Park Jisten K. - Part 03

32 10 0
                                    

Gangwon, Lim

Jisten baru saja turun dari anak tangga yang ada di dalam rumah ini, rumah yang bisa ia sebut villa karena bisa disewa dengan tempat yang cukup strategis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jisten baru saja turun dari anak tangga yang ada di dalam rumah ini, rumah yang bisa ia sebut villa karena bisa disewa dengan tempat yang cukup strategis. Sebab dapat menjadi tempat healing karena letaknya yang berada di tepi Danau Chuncheon provinsi Gangwon.

Selama 3 hari ini Jisten cukup tersiksa karena harus memakai pakaian berkerah seperti turtleneck ataupun pakaian yang bisa menutupi leher.

Jisten jadi sering memakai syal, untung saja sekarang sedang musim dingin. Jika saja kini musim panas dan ada bekas memar di bagian lehernya mungkin Jisten akan dikira orang gila karena memakai pakaian hangat di musim panas, dan itu pasti akan sangat menyiksa Jisten.

"Gara-gara wanita itu aku jadi harus menempelkan ice bag ini setiap saat. Untung saja ibu tidak tahu. Sial." Jisten menyesal jengkel.

Ia pun berjalan menuju balkon menikmati pemandangan gunung dan juga danau yang sunyi, udaranya sejuk dan juga bersih serta bebas dari polusi.

Sejak tadi ia menempelkan ice bag tersebut agar bekas memar di lehernya benar-benar memudar lalu menghilang agar Jisten bisa berpakaian lebih nyaman.

Ia menarik nafas perlahan-lahan lalu menghembuskannya.

Sejak terjaga dari tidurnya satu jam yang lalu Jisten tidak benar-benar merasa lebih baik karena harus menyingkirkan satu beban ini dari lehernya.

Jisten pun mengedarkan pandangan ke sekitar danau, dan satu perahu yang terikat di rumah apung berhasil menarik perhatian Jisten. Perahu tersebut kabarnya memang selalu ada di sana kata teman ayah, saat beliau menawarkan rumah ini pada Jisten.

Ayah dan pemilik villa ini berteman baik, jadi saat Jisten bilang ingin lebih dekat dengan alam dan bepergian, ayah pun merekomendasikan tempat ini. Untung saja tidak terlalu menguras dompet karena teman ayah memberi harga diskon untuk Jisten, dengan syarat suatu hari nanti setelah ia menyelesaikan studinya di Leuven, Jisten bisa membawa teman-temannya kemari mengunjungi Gangwon. Kadang wisatawan asing yang berkunjung ke kafe ayah pun datang ke tempat ini, mereka saling menguntungkan satu sama lain. Bisnis ayah dan temannya tersebut sangat sehat.

Sepertinya setelah menghirup nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya dan mengedarkan pandangan, Jisten jadi tahu kegiatan apa yang akan ia lakukan hari ini.

Akhirnya ia pun menarik ice bag tersebut dari permukaan lehernya, menatap kantong es itu sebentar lalu menghela nafas panjang dan kembali masuk ke dalam rumah untuk bersiap keluar kemudian meletakkan benda dingin itu di salah satu meja bulat di dalam rumah.

Born Over HorizonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang