Spesial Buatan Dia

167 13 2
                                    

Sekali kuberhasil menggenggammu kembali,

akan aku pastikan kamu takkan pernah bisa pergi lagi dari hidupku.

Akan aku jadikan kau orang yang paling beruntung, kerena memiliki aku.

***


Bertemu dengan orang yang sangat-sangat mirip dengan istrinya menjadi mood boster bagi Azlan. Tingkat kemiripannya yang hampir seratus persen, bisa dibilang duplikatnya sang istri. Hanya kerudung yang membedakan antara Lita dan Aina. Selain itu, sama.

Sebelum-sebelumnya Azlan tak sebergairah ini untuk melanjutkan hidup. Dia terlalu menyibukkan dirinya dengan penyesalan. Bahkan luka lama yang dia pendam dia pintal lagi. Tentang kenyataan seorang bernama Dewi yang menjadi kebejatannya atas kekhilafan.

Gelar yang dia sandang sebagai seorang pecundang tak bertanggung jawab, yang bahkan membiarkan korbannya meninggal dengan cara yang tidak etis. Bunuh diri.

Meski orang lain tak ada yang tahu, karena dirinya yang terlalu pintar memanipulasi kenyataan. Membiarkan seluruh cercaan hanya mengarah kepada wanita itu saja.

Sesal itu mungkin bisa sejenak dia lupakan, tetapi hadirnya Aina benar-benar membuka mata hatinya yang dia paksakan untuk tertutup.

Makhluk ciptaan Tuhan yang bernama wanita, sangat tidak pantas mendapatkan perlakuan seperti yang dilakukan dirinya maupun Rendy dulu. Makhluk itu seharusnya dilindungi dan dimuliakan. Mengingat dari wanita-wanita itulah yang di kakinya akan menjadi tempat surga bagi anak-anaknya kelak.

Sudah selayaknya dirinya bisa menghormati, seperti rasa hormat terhadap mamanya.

Seharusnya juga, bagi para pria mengayomi serta menuntun ke jalan yang benar dan diridhai oleh Allah SWT. Bukan seperti dirinya maupun Rendy yang merusak lalu membuangnya. Meski dia pikir Rendy jauh lebih baik darinya, karena Rendy mau mengakui dan hendak bertanggung jawab. Sayangnya Aina yang tak mau.

Bukan seperti dirinya yang memilih lari dan menulikan telinganya dari teriakan-teriakan kenyataan pahit.

Ting

Suara notifikasi dari ponsel membuyarkan lamunannya.

Roland Arrasyid:
'Aku tunggu di ponpes, nanti aku share lok lokasinya.'

Me:
'Siap, Gus. Manut dawuhe panjenengan.'

Roland Arrasyid:
'Biasa ae, gak usah lebay.'

Me:
'Takut su'ul adab, nanti aku malah dilaknat oleh Allah.'

Roland Arrasyid:
'Biasa aja, aku nggak perlu diagung-agungkan. Cukup gedang seng agung.'

Azlan tergelak sambil geleng-geleng kepala membaca balasan dari temannya yang sedikit nyeleneh, tetapi ada benarnya juga. Memang ada yang namanya pisang Agung, ukurannya besar dan panjang. Cocok untuk buat kripik kalau masih mentah, kalau matang juga cocok untuk digoreng.

Me:
'Kalau itu cocoknya buat pisang goreng, buat anget-anget pas cuaca dingin kayak gini.'

Rasyid Arroland:
'Kamu mau?'

Me:
'Tidak, Gus. Takut merepotkan. Aku pemalu soalnya.'

Rasyid Arroland:
'Ngomong aja kalau mau, nggak usah basa-basi.'
'Ya, udah nanti biar aku belikan pisangnya. Untung ada istriku yang bisa buatin.'
'Mangkanya kamu nikah lagi, biar ada yang buatin.'

Insecure TerinfrastrukturWhere stories live. Discover now