𝟎𝟒𝟕. manjirou sano - happiness (3/3)

5.1K 944 64
                                    

Kehidupan keluarga Sano kembali normal--walaupun tetap tidak senormal dulu. Kebahagiaan demi kebahagiaan muncul satu persatu. Setelah kejadian itu, Manjirou sampai berlutut di depan [Name], meminta maaf atas semua kesalahannya. Tetapi apakah sekedar kata maaf cukup untuk menebus semua kesalahannya?.

Niat awal ingin menceraikan [Name] setelah anak keduanya lahir, tidak jadi Manjirou lakukan. Setelah dipikir kembali, hal itu justru terkesan seperti meninggalkan masalah dan lari dari tanggung jawab. Manjirou berusaha memperbaiki kesalahannya. Walaupun sulit, atau justru tidak bisa diperbaiki lagi.

Saat ini, Manjirou tengah duduk sembari memangku putri kecilnya. Menatap [Name] yang sibuk berkutat dengan alat dapur di depan sana. Gadis kecil yang diberi nama Emma itu sibuk bermain jari tangan Manjirou, sesekali mencubitnya pelan.

Walaupun seorang laki-laki, Mikey selalu membantu [Name] memasak makan malam, tidak terkecuali malam ini. Bocah yang akan berusia genap enam tahun bulan depan itu sedang mengaduk sup. Karena pendek, ia sampai harus naik di atas kursi.

"Mama, jika seperti ini, sudah matang 'kan?" Mikey bertanya kepada [Name] yang berdiri di sampingnya.

[Name] menoleh. Memang benar, sup tersebut sudah mendidih. Segera, ia mematikan kompor. Kemudian tangannya beralih untuk menurunkan putranya dari atas kursi. "Terimakasih sudah membantu."

Mikey mengangguk dan menghampiri adik kecilnya. Tetapi hatinya mendadak ragu. Mikey masih sedikit takut dengan Manjirou jika teringat kejadian-kejadian lebih dari satu tahun lalu. Padahal dulu ia masih sangat kecil, tetapi hal tersebut tetap tertanam dalam benak kecilnya.

Setelah menghela nafas, dengan sedikit keberanian, Mikey duduk di sebelah Manjirou. Jantungnya serasa ingin meloncat saat tangan besar itu mendarat di atas kepalanya, kemudian mengacak rambut blonde nya yang sudah sedikit panjang.

"Kau takut denganku?" Seolah tahu apa yang sejak tadi sang anak pikirkan, Manjirou justru bertanya seperti itu.

Mikey menggelengkan kepala, atensinya terpaku dengan gadis cilik yang berada di pangkuan Manjirou.

"Maaf." Manjirou bergumam lirih.

"Hey, cepat kesini!!" [Name] berseru, memecah suasana antara Manjirou dan Mikey yang tidak terlalu mengenakkan.

Manjirou beranjak, tangan kanannya menggendong Emma, sedangkan tangan kirinya terulur untuk meraih tangan Mikey. Laki-laki itu tersenyum simpul saat melihat wajah terkejut Mikey.

Mikey membalas senyuman tersebut, rasa takutnya kepada Manjirou sedikit berkurang.

[Name] mengambil Emma dari gendongan Manjirou. Gantian, saat ini wanita itulah yang memangku Emma. Tangannya menyuapkan bubur bayi ke mulut Emma dan sesekali makan untuk dirinya sendiri.

Manjirou dan Mikey duduk bersebelahan. Mereka berdua sama-sama fokus dengan makanan di piring. Walaupun sesekali Mikey mencuri-curi pandang untuk melihat bagaimana Manjirou makan.

Kira-kira bagaimana reaksi Mikey saat tahu dulu Manjirou tidak mau makan jika tidak ada bendera di atas makanannya?.

Selesai makan malam, keluarga Sano bersantai di depan televisi. Manjirou dan kedua anaknya sibuk bermain. Saling bergurau dan tertawa. Hingga [Name] iseng untuk memotret menggunakan kamera ponselnya.

"Sudah malam, ayo tidur!" Ajak [Name] setelah mengamati hasil jepretannya.

Mikey berlari ke arah [Name]. "Aku ingin tidur dengan mama!"

[Name] melirik Manjirou, seperti meminta izin. Manjirou memang sudah kembali tidur di ranjang yang sama dengan [Name]. Sedangkan Emma berada di box bayi yang diletakkan tak jauh dari ranjang.

"Tidur berempat, sepertinya menyenangkan." Ucap Manjirou. Tenang saja, kasur mereka king size. Jika hanya sepasang suami istri dan dua bocah, tentu saja muat.

Mikey sudah berlari ke kamar terlebih dahulu, sedangkan Emma tertidur di gendongan Manjirou. Laki-laki dua anak itu meraih pergelangan tangan wanitanya. Sebelum melangkahkan kaki ke kamar, Manjirou mencium sekilas pucuk kepala [Name] dan tersenyum simpul.

[Name] tidak tahu harus mengekspresikan wajahnya seperti apa. Sudah lama ia tidak mendapat perlakuan seperti ini. Tetapi perasaan takut jika sewaktu-waktu polisi datang ke rumah untuk menjemput Manjirou menyelimuti hatinya. [Name] tahu jika Manjirou memang salah dan harus mempertanggungjawabkan perbuatan nya. Tetapi tetap saja, ia tidak mau ditinggal olehnya.

Dengan perlahan, Manjirou meletakkan Emma di atas ranjang dekat tempat [Name]. Mikey sudah tidur terlentang di dekat tempat Manjirou.

Setelah Manjirou menarik selimut dan menghidupkan lampu tidur, Mikey menatap nya sebentar kemudian beralih menatap [Name]. "Selamat malam."

Manjirou menyunggingkan senyum simpul, menatap [Name] dan juga kedua anaknya yang sudah terlelap, entah benar-benar tidur atau hanya menutup mata. "Selamat malam."

Untuk saat ini, Manjirou akan menjalani kehidupan bahagianya. Entah sampai kapan, ia juga tidak tahu. Yang jelas, cepat atau lambat, identitasnya sebagai kriminal akan segara terungkap.

Dan benar, setelah kehidupan keluarganya perlahan membaik, hari itu, hari yang sudah lama [Name] takutkan terjadi. Rumahnya kedatangan tamu yang tidak diharapkan kehadirannya. Beberapa polisi membawa Manjirou untuk membalas semua kejahatannya di balik jeruji besi. Bukan hanya Manjirou, semua anggota Bonten juga harus mempertanggungjawabkan perbuatan masing-masing.

Malam ini, sudah seminggu sejak ia hanya tinggal di rumah bersama kedua anaknya. [Name] menatap foto berisi Manjirou, Mikey dan juga Emma yang duduk di karpet malam itu. Manjirou tersenyum lebar, Mikey tertawa hingga gigi susunya terlihat, sedangkan Emma yang merupakan objek kenapa dua laki-laki itu tertawa hanya menampakkan wajah datar.

"Walaupun lama, bahkan saat kau keluar dari penjara Mikey dan Emma sudah tumbuh remaja, aku akan tetap menunggumu kembali."

---
28 agustus 2021

𝐀𝐍𝐈𝐌𝐄 𝐗 𝐑𝐄𝐀𝐃𝐄𝐑 !! Where stories live. Discover now