Jung Hanseok - Part 01

35 9 0
                                    

[Cerita ini ditulis oleh @taribunny_ . Kisahnya terinspirasi dari lagu Daydream, Hope World, dan Airplane pt. 1 & 2. Bahasa Indonesia yang dicetak miring menandakan bahwa para tokoh sedang berbicara dengan menggunakan Bahasa asing (bukan bahasa Korea). Entah itu Inggris, Mandarin, atau Perancis. Hope you guys enjoy. Don't forget to leave the vote and comment]

.

.

.

.

1. Dreams

"My character's like half and half, who knows? Always out of breath for daydreaming, who knows?" ~ j-hope (Daydream)

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"My character's like half and half, who knows? Always out of breath for daydreaming, who knows?" ~ j-hope (Daydream)

---

London, England

Suara alarm itu tak henti-hentinya memekik nyaring memenuhi ruang apartemen minimalis berukuran 18-20 meter persegi, seolah memaksa si pria bersurai merah tersebut untuk segera bangun dari alam bawah sadarnya. Dan tampaknya alarmnya berhasil, sebab pria bersurai merah tersebut perlahan mulai membuka matanya.

Hal pertama yang ia lakukan saat membuka mata adalah berkedip dua kali untuk menyesuaikan cahaya sang mentari yang masuk melalui celah tirai jendela. Kedipannya begitu tenang. Kemudian, pria bersurai merah itu menggeliat sebentar, lalu bangkit duduk dan mematikan alarm. Setelah menguap dan mengacak rambutnya, maniknya menelusuri seluruh ruang apartemennya yang bernuansa hijau.

"Sudah pagi rupanya...," gumam pria bersurai merah tersebut. "Rasanya cepat sekali." tambahnya sebelum kembali menguap dan merenggangkan otot-ototnya yang kaku.

Tanpa sengaja, manik matanya menangkap ketiga koper yang berdiri tenang di samping kursi dekat jendela. Yang satunya koper antik besar, yang satunya lagi koper bagasi modern, dan satunya lagi koper antik kecil tanpa roda. Menghela napas, pria surai merah itu beringsut pelan dan beranjak dari tempat tidur. Kakinya melangkah ke koper antik besar miliknya. Jemarinya mulai mengelus lembut sisi benda berwarna hijau tua tersebut. Detik berikutnya, mulutnya melengkung sedikit membentuk sebuah –setengah—senyuman.

Seakan koper tersebut adalah sebuah benda hidup yang bisa mendengarkannya, pria surai merah itu mulai berkata, "Aku tidak ingat pasti kapan aku mendapatkanmu. Keunde (tapi)...,"

Kalimatnya menggantung seiring dengan senyumannya yang ikut menghilang. "Setiap kali melihatmu, aku selalu merasa seperti déjà vu. Tidak hanya itu, kau juga seperti pacar posesif yang mengatur ke mana aku harus pergi."

Ia lantas tertawa karena leluconnya sendiri. Memang benar. Perasaan déjà vu sering menyapanya setiap kali pria surai merah tersebut melihat kopernya. Perasaan itu juga akan semakin menjadi ketika dirinya mengalami sebuah mimpi aneh yang terus berulang-ulang di saat tidur; mimpi di mana dirinya sedang tersenyum bahagia karena menikmati sorakan penonton dari atas panggung.

Born Over HorizonWhere stories live. Discover now