Pengantar Tidur tak Nyenyak

431 19 0
                                    

Seburuk apapun kenangan, selamanya akan dikenang

Sama halnya sesederhana sebuah moment

Yang mungkin saat ini tak berarti, suatu saat pasti akan ditangisi

saat diri ini merindui

🍁🍁🍁

Berselang tiga hari, Aina sekarang sudah mengungsi ke rumah orang lain.

Bukan! Lebih tepatnya berada di kediaman mertuanya. Karena berselang tiga hari, acara resepsi berganti di rumah mertuanya. Acaranya tak kalah meriah dengan yang di rumahnya, tetapi di sini suasana keagamaannya lebih terasa.

Sebagian banyak yang menghadiri acara ini, mengenakan pakaian tertutup untuk para wanitanya. Mungkin itu alasannya, dia harus mengenakan kerudung setelah dirias wajahnya.

Dirinya tak keberatan, justru dia malah senang karena wajahnya semakin terlihat cantik. Meski ada beban berat yang dia rasakan saat mengenakan hijab putih yang terlihat suci, tetapi tak sesuci dirinya.

Penampilannya sekarang seakan menampar dengan keras wajahnya, hingga bekasnya membuatnya tak berani untuk mendongakkan wajah.

Tak butuh waktu lama, karma instan pun langsung menyapanya sekarang.

“Berhubung ini kamarku, jadi kamu harus tidur di bawah dan aku di atas."

Kali ini bukan Aina, melainkan Azlan yang berkata demikian.

“Loh nggak bisa gitu, Om. Aku kan wanita. Ingat loh! Seorang suami yang dimuliakan oleh Allah adalah suami yang memuliakan istrinya. Jadi, Om harus bisa memuliakan aku, agar Allah memuliakan Om juga,” jelasnya panjang kali lebar, berharap Azlan akan mengerti.

“Kapan aku nikah dengan tantemu?”

“Hah?”

“Ha-he-ho. Udah tidur di bawah sana! Gantian.”

Aina mencebik, kesal menerima selimut dan bantal yang dilempar oleh Azlan—suaminya  tepat mengenai wajahnya. Jika bukan situasinya yang sedang menumpang sekarang, pasti dia sudah mengusir suaminya yang kasar itu ke antartika. Sekalian biar jadi beruang kutub di sana, karena sifat dinginnya itu sudah melebihi dinginnya es di kutub selatan.

Sebenarnya dia ingin memulai memperbaiki diri dari hal-hal yang kecil terlebih dulu. Seperti sikap, etika, ataupun sopan santun. Dia sudah bertekad semenjak mamanya memberikan kabar tentang perjodohannya dengan Azlan. Namun, sepertinya rencananya akan gagal, mengingat sikap Azlan yang belum bersahabat dengannya.

Pria itu sedari awal bertemu sudah melemparkan pedang tajam dalam genggamannya. Mau tidak mau, dia harus terjun dalam arena peperangan dan menghunus langsung ke tubuh musuh.

Yang dia takutkan sebelumnya terjadi, kepalanya kini mulai terasa pening karena karpet yang ditiduri tidak mampu menghalau udara dingin dari lantai. Ditambah suhu ruangan yang dingin karena AC, semakin membuatnya sulit untuk tidur ketika hidungnya mulai tersumbat.

Aina memang terlahir dari keluarga yang berada, tetapi jangan salahkan jika raganya masih tidak terbiasa dengan dinginnya AC. Entahlah apa yang terjadi dengan tubuhnya, karena semenjak kecil dia sudah tidak tahan dengan udara dingin.

Insecure TerinfrastrukturWhere stories live. Discover now