𝟎𝟓𝟔. haitani brothers - yours

7.2K 1K 219
                                    

Berjalan terburu-buru, sepatu dibiarkan menapak jalanan yang sedikit becek sebab baru saja di guyur hujan cukup deras

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Berjalan terburu-buru, sepatu dibiarkan menapak jalanan yang sedikit becek sebab baru saja di guyur hujan cukup deras. Gadis semampai itu terus melangkahkan kaki tanpa memperdulikan paru-paru yang sudah kekurangan pasokan oksigen.

Sesekali atensi menatap benda persegi panjang pipih yang berada di tangan kanannya—mengecek apakah teleponnya di angkat atau tidak. Namun nihil, seorang dengan nomor yang selalu tersemat di chat paling atas itu tidak memberi tanda-tanda menerima panggilan.

"Ran brengsek!" Gadis dengan nama lengkap [Full Name] itu terus mengumpat selama perjalanan. Hatinya terasa sesak jika teringat foto yang dikirim oleh nomor tak dikenal beberapa menit lalu.

Tak jauh dari tempatnya kini berdiri, sosok sang pacar tengah duduk manis sembari bergurau dengan seorang perempuan berambut sebahu. Langsung saja, [Name] berjalan cepat ke arahnya, lalu menampar kuat pipi sang pria.

Pria bermarga Haitani yang baru saja mendapat tamparan dari seorang gadis beranjak dari duduknya. Menatap tak suka sekaligus terkejut dengan kedatangan [Name]. Siapa yang memberitahunya?

"Apa ini yang kau maksud 'aku sibuk'?" ucap [Name] begitu lirih, namun setiap kata ia tekan layaknya sedang mengintimidasi. Pandangannya beralih dengan sosok seorang gadis yang sejak tadi berada di sebelah Ran. "Perempuan tidak tahu diri."

"Hah?!" Sepertinya ia tak terima dengan ucapan [Name] barusan. "Bukannya kau yang tidak tahu diri?" Yah, jika dilihat dari sudut pandang perempuan itu, [Name] memang terlihat seperti gadis tidak tahu diri yang tiba-tiba datang lalu membuat keributan.

"Jangan membuat keributan di tempat umum," Ran membuka suara. Tangannya meraih pergelangan tangan sang perempuan, menautkan jari jemarinya, dan segera bergegas meninggalkan tempat itu. Tetapi sebelum itu, "[Name], mulai sekarang kita putus."

"Putus?" [Name] membeku di tempat. Walaupun Ran sudah bermain dengan perempuan lain di belakangnya, tetapi ia terlanjur mencintainya. Tidak akan pernah merelakan pria itu menjadi milik perempuan selain dirinya. "Memangnya apa salahku?"

"Salahmu?" kalimatnya terjeda dengan helaan nafas. "Tidak pernah menyadari kesalahan sendiri, itu salahmu. Aku lelah dengan sifat kekanak-kanakan mu." lanjutnya. Kemudian benar-benar pergi meninggalkan [Name]—yang kini merupakan mantan pacarnya.

[Name] berlari kembali ke apartemen nya. Ia yang sudah lama tidak menangis, kini kembali menangis—sialnya ia menangisi laki-laki brengsek seperti Ran. Keinginan untuk segera mengurung diri di kamar tertunda sebab tubuhnya tak sengaja bertabrakan dengan seorang pria.

"[Name]? Kau menangis?" Terdengar suara pria yang begitu [Name] kenali—Haitani Rindou—dengan lembut masuk ke dalam telinganya. "Siapa yang berani membuatmu menangis?"

[Name] menghapus air mata yang berada di kedua sisi pipinya, ia tidak mau menangis di depan orang. "Aku baru saja putus."

Rindou tahu jika gadis yang kini berdiri di hadapannya itu adalah pacar Ran—mantan maksudnya. Tangannya bergerak, merengkuh tubuh [Name] dan memeluknya, berusaha untung menenangkannya. "Ssttt... [Name] yang ku kenal bukan gadis cengeng."

