CHAP 15 🍭İnspect

Mulai dari awal
                                    

Begitu pintu toilet terbuka, Aluna melangkahkan kakinya menuju wastafel, segera mencuci wajahnya dan menepuk-nepuk kedua pipi.

"Lupain cowok gila itu, Lun! Lupain!" gumamnya terus menerus sambil menatap pantulan dirinya di dalam cermin. "Mana mungkin dia sekolah di sini, dia nggak bisa ngomong Indonesia," ucapnya lagi, lalu mengambil tisu dan mengeringkan tangan serta wajahnya.

Aluna menarik napasnya dalam, mengembuskannya perlahan dan mengulangnya beberapa kali. Setelah merasa tenang, gadis itu melirik jam tangannya, dia harus segera kembali ke kelas jika tidak mau Kelio mendapat masalah. Jadinya gadis itu segera berlari keluar, tepat saat itu juga pundaknya saling bertabrakan dengan orang yang berbelok ke arah Aluna. Mereka sama-sama mundur beberapa langkah, menjaga keseimbangan.

"Maaf gue buru--" suara Aluna mendadak terhemti begitu bola matanya terangkat ke atas, dia meneguk ludahnya susah payah begitu menemukan sosok lelaki dengan hoodie hitam serta tudungnya yang menutupi setengah wajah. Sesaat Aluna tertegun, penampilan lelaki di hadapannya sama persis dengan lelaki misterius malam itu. Hanya warna hoodie saja yang berbeda.

Dan selama seminggu ini Aluna memperhatikan, murid baru itu tetap memakai hoodie di lingkungan sekolah, bahkan tudungnya selalu ditutup entah karena alasan apa. Yang pasti, Aluna tidak menyangka dia akan bertemu dengannya di sini.

Mendadak Aluna tidak bisa bergerak, tubuhnya seolah-olah terkunci. Ingin sekali berlari, tapi rasa perih yang terasa dipinggangnya kembali teringat, dan ancaman lelaki itu sekarang langsung memenuhi kepala Aluna. Dia lemas, dia gemetar ketakutan. Apa jangan-jangan lelaki itu ingin mengincar Aluna? Dan menuntaskan masalah malam itu dan segera melenyapkan Aluna?

"Why?"

Aluna mengerjap, satu kakinya otomatis bergerak mundur satu langkah begitu mendengar pertanyaan yang keluar dari mulut lelaki tadi. Jika diingat kembali, lelaki misterius malam itu juga menggunakan bahasa Inggris 'kan? Walaupun nada suaranya terdengar berbeda, tetap saja keringat Aluna langsung bercucuran deras mengenai dahi. Jantungnya berdetak sangat kencang, sekarang Aluna bersiap untuk berlari.

Karena tidak salah lagi, lelaki di depannya adalah lelaki misterius itu!

Hanya saja, saat tubuh Aluna hendak memutar, lelaki di depannya berjalan lebih dulu menghampiri Aluna.

Aluna berteriak dengan mata terpejam, tangannya mencakar-cakar udara di depannya. "PERGIII!!! AAAAAAAAAA LO MAUU NYULIK GUEEEE?!!"

Aluna menduga jika lelaki itu akan segera membekap mulutnya, lalu membiusnya menggunakan sapu tangan dan mengangkutnya menuju mobil. Seribu satu cara untuk pertahanan otomatis terpikirkan, namun sayang, tidak terjadi apapun selain Aluna yang mendengar suara kekehan pelan di samping kirinya.

Aluna membuka mata, di depannya tidak ada apa-apa. Kecuali di samping kirinya yang sudah terdapat lelaki dengan hoodie hitam tadi.

"Aneh."

Menoleh ke samping kiri, Aluna melotot saat mendengar suara barusan. Dia dan lelaki tadi saling melirik satu sama lain, walaupun mata lelaki itu masih terhalang hoodie-nya. Aluna mengernyit, lalu segera menegapkan tubuhnya begitu lelaki tadi melangkah menjauh dari Aluna.

Embusan napas kasar berhasil lolos dari mulut Aluna, gadis itu menyeka keringat di keningnya. "Dia nggak jadi nyulik gue 'kan?"

