03. Mentari?!

5K 711 13
                                    

Pagi ini, hari nampak begitu cerah. Kicauan burung-burung terdengar begitu merdu disepanjang taman Rumah Sakit.

Di jendela, Fyneen duduk dengan tenang sembari menghirup udara Dunia Novel yang begitu sejuk.

Udara di dunia ini benar-benar sejuk dan bersih tak seperti udara di dunia nyata.

"Astagfirulloh!" pekik Sydeen terkejut. Lelaki itu baru saja membuka pintu dan langsung disuguhi pandangan Fyneen yang nampak hendak meluncur dari jendela.

Mendengar suara sang Kakak kembar, Fyneen segera menoleh. Dahinya berkerut bingung kala Sydeen menatapnya panik.

"Istigfar, Neen! Gue tahu cobaan hidup lo berat tapi bunuh diri bukan pilihan yang tepat!" Sydeen berteriak panik.

Fyneen memutar bola matanya malas. Gadis itu berjalan menjauh dari jendela.

"Siapa yang mau bunuh diri, bego!" tutur Fyneen sembari berjalan mendekat. Matanya menyorot malah Sydeen.

"Lo," jawab Sydeen.

"Kagak lah! Yakali gue mau bunuh diri! Setolol-tololnya gue, ngga mungkin sampe ngelakuin hal bodoh itu!"

"Ya kan gue cuma ngira!"

Fyneen menatap kesal Sydeen. "Bukan ngira, tapi nuduh itu!"

Perdebatan keduanya terhenti kala mendengar suara pintu ruangan yang terbuka. Keduanya dengan kompak mengalihkan pandangan.

Bumi dan beberapa temannya berjalan masuk ke dalam ruangan. Fyneen dibuat sesak napas melihat para pemuda tampan itu.

'Cowo-cowo di dunia novel damagenya emang bukan main!' batin Fyneen.

"Mimpi apa gue semalam sampe dikelilingi cogan begini," guman satu-satunya gadis disana. Fyneen.

"Gue udah ngurus biaya administrasi dan lain-lain. Sekarang kita tinggal pulang aja." Itu suara Bumi.

"Makasih. Dan maaf karena gue khususnya Fyneen udah nyusahin kalian," balas Sydeen.

Fyneen melotot tak terima. "Kok gue?!"

"Lo kan emang ngerepotin! Dasar beban!" maki Sydeen.

Fyneen ingin sekali memukul wajah sok tampan Sydeen, namun berhubung disini ada banyak cogan jadi Fyneen harus menjaga image.

"Udah berantemnya? Kalau udah sekarang kita pulang." Suara Bumi kembali terdengar. Lelaki itu berjalan keluar dari ruangan.

"Hai! Nama gue Abimanyu. Salam kenal ya," sapa salah satu pemuda. Kulit putih, alis serta bibir yang tebal disertai hidung yang mancung. Bukankah definisi sempurna?

"Gue Zayn. Salam kenal!" Suara lelaki lainnya kembali terdengar.

Tanpa mereka beritahu pun, Fyneen sudah tahu siapa mereka.

Abimanyu Keanu. Lelaki humoris yang kehadirannya selalu membuat suasana menjadi lebih hidup dan ceria.

Zayn Revandra Aquilla. Pemuda berkulit sawo matang yang memiliki wajah semanis gula. Pribadinya yang ramah membuat dia banyak digemari oleh orang-orang.

Disamping Zayn, ada satu pemuda lagi yang berdiri dengan tatapan datarnya. Meski ia tak memperkenalkan diri, namun Fyneen jelas sudah tahu siapa dia.

Raden Panji Typhoon Alfatih. Coolboy-nya geng GALAXY. Dewasa, cerdas dan religius. Ia menjadi incaran para kaum hawa. Bahkan kepopuleran Bumi sebagai ketua tak sebanding dengan kepopuleran Raden.

"Salam kenal juga semua, gue Fyneen dan dia Sydeen ... babu gue."

Sydeen yang mulanya tengah tersenyum langsung melunturkan senyumnya. Ia menatap sinis sang adik.

"Bumi nunggu. Pulang." Kalimat singkat namun masih bisa dimengerti oleh semuanya, kecuali Sydeen.

"Hah?" tanya Sydeen bingung.

