06. Bisakah dipercaya?

4.3K 689 18
                                    

Kicauan burung terdengar begitu merdu ditelinga Fyneen. Gadis itu menggeliat pelan lalu membuka matanya.

Merasakan sisinya terasa sempit, gadis itu menoleh ke samping kiri.

Sydeen tengah tidur dengan mulut terbuka. Pemuda itu dalam posisi menatap ke arahnya.

Fyneen menutup hidung kala merasakan napas Sydeen yang bau.

"Anjir si Sydeen napasnya bau azab," guman gadis itu.

Menoleh ke sisi kanan, terdapat Bumi yang tengah tertidur dengan posisi terlentang. Lengannya bertengger untuk menutup mata. Dengkuran kecil terdengar dari mulut pemuda itu.

"Yaampun, tidurnya cogan mah emang beda!" ucap Fyneen. Gadis itu terus menatap Bumi.

Pergerakan dari tubuh Bumi membuat gadis itu pura-pura menutup mata. Sedangkan Bumi, pemuda itu menoleh ke sampingnya. Ia menggeleng-gelengkan kepala melihat posisi tidur Sydeen. Pandangannya teralih pada Fyneen yang matanya tengah membuka sedikit.

Dengan menahan senyum, Bumi menarik hidung mancung adik angkatnya itu.

"Ngga usah pura-pura tidur, gue tahu kalau lo udah bangun."

Fyneen langsung membuka mata sembari mengusap hidungnya yang terasa sakit akibat ulah Bumi.

"Gue tuh engga pura-pura tidur, gue tuh cuma males bangun aja!" elak gadis itu.

Bumi terkekeh lalu mengacak rambut gadis yang tengah tidur di sampingnya itu. Pemuda itu bangkit dan berjalan mengambil handuk, hendak melangkah menuju kamar mandi, Bumi membalikan badan dan kembali menatap Fyneen.

"Bangunin kembaran lo, abis itu kalian mandi. Hari ini kalian bakal ikut gue ke sekolah," ucapnya.

Mata Fyneen langsung berbinar. "Serius?!"

Melihat adiknya yang nampak sangat antusias itu, Bumi tersenyum tipis.

Menganggukkan kepala, Pemuda itu lalu melanjutkan langkah menuju kamar mandi.

Fyneen segera mengalihkan pandangan pada Sydeen yang masih tidur dengan begitu nyenyak hingga tak sadar jika diarea mulutnya sudah terdapat banyak genangan air.

Fyneen langsung menatap jijik kembarannya itu. Pesona orang biasa dan tokoh novel memang beda!

Mengambil satu bantal lalu memukulkannya pada wajah Sydeen dengan begitu kasar.

"Bangun lo! Cukup lo jadi beban di dunia nyata, di sini kagak usah jadi beban!" teriak Fyneen sembari terus memukul wajah Sydeen.

Sydeen yang mulanya masih berada di alam mimpi sontak tersadar akibat pukulan dan perkataan tak manusiawi dari kembarannya itu.

Menyentak bantal yang Fyneen gunakan untuk memukulnya, Sydeen lalu menatap kesal gadis itu.

"Apa?!" tanya Sydeen dengan nada tak santai.

Fyneen justru menampakan wajah tak berdosanya. "Kata Abang gue, kita disuruh siap-siap buat ikut dia ke sekolah."

Otak Sydeen yang masih sedikit lemot berusaha mencerna kalimat yang Fyneen lontarkan.

Another World (End)Kde žijí příběhy. Začni objevovat