🍭

"Luna, ada masalah apa?" Danis meniup pelan coklat panas yang baru saja Aluna buatkan untuknya. Malam dingin seperti ini, sangat cocok menikmati coklat panas, apalagi setelah pulang kerja. Danis membutuhkan tenaga untuk besok hari. Namun, melihat kondisi Aluna yang sedari tadi terlihat tidak tenang, Danis jadi tidak bisa menikmati coklat panasnya.

Aluna terlihat beberapa kali tidak fokus, menumpahkan air saat hendak memasak mie, hampir memasukkan bungkus mie ke dalam air rebusannya, bahkan mie yang sudah matang akan dituangkan ke wastafel jika saja Danis tidak memperhatikan.

"Apanya, Yah?" Aluna duduk di kursi tepat di hadapan Danis, menyimpan mangkuknya di meja makan lalu dia kembali ke dapur untuk mengambil segelas air.

Danis mengembuskan napas pelan, lalu berkata, "kamu kurang fokus dari tadi. Kerjaan kamu lancar? Ada sesuatu sama İo?"

Aluna mengangkat satu alisnya. "Sejak kapan ayah manggil Kelio jadi İo? Udah ketemu?"

Danis mengangguk. "Udah, tadi sore dia ke kantor cuman kamu nggak ikut 'kan?" Danis mengerjap, dia sadar Aluna malah mengalihkan topik obrolan, dengan segera dia berdeham, menatap Aluna dengan serius. "Luna, jawab Ayah. Kamu lagi mikirin apa? Ada masalah?"

Aluna yang baru saja duduk itu menghela napas pelan, kemudian menggelengkan kepala. "Banyak tugas sekolah, hampir nggak bisa ngerjain soalnya nggak ada waktu," jawabnya tentu saja dengan kebohongan. Aluna tidak ingin Danis mengetahui insiden malam itu. Aluna takut jika Danis akan khawatir berlebihan padanya, setelah itu Danis pasti tidak akan bisa tenang, banyak pikiran dan lain sebagainya. Aluna tahu, Danis itu tidak bisa jika tidak memikirkan satu hal yang mengganggu, apalagi mengenai anaknya, Aluna sendiri.

"Apa ayah minta kurangin waktu kamu asuh İo aja sama pak Lus?"

"Jangan!"

Danis mengerjap, hampir tersedak begitu Aluna berseru. Untung saja jantungnya tidak berpindah ke ginjal. "Santai Luna, santai. Tapi Luna, kalau kamu mau apapun, minta bantuan sama ayah, semoga ayah bisa bicara baik-baik sama pak Lus."

"Ayah." Aluna menggenggam kedua tangan Danis yang berada di atas meja. "Om Lus udah baik sama kita, dia juga ngerti kok sama keadaan Luna yang masih sekolah. Dia nggak banyak nuntut Luna, dia juga nggak ngekang. Untuk sekarang, kalau ayah minta sesuatu lagi sama om Lus, rasanya nggak perlu. Ayah ngerti 'kan maksud Luna? Om Lus udah baik banget sama kita, Luna nggak mau dia harus nerima permintaan ayah soal pengurangan waktu asuh. Lagipula, Luna nggak papa, Luna masih bisa atur waktu."

"Beneran?" Danis bertanya, balas menggenggam kedua tangan putrinya.

Aluna mengangguk. "Iya, seribu persen beneran!" ucapnya lalu memutari meja, dan memeluk Danis dengan erat. Aluna memang tidak masalah mengenai waktu asuh Kelio. Hanya saja, Aluna tengah cemas dengan lelaki misterius itu. Lelaki yang terus bersembunyi dibalik tudung hoodie. Parahnya, lelaki itu sudah ada di sekolah Aluna.

Apa ... apa mungkin Aluna harus menyelidiki lelaki itu lagi, dan memohon agar dirinya dibebaskan?

----🍭
Halo! Kangen sama İo nggak?

Nanti İo kembali lagi, ya!
Kalian harus tungguin İo, biar İo nggak marah☹

Babaaai semuaa👋

Baby İoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang