kita kode. Wajahnya, rambutnya—sama persis dengan orang yang kemarin datang ke sekolah. Anehnya, dia bersikeras kalau kemarin tidak meninggalkan desa! Buruknya lagi, dia terakhir ketemu dengan Putri dan Emilia itu di bulan Januari kemarin, lalu putus kontak begitu saja. Emilia meninggal pun dia tidak tahu! Sempat aku tanya juga apa dia tahu sesuatu—semacam motif kenapa Emilia bisa jadi target pembunuhan. Tidak menjawab dia, hanya memalingkan muka yang menurutku—mencurigakan."

"Apa reaksi pertama Gilda saat tahu Emilia tewas terbunuh?"

Melotot mata Dolphy pada sang kapten. Mungkin dia kesal karena Naufal malah fokus ke hal lain; karena menurut Dolphy yang seharusnya dibahas duluan adalah sosok misterius Gilda yang kedua. "Sikap biasa orang saat kehilangan mereka yang dicintai: langsung menangis dan meratap. Oh, dan aku yakin sedihnya tidak main-main, Fal. Dia sampai pingsan!"

Mendengar itu, Naufal malah tersenyum lebar seolah baru saja mendapatkan berita baik. "Tidak perlu repot-repot curiga kalau begitu, sudah pasti Gilda ini tahu alasan kenapa Emilia terbunuh. Ah, lebih dari itu; malah menurutku Gilda dari awal sudah tahu kalau Emilia memang terancam dibunuh seseorang. Kau penasaran kenapa aku bisa tahu? Karena respon pertamanya, Phy. Coba bayangkan kalau besok pagi kau dapat kabar kalau aku sudah meninggal karena dibunuh oleh seseorang. Apa reaksi pertama yang kau buat?"

"Terkejut? Kau bukan orang yang mudah dibunuh, kita tahu itu. Siapa yang bunuh? Kapan? Di mana?"

"Benar, seperti itu! Reaksi pertama seharusnya berupa pertanyaan! Ini juga yang aku temukan dari ibunya Emilia, Phy. Dia sama sekali tidak menyinggung apapun tentang sebab kematian anaknya, padahal seluruh jari tangan diputus dengan sangat rapi oleh pelaku. Yang lebih mencurigakan adalah media, Phy. Hal mengerikan begini, sama sekali tidak terendus wartawan pencari berita—mustahil! Di kota penuh wartawan gila macam Easterham mustahil kasus pembunuhan Emilia tidak menarik minat mereka. Kau tahu apa artinya, kawan? Kasus ini pastilah ditutupi dengan sangat rapat oleh seseorang—atau mungkin sekelompok orang."

"Masuk akal sih," tanpa sadar Dolphy menganggukkan kepala. "Namun, kalau kita pikir ulang—Emilia ini bukan siapa-siapa, kan? Hanya selebgram dan model belia yang sedang naik daun, kematian dia tidak akan berujung kesulitan untuk siapapun."

"Kita tidak pernah tahu rahasia apa yang orang lain miliki, Phy," ujar Naufal seraya mengulurkan sebuah bungkusan kecil kain.

Tanpa rasa curiga, Dolphy membuka bungkusan itu. Merinding, gemetar—betapa terkejutnya dia saat mendapati jari manusia yang ada di dalam bungkusan. Kaget, refleks tangannya melempar kemudian bangki berdiri untuk memberikan tatapan kesal pada sang kapten. "Apa itu tadi?! Bahan bercandamu yang baru?!"

Terkekeh Naufal saat memungut kembali jari yang tadi dilemparkan. "Aku temukan ini di dalam brankas kecil di kamar Emilia. Terlihat asli, eh?" diangkatnya jari itu sejajar dengan cahaya bulan. Hendak menerawang, mungkin? Pikir Naufal mungkin jari asli dan jari palsu bisa dibedakan seperti kita membedakan uang kertas. "Jari tangan manusia bukan sesuatu yang normal dikoleksi orang. Pun memotong semua jari bukan sesuatu yang normal dilakukan pembunuh. Kau tahu apa artinya, Phy? Sepertinya Emilia terlibat dengan sesuatu yang sangat menarik," tersenyum si Naufal, membuat penjelasan yang dia berikan makin tidak enak masuk telinga. "Ayo, ikut aku, kawan. Kita coba runut kejadiannya supaya makin jelas ke arah mana kita harus lanjut menganalisa."

Opera Berdarah (Story Series of Six Elves)Where stories live. Discover now