"Bumi udah nunggu, pulang!" Fyneen menerjemahkan kalimat Raden.

Mereka berlima keluar dari ruangan. Ternyata, diluar bukan hanya ada Bumi saja namun juga ada banyak anggota geng GALAXY yang lain.

Sydeen dan Fyneen merasa sedikit canggung. Semua berjalan keluar dari Rumah Sakit dengan Bumi yang berjalan paling depan.

Sampai di parkiran, mereka segera menaiki motor masing-masing.

Setelah menggunakan helmnya, Bumi menatap kedua saudara kembar yang masih berdiri.

"Fyneen ikut gue, Sydeen ikut Raden," instruksi Bumi.

Fyneen dan Sydeen mengangguk. Keduanya kompak berjalan menuju motor Bumi dan Raden.

Menaiki motor, Fyneen langsung memeluk pinggang Bumi.

'Lumayan, meluk cogan,' batin gadis itu.

Bumi hendak menghempas tangan Fyneen, namun suara gadis itu membuat niatnya terhenti.

"Karena lo udah nolongin dan mau nampung gue di Rumah lo, jadi gue anggap kalo lo udah mungut gue sebagai adik. Di dalam kamus adik dan kakak ngga ada tuh yang namanya dilarang untuk menyentuh."

Bumi menghela napas. Lelaki itu akhirnya membiarkan Fyneen memeluknya. Melajukan motor, Bumi sebagai pemimpin memimpin paling depan. Di sampingnya, ada motor Raden dan Abimanyu. Zayn melajukan motornya dibelakang motor Raden.

Membelah jalanan kota dan menambah kepadatan jalan, sesekali mendengar umpatan dan omelan pengendara lain.

Motor mereka terus melaju. Mata Bumi fokus menatap jalanan, namun kefokusan itu buyar kala seorang gadis tiba-tiba saja menyebrang tanpa menoleh kanan kiri.

Bumi menghentikan motornya secara mendadak dan mengakibatkan ia, Fyneen beserta motornya terjatuh.

Rupanya, bukan hanya mereka namun anggota Geng GALAXY yang lain pun mengalami hal yang sama.

Sedangkan gadis tadi terjatuh di tengah jalan. Bumi bangkit dan membantu Fyneen berdiri.

Mata tajam Bumi menyorot gadis itu. Berjalan dengan kaki tertatih, pemuda itu menghentikan langkah tak jauh dari posisi gadis itu.

Gadis itu terduduk dengan kepala yang menunduk. Rambut panjangnya menutup paras gadis itu.

"Nyebrang jalan juga punya aturan!" suara Bumi terdengar begitu dingin. Mendengar suaranya saja, Fyneen dibuat merinding.

"M-maaf," suara lembut dengan pengucapan terbata itu keluar dari mulut sang gadis.

"Diajari etika kan? Kalau ada orang yang ngajak ngomong itu tatap orangnya!" Bumi kembali berujar. Suara dingin serta intonasinya yang tinggi dengab jelas menjelaskan jika pemuda SMA itu tengah marah.

Gadis itu bungkam. Tubuhnya nampak bergetar. Fyneen merasa kasihan melihat gadis itu.

"Angkat wajah lo dan tatap gue!" titah Bumi.

Diam dengan tubuh gemetar. Gadis itu membuat Bumi marah karena tak menuruti perintahnya.

"Gue bilang angkat wajah lo dan tatap gue." Dengan nada dingin dan penuh penekanan. Suara itu benar-benar terdengar menyeramkan.

Gadis itu nampak dengan ragu mengangkat wajahnya. Tubuhnya masih gemetar. Fyneen memiringkan kepala untuk melihat bagaimana rupa gadis itu.

Bumi mengikis jarak antara keduanya. Berjongkok dan membuka satu persatu anak rambut yang menutup wajah sang gadis.

Pemuda itu terpaku setelah melihat wajah si gadis. Fyneen berdecak kala tak dapat melihat wajah gadis itu dengan jelas akibat tertutup tubuh Bumi.

Memberanikan diri untuk melangkah maju, langkah Fyneen terhenti setelah melihat bagaimana wajah gadis itu.

Diam mematung. Fyneen terpaku sekejap. Gadis itu terus menatap objek didepannya.

"Mentari?!"

Another World (End)Where stories live. Discover now