Kim Tae Oh - Part 04

16 7 5
                                    

Dealing : Kencan Pertama (2/2)

Taman terasa lenggang. Orang-orang memutuskan beristirahat di Rumah masing-masing selepas bekerja. Tersisa dua orang keluyuran yang mengaku pasangan sehidup semati dan seonggok orang berjualan balon beserta produk makanan burung terdisplay apik pada gerobak mungil di ujung jalan. Tae mampir membeli dua bungkus lalu kembali pada Ryeon.

Dalam hati Ryeon memuji setelan kemeja Tae Oh sore ini, style boyfriend material. Terpasang bros mawar akrilik tersemat di dada kirinya. Begitu indah dan menarik perhatian sejak pertama kali pertemuan, tampak mengkilat-kilat. Menambah poin plus dari wajahnya yang tak bisa dialihkan, jika dilihat lebih lama Tae Oh tidaklah semembosankan itu.

"Bros itu jimat, ya?" tanya Ryeon sekembalinya Tae keposisi semula. Mereka berjalan dengan langkah seirama.

"Ada peletnya, kau harus hati-hati," goda Tae, Ryeon membalas dengan hidung mengkerut.

Mereka duduk pada bangku taman, memastikan suasana cocok untuk mereka berdua pacaran. Tidak ada pengganggu, air mancur tepat di tengah mereka duduk, dedaunan sesekali berguguran menyambut mereka berdua.

Tae Oh ingin berpacaran model begini, tidak aneh-aneh—belum tapi dipikirannya untuk sementara, dia hanya mau Ryeon menemaninya sampai puas.

Tae mengeluarkan seplastik makanan burung untuk menarik perhatian merpati. Ryeon sudah was-was sejak masuk ke pagar Taman. Merpati banyak sekali berkeliaran dan itu membuatnya takut. Kuku-kuku Ryeon mencengkram lengan Tae Oh saat telapak tangan Tae penuh biji-bijian.

"Katanya tidak ada skinship," celoteh Tae tak meninggalkan aksen mengejeknya. Burung-burung mulai mendekat, satu bertengger pada siku bangku. Nyaris Ryeon berteriak tapi dia bisa menahan, merapatkan posisi duduknya ke arah Tae sebagai tempat berlindung.

"Jika bukan karena uang aku tidak—hya! Merpati laknat itu mematok jari kakiku." Kedua tangan Ryeon melingkar pada leher Tae Oh sedangkan kakinya naik ke atas bangku. "INI BERLANGSUNG LAMA?!"

Tae Oh cekikikan terpingkal-pingkal. "Baru juga semenit, bertahanlah. Kau tidak kasihan lihat burung-burung itu kelaparan."

"Jangan sampai burungmu yang kupatok..sial! yang warna putih mendekat!"

"Semakin berisik, mereka akan senang menggodamu."

Perlahan, Tae Oh mengendurkan lengan Ryeon, mengusir si burung dan menyuruh Ryeon duduk diam, membantunya berselonjor pada bangku. Tidak ada ruang lagi bagi si burung, hanya Ryeon dan Tae Oh. Pria itu tak segan mendekap setengah tubuh Ryeon dari belakang. "Seperti ini, diamlah."

Saat dia berbisik pada daun telinga Ryeon, aliran darah memompa jantung keduanya begitu deras, membangkitkan tenaga diesel disebut gairah tak terkontrol.

Berlanjut, Tae memberikan sejumput biji-bijian dan menaruhnya pada telapak tangan Ryeon. Dia menuntun tangan itu mengarah ke udara lebih tinggi. Satu merpati naik pada telapak, awalnya Ryeon memekik tapi Tae mendesis, mengajarkannya bersikap lemah lembut agar si burung tidak lari.

Ada sensasi geli terasa ketika paruh menusuk-nusuk kulit yang lama kelamaan menjadi menyenangkan.

"Tidak seperti bayanganmu, kan?" Tae Oh tersenyum lucu. Cengiran lebar itu membentuk smile box menular.

Pipi Ryeon memerah, "Tetap saja itu menjijikkan dan tidak romantis sama sekali." Dia melempar biji-bijian ke sisi jalanan lebih jauh, burung-burung mengerumuni semua makanan, sontak Tae memasang raut tak terima tapi malas memperpanjang perdebatan.

Melihat hal itu, Ryeon menyamankan kepalanya pada paha Tae, memperlakukanya seperti bantal. Sikap Tae berubah, otomatis dia bisa menyaksikan Ryeon dari sudut atas lebih jelas.

Born Over HorizonWhere stories live. Discover now