𝟎𝟔𝟎. takashi mitsuya - patients love story

4.9K 741 56
                                    

Cerita tentang dua pasien dengan penyakit yang di derita masing-masing dalam menjalani hari sembari menunggu ajal datang menjemput

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Cerita tentang dua pasien dengan penyakit yang di derita masing-masing dalam menjalani hari sembari menunggu ajal datang menjemput. Entah kapan atau siapa yang lebih dulu pergi, keduanya sama-sama tidak tahu. Antara jantung dan ginjal, kira-kira siapa yang akan memakan korban lebih dulu?

"Akhirnya sampai juga!" Gadis itu berseru penuh antusias seraya meregangkan tangan. Sedangkan pria yang saat ini berdiri di belakangnya hanya menyunggingkan senyum tipis-sangat tipis, bahkan nyaris tak nampak.

Memberi alasan merasa suntuk jika terus berada di dalam ruangan, serta bosan dengan dinding dan langit-langit polos membuat Mitsuya mengiyakan ajakan [Name] pergi ke atap rumah sakit. Lagipula, sudah lama juga mereka berdua tidak menghirup udara segar luar ruangan.

Baik [Name] maupun Mitsuya, mereka sama-sama bertumpu pada pagar pembatas. "Mitsuya-san, jika dunia pararel itu benar-benar ada, mungkinkah di dunia itu kita akan tetap hidup?"

Mitsuya menolehkan kepala. Ia menyentil dahi [Name] dan berceletuk, "Bodoh! Mana mungkin ada dunia seperti itu." Walaupun dalam hati ia sangat berharap jika dunia seperti itu memang benar adanya.

[Name] mempoutkan bibirnya, mengusap-usap dahi yang menjadi sasaran Mitsuya beberapa detik lalu. Tetapi setelah itu, "Mitsuya-san lihat!" [Name] kembali berseru-tangannya menunjuk ke arah langit malam yang dihiasi miliaran bintang. "Bintang jatuh!"

Kembali menyunggingkan senyum, Mitsuya memiringkan kepalanya. "Lalu?" Walaupun sebenarnya ia tahu maksud sang gadis.

"Membuat permohonan!!"

"Memangnya apa permohonan mu?" Lagi-lagi Mitsuya mengajukan sebuah pertanyaan. Pandangannya tak lepas dari wajah [Name] yang terus menampilkan seulas senyum-seolah dirinya baik-baik saja.

"Aku ingin hidup lebih lama lagi," [Name] menjeda kalimatnya. Atensi yang awalnya terpaku pada langit malam berganti menatap wajah tampan Mitsuya-hingga pandangan keduanya bertemu. "Bersama Mitsuya-san."

Sebenarnya laki-laki itu sedikit salah tingkah, namun tetap bertingkah acuh layaknya tidak terjadi apa-apa. "Aku juga ingin hidup lebih lama lagi, denganmu." ucapnya-hanya dalam hati.

"Mitsuya-san??" [Name] melambaikan tangannya tepat di depan wajah Mitsuya-dengan maksud untuk membuyarkan lamunannya. "Sekarang giliran mu membuat permohonan."

Mitsuya memalingkan wajahnya dengan cepat, kemudian meraih pergelangan tangan [Name]. "Sudah larut, ayo kembali." ucapnya mengalihkan topik pembicaraan.

[Name] menganggukkan kepala. Jantungnya berdegup lebih kencang hanya karena Mitsuya yang tiba-tiba menggandeng tangannya. Setelah sampai di depan masing-masing ruang rawat inap, [Name] tersenyum simpul ke arah Mitsuya. "Sampai jumpa besok, jika masih hidup." Sejujurnya ia sudah lelah menjalani cuci darah.

Hari berikutnya, baik Mitsuya ataupun [Name], kondisi mereka berdua turun begitu drastis. Bahkan sampai tidak sadarkan diri, tetapi Mitsuya bangun lebih dulu.

"Mau saya antar?" Perawat itu menawarkan bantuan. Sedangkan Mitsuya hanya membalas dengan gelengan kepala dan berjalan pelan menuju ruang rawat inap [Name] yang berada tepat di samping ruang rawat inapnya.

