Tetangga Baru

168 12 0
                                    

Aku tak akan berharap lagi,

sebab itu pekerjaan yang sangat melelahkan.

Lelah hati dan pikiran.

🥀🥀🥀

Menahan rindu untuk tak menemui selama dua tahun terakhir. Berusaha untuk menghilang tanpa jejak. Mengubah diri agar tak dikenali orang lain lagi. Dan, sekarang berakhir sia-sia. Seluruh perjuangannya dan usahanya dipatahkan oleh satu orang.

Salahnya juga sih, yang tanpa sengaja membuka salah satu pintu kejanggalan tentang kenyataan dirinya yang masih hidup.

Bukan! 

Salah Azlan juga, mengapa dia masih begitu hafal dengan dirinya, meski hanya lewat tatapan mata. Apalagi dua tahun lebih telah berlalu, dirinya dan Azlan tak pernah bertemu. Lita saja hampir melupakan garis wajah pria itu, yang dia ingat hanya senyum samar yang beberapa kali dia dapatkan ketika masih hidup bersama.

Ya, yang patut untuk disalahkan saat ini adalah Azlan. Dia tidak menepati satu pun dari ucapannya. Minggu kemarin, Lita anggap itu malam terakhir dia melihat Azlan. Nyatanya, di pagi buta saat ini sudah ada tetangga kontrakan baru menyebalkan yang menyapanya.

“Assalamualaikum, Lita!” sapa Azlan muncul dari bawah pagar yang hanya berukuran sepinggang orang dewasa.

“Astagfirullah!”

Lita terkejut dengan memegangi dadanya yang tiba-tiba terasa sesak. Mengingat rumah kontrakan di sebelahnya sudah satu tahun terakhir tak berpenghuni, setelah orang yang menempatinya meninggal karena bunuh diri akibat putus cinta. Itulah yang menjadi salah satu alasan tak ada orang yang mau menempati rumah itu lagi.

“Mas, ngapain di sini?”

Azlan terus tersenyum kepadanya, di tangannya terdapat lap kain yang digunakan untuk mengelap mobil hitamnya.

“Aku tinggal di sini.”

“Hah! Sejak kapan?” tanya Lita cukup terkejut.

“Tadi malam.”

Pantas saja semalam terdengar suara gaduh dari rumah sebelah, dia kira itu salah satu aktivitas dari penunggu lama yang sudah hidup di beda alam.

Lita tak menjawab, dia melengos dari wajah tengil Azlan yang masih tersenyum manis. Perlu Azlan tahu, senyumnya itu benar-benar membuat Lita kesal. Pasalnya Lita sudah hampir berhasil melupakan pria itu, tetapi gara-gara senyumannya yang selalu gentayangan akhir-akhir ini membuat Lita kembali susah untuk menghapus apa pun tentang pria itu.

Rasa yang perlahan dia kubur semakin kuat hadir kembali. Lita sebenarnya tak ingin menyalahkan sikap pria itu akhir-akhir ini. Namun, sungguh sikapnya benar-benar menguras tenaga Lita.

Kenapa bisa begitu? 

Sebab, Lita harus berusaha mati-matian untuk menyembunyikan perasaannya, sesalnya, dan rasa bersalahnya. Sedari awal Lita sudah tekankan, dia sadar diri dia siapa. Dia terlalu hina untuk mengharapkan Azlan kembali. Dia kotor dan menjijikkan.

Wajah indahnya tak seindah hatinya, dia busuk luar dan dalam.

“Mau masak ya, Lit?” tanya Azlan melihat Lita kembali ke rumah kontrakannya dengan membawa sekantung keresek hitam berukuran sedang.

“Mau tau aja,” jawab Lita acuh.

“Boleh nyicipin, ya!”

“Enak aja.”

Insecure TerinfrastrukturWhere stories live. Discover now