Park Jisten K. - Part 06

20 7 0
                                    

Meet Korean Friend in Leuven

Jisten tidak pernah berpikir bahwa selama ia meninggalkan Seoul, ia akan terus memikirkan Lee Na Won

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Jisten tidak pernah berpikir bahwa selama ia meninggalkan Seoul, ia akan terus memikirkan Lee Na Won. Seolah ia sedang mengalami patah hati yang mendalam. Harusnya tidak demikian.

Namun tetap saja ia memikirkan Na Won sepanjang malam, belum lagi ia mengalami mimpi aneh yang ia yakin mimpi itu terasa nyata. Namun jika diingat kembali, Jisten tidak pernah melakukan hal seperti itu sebelumnya.

Sekarang tidak ada klub, tidak ada teater, tidak mencium aroma masakan ibu. Tidak ada hari memperbaiki mobil remote, tidak ada kesempatan untuk pergi memancing.

Ya, semua kegiatan yang pernah Jisten lakukan selama di Seoul sudah berubah menjadi kegiatan pagi menghadiri kelas, lalu ke perpustakaan dan berkutat dengan segala macam bentuk sastra barat. Sebab Jisten sudah kembali ke Leuven.

Sejujurnya Jisten kembali lebih cepat, sebab ia masih merasa patah hati. Hingga membuatnya enggan berlama-lama di Seoul. Entah kenapa patah hatinya kali ini terasa begitu sulit untuk disembuhkan, kenapa juga harus demikian. Padahal ia tidak pernah dekat dengan penari kontemporer tersebut, mereka bahkan tidak pernah menyempatkan waktu untuk saling berbincang satu sama lain.

Apa yang salah dengan Jisten?

Sudah, sudahi patah hatimu Jisten. Kau harus menghadapi kenyataan. Begitulah otak Jisten berkata.

Namun tiba-tiba saja Jisten ingin mendengarkan musik orkestra, rasanya ingin mendengar musik tersebut sembari menikmati senja di taman universitas. Tetapi ia kehilangan sebelah earbuds nya. Tentu saja ia harus membeli sepasang lagi.

Jisten baru saja keluar dari toko aksesoris handphone, ia membeli sepasang earbuds warna hitam, memasangnya ke telinga sembari berjalan membuka ponsel dan memutar musik orkestra di salah satu platform setelah terkoneksi ke earbuds yang baru ia beli tadi.

Setelah musik itu diputar entah kenapa ia merasa sedih, lelah dan juga rindu kampung halaman. Sampai akhirnya ia tiba di depan sebuah toko bunga.

Salah satu dari bunga tersebut menarik perhatian Jisten. Jisten masih ingat dengan bunga hydrangea yang ia beli beberapa waktu lalu.

Jisten ingat sekumpulan emosi yang menguasai dirinya ketika membeli bunga tersebut, namun perasaannya menghilang begitu saja dan menjadi patah hati setelah Lee Na Won menyebutkan tipe ideal pasangan yang ia inginkan.

Beberapa bunga diletakkan dengan rapi di depan toko tersebut. Tokonya bersih dan wangi, semerbak bunga dapat menggelitik hidung para pejalan kaki disini. Termasuk Jisten.

Pantulan wajah Jisten yang memandang sendu bunga tersebut tampak jelas di depan toko bunga yang jendelanya terbuat dari kaca transparan.

Jisten tidak berusaha menggenggam bunga tersebut, ia hanya memandangi nya sembari berpikir apa yang sebenarnya terjadi. Kenapa ia harus seperti ini lalu bermimpi.

Born Over HorizonWhere stories live. Discover now