Jeon Jungkwan - Part 06

11 5 7
                                    

Walau dunia menjadi serpihan
Tak peduli siapa yang mengguncangkannya
Jangan pernah melepaskanku
Tolong jangan bangunkanku dari mimpi ini

°•°•°•° °•°•°•°

°•°•°•° °•°•°•°

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Appa ..."

"Jangan memanggilku Appa, kau bukan anakku! Aku tidak sudi memiliki anak seorang pecundang sepertimu!"

Sakit di dada Jungkwan benar-benar tidak tertahan lagi saat ini. Ia melepas tangan Ayahnya dan menjauh dari pria berkacamata tersebut. Entah sudah berapa kali Jungkwan mendengar Ayahnya bersikap seakan ia tidak ikhlas membesarkan anaknya sendiri tapi kali ini Jungkwan sudah tidak bisa tinggal diam.

Setelah selesai mengepak baju-bajunya. Jungkwan mengambil kuas yang selalu ia sembunyikan. Tidak lupa dengan buku tabungan rahasia. Sejak dulu Jungkwan merasa harus memiliki tabungan tanpa pengawasan orang tua. Ternyata inilah jawaban dari firasatnya.

Ibu Jungkwan menangis melihat anak semata wayangnya berpamitan dengan yakin. Ini kali pertama Jungkwan menentang mereka.

"Nak, jangan hiraukan Ayahmu. Kau tahu dia seperti apa," tangan Ibu Jungkwan gemetar menggenggam. Tidak ada seorang ibu yang ingin melihat anak pergi tanpa restu.

"Eomma, selama ini aku tahu Appa menginginkan aku untuk sukses maka aku akan sukses Eomma."

Jungkwan menghapus air mata surga yang dijatuhkan oleh sang Ibu. Tidak pernah terfikir olehnya membuat wanita yang ia cintai ini menangis. Jungkwan tahu bagaimana air mata Ibunya telah banyak berkorban karena sikap keras Ayah. Jungkwan mencium kening ibunya dan ia pun pergi.

Tatapan sinis Jung Ho  yang duduk dikursi taman mengiringi Jungkwan. Lelaki bertubuh tegap itu membusungkan dada dan menarik dua koper dan satu tas ransel yang berisi baju, buku dan peralatan yang ia beli dengan uang sakunya. Sudah kewajiban kalau Ayahnya memberikan uang saku bukan? jadi Jungkwan akan menganggap ini semua milik dirinya.

--------------------------------------------------

"Kau harus pulang!"

"Tidak akan!"

Mata bulat Jungkwan terlihat benar-benar serius saat ini. Lihatlah penampilannya, begitu menyedihkan bagi anak orang kaya dengan prestasi selangit. Jee Eun tidak ingin Jungkwan menggila.

Lelaki itu sekarang menjadi pengantar di sebuah restaurant yang kebetulan Jee Eun pesan dari rumah teman.

"Kenapa? kau malu ternyata kau berpacaran dengan pengirim makanan begini?"

Jee Eun menghela nafas. Ia langsung mencium Jungkwan dengan berani tepat saat temannya keluar.

"Ups sorry! can you get this fucking food," ujar Jee Eun pada seorang perempuan bergaya Emo dengan eye shadow merah mencolok.

Born Over HorizonWhere stories live. Discover now