𝟎𝟕𝟕. manjirou sano - i'm yours

4.8K 663 93
                                    

[ sequel : manjirou sano - bullshit ]

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

[ sequel : manjirou sano - bullshit ]

Ini cerita tentang gadis bersurai panjang yang '[Name]' temui kemarin di depan toilet mall.

—/ /—

Antara interval satu sampai sepuluh, angka berapa yang cocok dengan penderitaan SANO MANJIROU?

Mulai dari sang kakak, adik perempuan, teman masa kecil, bahkan sosok gadis yang begitu ia cintai pun pergi meninggalkannya seorang diri. Mungkinkah semua orang yang berada di dekatnya memang hanya untuk pergi dengan meninggalkan luka di hatinya?

Semalam suntuk Manjirou mengurung diri di kamar. Kepergian gadisnya yang terbilang cukup tiba-tiba membuat ia enggan menerima kenyataannya itu. Ingin marah, tetapi dengan siapa? Lagipula untuk apa ia marah?

Manjirou memutuskan untuk melupakan semua kenangan tentang gadis itu. Mengubur dalam-dalam perasaan cintanya kepada sang gadis. Persetan dengan janji petang itu, Manjirou tidak peduli. Lagipula gadis itu juga mengingkarinya 'kan?

Malam itu, Manjirou berhenti memperdulikan segala tentang hidupnya. Ia justru melangkahkan kaki menuju penjual dorayaki. Jika biasanya, ia akan pergi bersama gadisnya—ah, Manjirou sudah memutuskan untuk tidak mengingat satu hal pun tentang gadis itu.

Ketika satu dorayaki hangat berhasil di dapat, Manjirou langsung memakannya. Tetapi, netranya menangkap pemandangan tidak mengenakkan di depan sana. Bagaimana bisa di malam hari yang dingin, seorang gadis terduduk lesu di tepi jalan? Lantas, Manjirou langsung berjalan menghampirinya.

Menyadari tatapan takut dari sang gadis, Manjirou sedikit menarik sudut bibirnya ke atas. Ia berjongkok tepat di depan gadis itu guna mensejajarkan tingginya. "Nama mu?"

Gadis itu menggelengkan kepalanya. "Tidak punya." Ya, itulah jawaban yang keluar dari mulut sang gadis. Sepertinya ia mempunyai kenangan kelam akan nama aslinya.

Manjirou menaikkan salah satu alisnya. "Hah??!"

"Aku tidak punya nama," ucapnya ketus. Tetapi perutnya yang tidak tahu menahu justru berbunyi, membuat pria asing di depannya tertawa kecil.

"[Name]," gumam Manjirou, tangan kanannya terulur memberi setengah dorayaki. "Mulai sekarang nama mu [Name], Sano [Name]." lanjutnya seraya tersenyum lebar.

Bukankah ia sudah memutuskan untuk melupakan gadis itu?

Sang gadis menganggukkan kepala seraya tersenyum. Saat ia bertanya apa arti dibalik nama barunya, Manjirou hanya mengedikkan bahu acuh seraya menjawab; "Tidak ada."

Begitulah kisah singkat pertemuan antara Manjirou dan seorang gadis yang memiliki kehidupan sama seperti dirinya—hidup seorang diri, tidak mempunyai tujuan hidup, juga sering berjalan tanpa arah.

Gadis asing yang kini bernama [Name] itu terus mengikuti Manjirou. Tidak peduli jika Manjirou mengajaknya masuk ke dalam gelapnya dunia kriminal. Toh, sejak dulu ia memang hidup dalam kegelapan.

Waktu berlalu begitu cepat, sudah lebih dari sepuluh tahun gadis itu terus berada di sisi Manjirou. Walaupun sudah lama, tetapi tidak ada hubungan khusus antara keduanya.

Manjirou menghela nafas lelah, beranjak dari kursi—meninggalkan dua gelas es krim yang sudah sedikit mencair. Ia membawa kaki jenjangnya menuju toilet perempuan. Walaupun wajahnya menampilkan ekspresi kesal, tetapi di sisi lain Manjirou merasa khawatir. Ia tidak mau kehilangan orang yang berharga bagi hidupnya, lagi.

Tetapi siapa sangka jika ia justru akan bertemu dengan gadisnya dulu. Setelah lebih dari sepuluh tahun menghilang begitu saja, kenapa tiba-tiba gadis itu muncul di hadapannya?

Setelah percakapan singkat seperti pada chapter sebelumnya, Manjirou langsung pergi begitu saja—meninggalkan gadis itu yang masih diam mematung.

"Manjirou?" panggil [Name]—tentu saja bukan [Name] gadisnya dulu. Yang saat ini ada di sisi Manjirou adalah seorang gadis asing yang tiba-tiba masuk ke dalam hidupnya. "Kau kenal dengan gadis tadi?"

Manjirou tak menjawab, ia terus menarik [Name] keluar dari mall. Kakinya menapak jalanan di tepian kota, menuju markas Bonten. Ah—padahal niat awal mereka berdua adalah menghabiskan waktu seharian penuh untuk bersenang-senang di mall.

"Manjirou!!" pekik [Name] dengan nada bicara yang ditinggikan, sebab ia sudah merasa kesal karena sejak tadi Manjirou terus mengacuhkannya. "Kau kenal dengan gadis tadi 'kan?"

"Ya." jawab Manjirou singkat tanpa menatap gadis di sebelahnya, hingga gadis itu yang justru menangkup pipinya—memaksa agar kedua pandangan mereka bertemu. "Maaf."

[Name] mengernyitkan dahi, kenapa tiba-tiba Manjirou minta maaf?

"Dia [Name], mantan pacarku." Manjirou memalingkan wajahnya. "Maaf jika aku terkesan seperti mempermainkanmu."

Bukannya kesal, [Name] justru tertawa kecil. Baginya, ekspresi wajah Manjirou saat ini terlihat lucu. "Manjirou masih suka sama dia, ya?" tanyanya, bagaimanapun ia tidak mempunyai hak untuk merebut Manjirou dari gadis itu. Lagipula, saat ini ia memakai namanya—yang jelas-jelas menandakan jika Manjirou memang belum move on dari gadis itu.

Namun siapa sangka jika ketua Bonten itu justru menjawab; "Tidak, dia hanya masa lalu ku. Saat ini aku milikmu, dan kau milikku." ucapnya pelan sembari merengkuh tubuh ramping itu ke dalam pelukan hangatnya.

Manjirou memeluk gadis itu erat, ia tidak mau jika [Name]-nya yang sekarang ikut pergi meninggalkannya juga.

Di belakang sana, seorang gadis yang sejak tadi mengamati interaksi antara Manjirou dan [Name] hanya menyunggingkan senyum tipis. Pada akhirnya Manjirou memang hanya bagian masa lalunya saja.

---
Tokyo Revengers © Ken Wakui
01/01/2022

𝐀𝐍𝐈𝐌𝐄 𝐗 𝐑𝐄𝐀𝐃𝐄𝐑 !! Where stories live. Discover now