Mimpi yang sama

164 14 0
                                    

Bersyukur lebih dulu

Baru hati akan bahagia

🍁🍁🍁

Di malam yang seharusnya untuk seukuran wanita seperti dirinya sudah terlelap, tetapi jauh berbeda dengan dirinya. Dirinya masih terjaga dan berjalan sempoyongan menyusuri lorong kamar hotel. Setelah acara ulang tahun pacarnya barusan, kini dia mencari nomor kamar yang sesuai diperintahkan pria itu.

Senyumnya mengembang ketika mendapati kamar hotel yang dia cari. Pintu pun bisa dibuka dengan mudah. Membuatnya sampai tertawa kecil, karena usahanya tak butuh waktu lama.

“Sayang ...,” panggilnya lirih.

Saat berjalan kakinya tiba-tiba tersandung hingga membuatnya terduduk di lantai. Dia menoleh ke sumber masalah. Seorang pria tengah duduk bersandar di sofa wajahnya menengadah ke atas dengan mata tertutup.

Melihat dada bidang pria itu yang terekspose, membuatnya tertawa geli. Rupanya pacarnya telah menunggunya sedari tadi. Dia bangkit dan langsung pangku di atas paha pria itu. Pria itu terlihat sedikit terkejut, dia bangun dengan mata yang menyipit. Membuat Aina semakin gemas melihat tingkahnya yang tak seperti biasanya.

Dia tangkup wajah itu dan mulai mendekatkan wajahnya. Namun, pria itu malah menepisnya. Meski sedikit kesal dia tak gencar. Otaknya yang memang sedang tidak waras menolak rasa aneh.

Dia raba kulit bersih itu dari area wajah, perlahan turun ke leher dan semakin lama semakin turun. Biasanya ini selalu berhasil dia lakukan saat ingin. Benar saja, pacarnya itu mulai terpancing. Dan, langsung merebahkan tubuhnya di atas sofa. Pria itu mulai menindihi tubuhnya. Jemarinya pun ikut meraba wajah Aina dengan lembut.

Tumben, pria ini bisa menahan nafsunya cukup lama, pikirnya.

Dia menikmati setiap sentuhan lembut yang pria itu berikan. Dari jarak dekat, dia bisa dengan jelas melihat wajah tampan ... yang ternyata jauh berbeda dengan pacarnya. Alis tebal, rahang tegas, apalagi tatapan matanya yang begitu dalam. Dia mulai menyadari jika pria itu, pria yang salah. Bukan pria yang dia cari malam ini. Dia ingin berusaha menolak, tetapi tubuhnya seakan pasrah. Parahnya, dia malah mengimbangi dengan apa yang dilakukan pria itu.

Tidak!

“Astagfirullah!”

Aina mengecek seluruh tubuhnya. Masih mengenakan pakaian lengkap, gamis serta kerudung instan masih melekat sempurna di tubuhnya. Bukan pakaian yang minim kain, hingga memperlihatkan lekuk tubuhnya serta kulit mulusnya. Astaga, rupanya dia bermimpi lagi. Mimpi yang akhir-akhir ini mulai menghantuinya kembali.

Nafasnya terengah-engah seakan habis dikejar setan. Ah, mungkin dia lupa tidak membaca doa sampai membuatnya mimpi buruk. Namun, anehnya kenapa mimpinya selalu sama seperti malam- malam kemarin.

Tiba-tiba ada sebuah tangan menyentuh pundaknya. Spontan dia terkejut hingga tanpa sadar berteriak. Di balik sofa ternyata tengah berdiri Azlan yang tangannya masih tertahan di udara. Rupanya tangan Azlan yang barusan menyentuh pundaknya.

“Kamu tidur di sofa lagi, Ay?”

“Iya.”

“Kamu kan, bisa pakek kamarku yang di atas daripada tidur di ruang tamu tiap malam.”

Insecure TerinfrastrukturWhere stories live. Discover now