Mitsuya meraih kursi dan mendekatkannya dengan ranjang tempat [Name] terbaring lemah. Terus memandang wajah [Name] tanpa mengucapkan sepatah katapun. Lidahnya terasa kelu, mulutnya seolah tidak mengizinkan untuk membuka suara.

Hari-hari berikutnya, kondisi jantung Mitsuya semakin lemah, sedangkan [Name] belum juga sadarkan diri. Namun saat Mitsuya kembali terbangun, ia merasa ada hal yang aneh. Baik otaknya, perasaannya, ataupun suasana sekitar terasa begitu aneh bagi dirinya.

"Setelah saya mati, saya bisa mendonorkan ginjal untuk pasien bernama [Full Name] 'kan?" Mitsuya bertanya lirih. Hampir sepuluh juta orang di seluruh dunia meninggal akibat penyakit jantung, dan Mitsuya merasa bahwa dirinya akan termasuk ke dalam sepuluh juta itu.

Perawat yang bertugas mengecek kondisi Mitsuya terdiam beberapa saat. Namun pada akhirnya, ia mengatakan hal yang seharusnya memang ia katakan sejak tadi, "Tapi pasien bernama [Full Name] sudah meninggal satu minggu yang lalu, dan dia mendonorkan jantungnya untukmu."

Saraf otak Mitsuya seperti berhenti seketika. Ia memandang penuh tanya, mencoba meyakinkan jika pendengarnya salah. "Suster kalau bercanda tidak lucu."

Perawat itu menggelengkan kepala, "[Last name] menitipkan ini untukmu." Tangannya terulur memberi buku harian berwarna biru laut sebelum akhirnya pamit keluar, meninggalkan Mitsuya yang mulai menangis dalam diam.

Malam ini, Mitsuya sudah kembali ke kamarnya setelah hampir satu bulan mengurung diri di rumah sakit. Pandangannya salah fokus dengan buku harian berwarna biru laut milik [Name] yang terletak di atas meja belajarnya. Mitsuya mengambil benda tersebut dan membawanya ke atas ranjang.

Laki-laki itu mulai membuka lembar demi lembar buku harian [Name]. Merasa heran karena isi dari tulisan di buku tersebut hanya tentang dirinya-sepertinya [Name] benar-benar mengagumi sosok Mitsuya Takashi.

"Tidak pernah menyukai laki-laki, tapi sekalinya suka, kau justru menyukai laki-laki brengsek sepertiku." Mitsuya bergumam, kemudian menutup buku tersebut. Tulisan yang berada di halaman paling belakang membuat Mitsuya membenci dirinya sendiri.

Bagaimana bisa, Mitsuya pernah membenci [Name] hanya karena gadis itu yang tiba-tiba jujur tentang perasaannya. Padahal saat itu [Name] sudah mengumpulkan keberanian untuk confess. Tetapi kenyataannya, seorang yang selama ini ia kagumi justru menyakiti hatinya.

"Jika aku kembali berkata; Mitsuya-san aku menyukaimu...?"

Omake!

Lebih dari satu tahun Mitsuya hidup dengan jantung [Name]. Padahal hati keduanya tidak cocok, tetapi kenapa jantung [Name] cocok dengan jantung Mitsuya?

Saat ini, pria itu tengah bersantai di cafe dekat sekolah-daripada bersantai, Mitsuya lebih terlihat seperti tengah duduk termenung dan juga melamun. Namun pandangannya salah fokus dengan hal yang berada tak jauh di luar sana.

Entah benar-benar ada atau hanya ilusi sebab hati merasa rindu akan kehadiran sosok sang gadis, yang jelas netra nya menangkap seorang wanita berparas sangat mirip dengan [Name], bersama seorang laki-laki yang mirip dengannya-namun dengan gaya rambut berbeda, juga gadis kecil yang berada di gendongan laki-laki itu. Lantas Mitsuya kembali teringat tentang;

"Mitsuya-san, jika dunia pararel itu benar-benar ada, mungkinkah di dunia itu kita akan tetap hidup?"

---
Tokyo Revengers © Ken Wakui
04/11/2021

𝐀𝐍𝐈𝐌𝐄 𝐗 𝐑𝐄𝐀𝐃𝐄𝐑 !! Where stories live. Discover now