36. Perihal kecewa dan kehilangan

2K 293 13
                                    

Double update nih kawan :'

Btw part kali ini mengandung bawang :'
_________________________________________

Berjalan sembari menyeret koper, Sydeen dan Fyneen hanya diam saja tanpa sebuah pembicaraan.

Sydeen menghentikan langkahnya, begitu pun Fyneen. Menatap langit malam yang tampak sunyi tanpa dihiasi bintang-bintang, kedua remaja tersebut lalu memilih duduk disebuah bangku di halte.

"Gimana perasaan lo?" Tanya Sydeen membuka pembicaraan. Keduanya sudah duduk manis.

"Hancur dan ngerasa bersalah banget," jawab Fyneen dengan terkekeh miris.

"Udah seharusnya lo ngerasa bersalah sih, kan ini emang salah lo," ucap Sydeen dengan kepala yang di anggukkan.

"Deen, gue pengin nangis tapi rasanya capek banget nangis mulu. Lo pasti bakalan ngejek gue kan karena akhir-akhir ini jadi cengeng banget?"

Sydeen menoleh mendengar ucapan adik kembarnya.

"Tau nggak? Gue ngerasain sesuatu yang aneh. Rasanya kayak gue tuh lesu dan males banget buat ngapa-ngapain. Pengin nangis dan ngerasa pengin mati aja," lanjut Fyneen.

Sydeen bungkam. Ia tahu apa yang tengah Fyneen alami saat ini. Depresi, gadis itu tengah mengalami depresi.

"Sebenarnya gue males sih nawarin ini, tapi ..., Mau cerita?" Tawar Sydeen.

Fyneen menatap Kakak kembarnya. Gadis itu lalu menyandarkan kepalanya pada dada bidang Sydeen.

"Gue ngga tahu harus gimana lagi. Lo tahu? Rein punya mental ilnees, dia bahkan selalu pengin mati gara-gara takdir yang udah gue buat. Kematian Nyokapnya Bang Bumi dan Mentari, kecelakaan Bang Bumi, Zayn yang tiba-tiba ngilang dan sekarang? Abimanyu meninggal gara-gara nyelamatin gue."

Sydeen tak menyela, ia membiarkan Fyneen mengungkapkan isi hatinya.

"Semuanya ini salah gue, Deen. Gue yang ngebuat semua alur ini. Dan gue ..., Yang ngehancurin hidup mereka," lanjut Fyneen.

"Ini emang salah lo dan udah tugas lo buat memperbaiki semuanya. Yang harus kita lakukan sekarang adalah mencari cara biar bisa kembali ke dunia nyata dan ngubah alur, bukannya malah nyalahin diri sendiri," balas Sydeen.

Fyneen memeluk Sydeen dari samping. Gadis itu menyembunyikan wajahnya di dada Sydeen.

Diam, tak ada pergerakan lagi dari Fyneen. Sydeen terkejut kala merasakan dadanya terasa basah.

"Neen, lo nangis?" Tanya Sydeen.

Fyneen tak menjawab, kini mulai terdengar isakan tangis.

"Semuanya salah gue, Deen," guman Fyneen.

Sydeen berdecak lalu melepaskan pelukan Fyneen. Pemuda itu meminta Fyneen untuk menatapnya.

"Gue udah bilang, kan? Semua ini emang salah lo tapi kalau lo terus ngerasa bersalah kayak gini, kita ngga akan nemu solusi biar bisa kembali ke dunia nyata!" Sentak Sydeen.

"Lo ngomong kayak gini karena ngga pernah ngerasain apa yang gue rasain!" Balas Fyneen membentak.

Mendengar bentakan Fyneen, Sydeen menatap intens Fyneen.

"Gue emang ngga pernah ngerasain rasanya jadi lo! Tapi sekarang bukan saatnya nyalahin diri sendiri! Kita harus segera kembali ke dunia nyata dan mengubah alur novel yang udah lo buat itu!" Sydeen ikut membentak.

"Ya tapi gimana caranya?! Gimana caranya kita supaya bisa kembali ke dunia nyata?!"

"Gue juga ngga tahu, sialan! Makanya gue bilang kita harus cari cara!"

Kedua remaja itu sama-sama emosi. Bahkan deru napas Sydeen terdengar sangat jelas.

Saling menatap tajam, Sydeen langsung mengalihkan pandangan kala melihat Fyneen kembali menangis.

