00. Prolog

10.1K 898 62
                                    

Di ruangan penuh dengan rak-rak buku itu, seorang gadis tengah berkutat dengan komputernya.

Fyneen Adisty Raveena Putri. Penulis remaja yang namanya sudah banyak dikenal oleh para remaja melalui novel-novel yang ia buat.

Saat ini, Fyneen tengah menulis novel ketujuhnya yang berjudul 'Mentari untuk Bumi'. Novel bergenre fiksi remaja yang memiliki konflik cukup berat.

Jemari Fyneen dengan lihai mengetik kata demi kata yang sudah dirancang di benaknya.

Brak

Pintu ruangan itu dibuka dengan kasar, membuat Fyneen terkejut dan konsentrasinya buyar.

Fyneen menatap kesal si pelaku yang mendobrak pintu ruangannya. Disana, berdiri kembaran Fyneen yang juga tengah menatap tajam gadis itu.

Sydeen Adhikari Revanno Putra. Kakak Fyneen yang usianya hanya selisih 5 menit saja.

"Lo apa-apaan sih?!" omel Fyneen. Gadis itu bangkit dari duduknya dan menunjuk wajah Sydeen menggunakan jari telunjuknya.

"Lo yang apa-apaan! Lo pasti yang bikin Retta jauhi gue, kan?!" bentak Sydeen.

Fyneen berdecih. "Gue ngga tahu apa-apa! Lagipula bagus dong kalau Retta jauhi lo."

Fyneen mengalihkan pandangan sebentar, sebelum kembali menatap kembarannya.

"Mungkin aja, pacar lo itu ngejauhin lo gara-gara udah dapet cowok yang lebih tajir dari lo," lanjut gadis itu.

Kedua tangan Sydeen terkepal. "Retta bukan cewe kayak gitu!"

"Lo tuh bego atau gimana, sih?! Bahkan satu sekolah juga tahu kalau cewek lo itu cuma manfaatin lo doang! Bego kok di pelihara!" sinis Fyneen.

Sydeen semakin kesal dibuatnya.

"Lo tahu? Andai Tuhan ngasih gue kesempatan buat minta satu hal maka hal pertama yang bakal gue minta adalah supaya lo ngga terlahir!" ujar lelaki itu.

"Bajingan! Harusnya gue yang minta kayak gitu! Bajingan kayak lo ngga pantes bernapas di bumi!" balas Fyneen dengan kilatan amarah.

Keduanya tak menyadari, jika sebuah cahaya terang muncul dari komputer milik Fyneen.

"Lo yang harusnya ngga lahir! Cewe ngga tahu diri! Enyah aja lo dari bumi!" maki Sydeen.

"Cowok bajingan yang bego! Lo yang harusnya enyah dari bumi!" balas Fyneen tak mau kalah.

Hendak kembali berkata, sebuah cahaya yang begitu terang membuat keduanya menoleh. Mereka sama-sama menghalau cahaya silau itu menggunakan tangan.

"Ini apa-" belum sempat kalimat Sydeen terselesaikan, keduanya seperti di tarik masuk ke dalam komputer.

Komputer itu masih menyala. Tulisan-tulisan yang sudah Fyneen tulis mendadak menghilang.

'Setiap kalimat yang terucap adalah sesuatu yang akan terjadi.'

Semua kalimat hilang, dan menyisakan tulisan itu di komputer.

______

Another World (End)Where stories live. Discover now