Kim Jinseok - Part 06

28 8 5
                                    

Halo. Maaf late banget...tapi aku tetep posting :)

.

.

.


Luna terlihat seperti wanita yang baru berpulang dari belantara hutan setelah tersesat tiga hari tanpa makan dan minum. Otak dan tubuhnya tidak sinkron. Dia berjalan sempoyongan dengan muka ditekuk, bibirnya terus babbling mirip anak bayi dan mencekik leher botol minuman keras. Perasaan tak mau kalah terus berkobar, memikirkan bagaimana cara untuk merebut kembali ruko. Sesampainya pintu toko ia buka, Nenek menyodorkan obat pengar.

"Nek, aku tidak mabuk," tolaknya.

"Tapi kau pakai sepatu kanan di sebelah kiri."

Luna menunduk kemudian memukul kepalanya pelan. Dia ngeloyor masuk kamar setelah menyahut obat pengar, "Ini semua gara-gara Nenek! Mantan idol itu tidak goyah sedikitpun!"

BRAK ! Pintu kamar tertutup untuk siapapun.

"Besok ada bersih desa, kau datang ya!" teriakan Nenek dari luar tenggelam begitu saja.

Di dalam kamar, saat kondisinya lumayan fokus, Luna menghabiskan malamnya marathon Squid Game dan menelan Popcorn caramel yang Ia comot diam-diam dari toko. Tak ada satupun yang bisa menghentikan aksi melepas stresnya. Dia memperbaiki suasana hati hingga rencana itu muncul setelah sembilan jam menonton sampai subuh. Rencana yang tak akan ditolak oleh Jinseok.

Luna melengkapinya dengan sebuah senyuman manis tak berdosa, mengambil ponsel dan menekan icon Youtube, mengetikkan kata Horizon dan segalanya muncul. Jinseok tidak bohong, dia memang mantan idol yang telah pensiun. Banyak berita muncul soal dirinya, prestasi dan hal-hal yang menyangkut agensi. Kemana Luna selama ini? Sibuk kuliah? Sudah pasti tapi ketinggalan trend industri hiburan? Sulit dipercaya dia melewatkan hal ini. Tak terasa sudah pukul tujuh pagi dan Luna tidak tidur tapi kini matanya perlahan berat, berat dan dia mendengkur sedetik kemudian.

Nenek mulai khawatir ketika cucunya tidak keluar kamar sampai sore hari. Nenek memaksa masuk, dia dihadapkan oleh selimut tersingkap, baju tergeletak serampangan namun bau parfum bunga bungaan merebak dari kamar mandi. "Apa yang membuat Luna menghilang ditelan bumi tanpa pamit?" kata Nenek keheranan.

Luna berjalan secepat yang dia bisa menuju Rumah Jinseok. Awalnya dia memoles bibirnya dengan gincu merah darah, serasa dia akan perang mulut dengan Jinseok namun keinginannya urung, dia menghapus lalu menyempurnakan dengan warna nude. Ya, pilihan yang tepat, kalem nan berkesan. Dia terhenti sejenak saat tangannya mulai terangkat ke pintu masuk kemudian satu ketukan memantapkan niatnya.

Seseorang membukakan pintu dan itu Jinseok baru keluar dari kamar mandi. Rambutnya setengah basah menutupi jidat beserta handuk mencekik lehernya. Beruntung Jinseok sudah pakai kaos creme dan celana kolor sepanjang lutut, jika tidak Luna dikejutkan dengan pemandangan erotis lain dan itu pasti di luar kendalinya sore ini. Sebegitu saja membuat Luna mematung sebentar, menelan ludah kemudian dia menyapa "H—hai," katanya dengan nada dibuat setenang- tenangnya.

"Masuk."

"Tidak, disini saja. Aku ingin bicara." Luna menancapkan kedua kakinya pada keset coklat bertuliskan 'Home Sweet Home'. Jinseok keluar, sepersekian detik aroma laut menguar dari tubuhnya yang belum sepenuhnya kering. Nyaris menghipnotis Luna, membayangkan bagaimana Jinseok menari telanjang di panggung konser.

"Meneruskan yang kemarin?" respon Jinseok.

"A—ku beri kau penawaran yang tidak akan bisa kau tolak. Sebaiknya kau bersiap untuk menyerahkan ruko padaku."

"Kau tidak akan menang."

"Tidak adil jika masalah ruko ini dibawa kejalur hukum atau dibuat ajang bisnis, maksudku dengan memberimu uang dua kali lipat sementara kau sudah bergelimang harta Mr. World Wide Handsome..."

Born Over HorizonWhere stories live. Discover now