"Sorry, gara-gara gue lo jadi ikut-ikutan terjebak di dunia ini. Gue ..., Gue sama sekali ngga pernah tahu kalau hal ini akan terjadi," ucap Fyneen.

Membuang napas kasar, Sydeen lalu berjalan mendekat dan memeluk Fyneen.

"Disini sebenarnya bukan cuma lo doang yang salah tapi gue juga. Kita masuk ke dunia novel ini adalah karena harapan sialan yang kita minta saat lagi emosi," jawab Sydeen.

"Gue harus gimana, Deen? Bang Bumi, Raden dan anggota Geng PIGEON lainnya udah membenci gue, kalau misalkan Rein tahu gue yang udah nulis novel ini dia pasti bakalan benci sama gue juga," tutur Fyneen.

"Rein nggak bakalan—" Sydeen tak melanjutkan ucapannya.

"Rein pasti bakalan benci banget sama gue, kan? Dia selalu ngebenci hidupnya sendiri karena takdir yang udah gue tulis. Kalau misalkan dia tahu gue penulis novel ini, dia pasti bakalan kecewa dan benci sama gue, kan?" Ujar Fyneen.

"Ya lo bener, gue benci banget sama lo."

Tubuh Fyneen seketika menegang. Pemilik suara itu adalah ..., Rein?

Melepaskan pelukan Sydeen, Fyneen segera menatap Rein.

"Rein? Rein lo disini?" Tanya Fyneen.

"Iya, gue disini dan denger semua pembicaraan lo sama kembaran lo itu," balas Rein dengan suara datar.

"Rein gue bisa jelasin, ini semua—"

"Gue pikir, gue bisa percaya sama lo makanya gue cerita banyak hal ke lo! Gue bilang kalau kita hidup di dunia novel dan ternyata ..., Lo penulis novelnya?" Rein memotong ucapan Fyneen.

Menggelengkan kepalanya dengan air mata yang mengalir, Fyneen mencoba memegang tangan Rein namun segera ditepis oleh pemuda itu.

"Lo tahu? Gue ngga pernah sayang sama orang lain selain nyokap gue, bahkan ke diri gue sendiri. Tapi saat ketemu lo, entah kenapa gue bisa sayang sama lo. Bahkan, gue ngga peduliin fakta kalau lo itu adik dari musuh gue! Gue percaya dan sayang banget sama lo, tapi apa balasannya? Lo mengkhianati gue!"

Fyneen menangis mendengar ucapan Rein. Sedangkan Sydeen? Pemuda itu hanya diam saja dan tak ingin mencampuri masalah pribadi keduanya.

"Rein ..., Gue ngga pernah mengkhianati lo," ucap Fyneen mencoba menjelaskan.

Rein tertawa miris. "Bullshit!"

Rein mundur beberapa langkah.

"Mulai sekarang, gue Azarein Athalla memutuskan semua hubungan diantara kita. Dan mulai sekarang, jangan pernah muncul di hadapan gue!"

Fyneen kembali menggelengkan kepala. "Rein ..., Jangan kayak gini!"

Rein memalingkan wajahnya, pemuda itu tak ingin melihat Fyneen menangis. 

Melangkah pergi, Rein menulikan pendengarannya kala Fyneen memanggil namanya dengan keras.

Fyneen hendak berlari mengejar Rein namun di cegah oleh Sydeen. Kembarannya itu memeluk tubuhnya.

"Gue harus kejar Rein, Deen! Gue ..., Gue harus ngejar dia," lirih Fyneen.

"Jangan, biarin dia pergi, Neen. Lo ngga seharusnya merendahkan harga diri lo buat cowo ngga guna kayak dia!" Balas Sydeen.

"Rein kayak gitu cuma karena dia kecewa! Gue tahu dia sayang sama gue, dia ngga mungkin serius sama ucapannya tadi," ucap Fyneen.

Sydeen mengeratkan pelukannya. Seberapa pun Menyebalkannya Fyneen, gadis itu tetaplah kembarannya. Dan Sydeen, tak akan pernah bisa melihat kembarannya itu terluka.

Fyneen membalas pelukan Sydeen dengan erat. Gadis itu menumpahkan tangisannya di dekapan sang Kakak.

Rintik-rintik hujan mulai turun seakan turut merasakan betapa hancurnya Fyneen saat ini.

Malam ini, mungkin saja menjadi malam paling buruk di hidup Fyneen. Karena bukan hanya perihal kehilangan, namun kekecewaan dan rasa sakit berpadu menjadi satu di malam ini.

Another World (End)Where stories live. Discover now