Di Balik Sebuah Keputusan

136 10 0
                                    

Hanya karena berlandaskan sebuah alasan

Kamu memilih meninggalkan

Lalu, harus dengan alasan yang bagaimana, tuk bisa merubah haluan?

Agar kamu lebih memilih bertahan

Dan, berjalan saling bergandengan tangan


🍁🍁🍁


Azlan berjalan tergesa-gesa menyusuri lorong rumah sakit. Waktu sudah menunjukkan tengah hari. Dan, dia sudah menginjakkan kakinya kembali di kota tempat tinggalnya sekarang.

Setelah pulang dari tempat Rasyid, dia memang langsung menuju ke sini. Perjalanan yang seharusnya hanya ditempuh selama dua jam, kini harus hampir lima jam dia tempuh. Selama tiga jam lebih dia terjebak macet di gunung Gumitir, penyebabnya tiga truk terguling ke dalam jurang yang jaraknya tidak berjauhan. Polisi tadi sedang berusaha mengevakuasi dengan bantuan alat berat, hingga menutup seluruh bagian badan jalan.

Ingin mengeluh, tetapi itu bukan solusi yang tepat untuk saat ini.

Baru saja dia hendak membuka pintu, yang sesuai dengan arahan petugas lobi. Seseorang dari dalam sudah membukanya lebih dulu."

“Assalamualaikum, Ma.”

Wanita paruh baya seusia mamanya sendiri menjawab salamnya, tersenyum dan langsung memberikan tangannya untuk dicium oleh Azlan.

“Kamu nggak ketemu sama Jovan tadi?” tanya wanita itu, yang tak lain mamanya Aina.

Jovan? Apa mungkin pria yang Dzakka panggil Papa Jo?

Azlan masuk ke dalam ruang rawat inap, berjalan mengikuti mama mertuanya.

“Jovan, siapa ya, Ma?”

Mama mertuanya balik menatapnya, ada kerutan di dahinya. Azlan tiba-tiba merasa khawatir, takut jika ada kemungkinan lain bisa saja terjadi. Mungkin saja pria itu bukan kakak kandung Aina. Melainkan memang calon pengganti dirinya.

Atau, sudah resmi menjadi pengganti dirinya.

Astaga! Bagaimana seorang Azlan bisa menjadi pria yang penuh curiga. Astagfirullah!

“Lah! Itu dia, sudah datang,” ucap mama mertuanya, aura kebahagiaan terpancar dari matanya. Sangat berbeda sekali dengan saat menyambut Azlan tadi.

Di ambang pintu pria yang kata mama mertuanya bernama Jovan, pria yang sama yang dia temui di teras rumah Lita, berdiri terpaku menatapnya. Di kedua tangannya menenteng beberapa nasi bungkus dan air mineral.

Azlan sedikit merasa kecewa, sebab tak ada wanita yang dia cari bersama kedatangan pria itu.

“Assalamualaikum.” Suara lembut di balik punggung Jovan berhasil menggetarkan hatinya. Harap itu kembali muncul.

Sayangnya, malah wanita lain yang kini sudah berdiri di samping Jovan. Lagi-lagi Azlan harus menelan pil pahitnya kekecewaan.

“Kenalkan Le, ini Jovan, kakaknya Aina. Dan, wanita di sampingnya tunangannya, namanya Rena,” ucap Riyanti--mama mertua Azlan, mengenalkan satu-persatu, mengurangi rasa penasaran Azlan yang menyelimuti hatinya sedari tadi.

Ada perasaan lega, jika pria itu benar-benar kakaknya Aina. Jadi kesempatannya untuk bertemu dengan Aina kembali semakin besar.

Dia tersenyum miris, rupanya Aina masih pintar membodohinya. Selama sebulan, dirinya belum mampu membuat wanita itu mengungkapkan identitas aslinya.

Insecure TerinfrastrukturWhere stories live. Discover now