Anh Yun Gi - Part 2

37 10 2
                                    

Ready buat chapter 2?
Hemmm kok masih pada diem-diem bae kenapa nih? Gak up lagi lo, ngambek lo aku lo 🙂

Ndak ndeng becandaa. Tapi aku nungguin vote dan komen kalian 🙂 🌷

Met membaca 🤗

Sepertinya Yun Gi sudah mendapatkan apa yang ia idam-idamkan selama ini. Bukan mengenai harta yang melimpah maupun jabatan yang tinggi, melainkan sebuah fenomena bangun siang setiap hari. Bermalas-malasan dari fajar sampai petang lalu mengulangnya setiap hari. Hidup hampir 30 tahun, baru kali ini Yun Gi bisa menikmatinya.

Pensiun di umur 30 tahun masih sangat jauh dari kata cukup. Orang-orang di luar sana baru memulai karirnya di usia tersebut. namun sayangnya Yun Gi berbeda. Pria itu membangun karir sudah lama, bahkan sejak duduk di bangku sekolah menengah pertama.

Hidupnya sulit? Benar, memikirkan bagaimana cara mendapatkan uang sudah ia jalani sejak saat itu juga. Tapi kini Yun Gi baru menyadari yang ia harapkan adalah waktu luang untuk membahagiakan dirinya sendiri.

____

Senja bersembunyi di balik dedaunan, memancarkan sinar jingga yang indah juga hangat membuat Yun Gi menikmati perjalanannya kali ini. Pembaunya  dimanjakan oleh aroma lezat dari street food yang berjejer di tepian jalan. Sengaja tidak menggunakan mobil sebab ingin mampir ke semua toko yang menarik perhatian matanya. Membeli beberapa barang yang diyakini punya nilai guna sekalipun tidak butuh.

"Bukannya kau punya bakat bermusik ya?" Tanya Tomy. Temannya semasa SMA.

Tomy menarik Yun Gi masuk kedalam toko peralatan musik yang memiliki nuansa klasik khas era 90an. Mereka disambut oleh seorang pramuniaga dengan sangat baik.

Semasa SMA, Yun Gi dan Tomy berada di satu tim club basket. Mereka berdua sering dijuluki sebagai primadona lapangan sebab trik dan gayanya bermain dengan bola sering memukau para penonton. Terkhususnya para gadis. Perbedaanya hanya satu. Jika Tomy tampan dan menyukai wanita, Yun Gi hanya tampan dan tidak peduli dengan wanita.

"Kenapa kau tidak mencoba untuk bermain musik lagi?"

Yun Gi mengedikan bahunya sembari memeta seluruh peralatan musik yang ada di dalam toko ini. "Entahlah. Aku sudah lama tidak menyentuh alat musik." Tanganya berhenti pada sebuah gitar Akustik berwarna hitam yang tertopang indah di atas bingkai kayu. Jemari pria itu menari mengikuti lekuk indah gitar tersebut.

"Cobalah," Tomy mengambil gitar itu lalu memberikannya kepada Yun Gi. "Mungkin saja menjadi musisi lebih cocok untuk mu."

Dengan amat terpaksa, lengkap dengan tatapan sinis akhirnya Yun Gi menerima gitar tersebut. Menelaahnya sekitar dua detik, kemudian beberapa kali memetik dengan kunci-kunci yang masih dia ingat. "Musisi tidak akan menghasilkan uang bayak. Mereka jarang diakui sekarang."

Born Over HorizonWhere stories live. Discover now