Park Jisten K. - Part 05

24 8 2
                                    

Back To Leuven

Berulang kali Jisten menyesali satu hal yang sebenarnya tak perlu ia sesali karena tidak ada gunanya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Berulang kali Jisten menyesali satu hal yang sebenarnya tak perlu ia sesali karena tidak ada gunanya.

Sudah beberapa minggu ini ia menyesal kenapa dulu tidak pernah menaruh perhatian pada dunia seni kontemporer padahal sudah sangat jelas alasan ibunya senang menambahkan nama Kurt pada nama Korea Jisten.

Semua itu tentu ada alasan. Jisten berpikir demikian. Namun tidak dengan ibu, ibu hanya senang menamai anaknya dengan nama Kurt dengan harapan Jisten hidup bahagia dan melakukan apapun yang ia inginkan.

Ibu tidak pernah berharap Jisten akan menjadi seorang penari. Namun jika hal tersebut menjadi kenyataan ya tidak masalah, yang terpenting apapun yang menjadi kebahagiaan Jisten, ibu akan terus mendukungnya selagi itu membawa pengaruh positif buat Jisten.

"Bisa-bisanya aku di tolak padahal belum menyatakannya, dan sekarang aku merasa depresi seperti ini. Jatuh cinta memang berbahaya." Jisten merebahkan tubuhnya diatas kasur sambil melihat langit-langit kamar.

Karena sudah mengantuk Jisten pun perlahan-lahan masuk ke alam bawah sadar.

Di dalam kepalanya, tidak ada cahaya. Semuanya tampak gelap, hening dan ia tidak bisa merasakan kehadiran siapapun di dalam mimpinya.

Namun ada suara kecil yang menggema entah datang dari mana, suara itu semakin lama semakin jelas, mirip suara sekumpulan perempuan.

Tunggu,

Jisten memasang telinga dengan baik. Lambat laun suara itu semakin jelas terdengar. Lebih seperti memanggil namanya, bersorak lebih keras lalu diiringi suara musik. Jisten merasakan semuanya. Semua orang disini menantikannya.

Perlahan-lahan sinar terang masuk ke dalam kedua netra Jisten, kini ia tengah berdiri dengan pakaian serba putih, terhampar selendang putih, tipis dan bersih di atas pundaknya. Masing-masing sisi dari selendang tersebut ia pegang lalu ia lemparkan ke atas.

Kali ini sorak sorai orang-orang disekitar nya semakin jelas.

Jisten tenggelam bersama melodinya, bahkan anak kecil saja tahu bahwa Jisten tengah berada di atas panggung besar dengan banyak penonton di sekelilingnya.

Ia merasa tubuhnya melayang, melompat dan bergerak kesana kemari dengan selendang tersebut.

Lalu beberapa orang datang menghampiri Jisten, menarik selendang yang ia pegang sedari tadi. Dan Jisten berputar di sana, lalu dua orang yang tak bisa Jisten lihat dengan jelas wajahnya, menghentikan Jisten dengan mengikat serta menutup kedua mata Jisten, hingga Jisten melonjak dari tempat tidur dan bangun dari mimpinya.

___

Mimpi aneh itu masih terus bersarang di kepala. Entah apa maksudnya Jisten tidak mengerti, rasanya ia benar-benar ada di sana dan terasa begitu sangat nyata, apa lagi selendang tersebut. Terasa nyata bahkan Jisten dapat merasakan ikatan selendang tu di permukaan matanya semakin mengerat.

Born Over HorizonWhere stories live. Discover now