[Name] mengangguk dan kembali menyeka air matanya. "Aku pulang dulu, Rin."

Rindou langsung menggandeng tangan [Name]. "Aku akan mengantarmu." Padahal niat awalnya keluar rumah adalah pergi ke supermarket.

—~—

Malam hari terasa berbeda bagi Ran. Waktu malam sebelum tidur yang biasanya terasa begitu menyenangkan sebab sering ia habiskan bersama sang pujaan hati kini tak lagi ada.

"Kenapa putus dengan [Name]?"

Ran yang saat ini tengah duduk di atas ranjangnya menoleh ke sumber suara. "Bukan urusanmu."

Rindou hanya tertawa kecil. Ia yang awalnya tengah duduk di kursi dekat meja belajar beranjak dan berjalan menuju ranjangnya sendiri. Ya, kakak beradik itu tidur dalam satu ruangan yang sama, tetapi dengan ranjang yang berbeda. "Kau membaca buku ku, ya?"

Beberapa hari yang lalu, Ran memang tak sengaja membaca buku Rindou—yang justru membuatnya merasa telah menjadi kakak tidak punya hati. Dan ya, Ran memilih putus saja dengan [Name]. Ia menyewa gadis yang pura-pura menjadi selingkuhannya. "Aku tidak punya waktu membaca hal tidak berguna seperti itu."

Siapa sangka jika seorang berandalan seperti Haitani Rindou ternyata memiliki satu buku diary??. Layaknya Roman picisan, Rindou sering menulis puisi dalam buku tersebut, kemudian menyimpannya dan tidak membiarkan siapapun membacanya.

Tetapi bodohnya, malam itu Rindou lupa menyimpannya dan berakhir dibaca oleh Ran. Padahal, buku itu berisi tentang betapa Rindou mengagumi sosok gadis—yang pada awalnya ia tak tahu jika gadis itu sudah menjadi milik kakaknya.

"Aku tahu, kau putus setelah membaca buku gila ku 'kan?" Rindou mulai berbaring di ranjangnya seraya menarik selimut. "[Name] itu milikmu, kau tidak perlu putus dengannya karena merasa tidak enak hati denganku."

"Aku tidak mungkin merasa seperti itu." Ran menjawab dengan nada bicara ketus. Padahal kenyataannya, ia memang merasa tidak enak hati.

"Hanya berbagi makanan saja kau jarang, kenapa sekarang malah berbagi pacar?" Rindou tertawa pelan di akhir kalimat. "Tetap jadi kakakku yang pelit."

"Sudah kubilang, aku tidak mungkin merasa seperti itu." Ran mengalihkan pandangannya, menatap kosong ke arah jarum jam yang terus bergerak setiap detiknya. "Aku memang sudah tidak menyukai [Name]."

"Jelas-jelas wajahmu seperti orang paling tersakiti." Rindou meletakkan kaca matanya di atas nakas dan bersiap untuk segera tidur. "Padahal kenyataannya kau yang menyakiti hati [Name]. Besok temui dia, terus minta maaf." Sepertinya itu kalimat bijak pertama yang Rindou ucapkan kepada Ran sepanjang hidupnya.

Jika seperti itu, yang ada Ran justru semakin tidak enak hati. Sama seperti Rindou, awalnya Ran juga tidak tahu jika adiknya itu menyukai [Name]. "Kau memang adik terbaik, Rin."

Mendengar pujian dari Ran, Rindou mengernyitkan dahi dan merasa geli. Lantas, ia melempar bantal tepat ke wajah Ran disusul dengan tawa yang mengudara memenuhi ruang kamar tersebut.

"Rindou gila!! Padahal baru saja ku puji."

"Jijik bego!!"

Rindou memang menyukai [Name]. Tetapi jika gadis itu hanya menyukai sang kakak? ia tidak bisa memaksakan perasaannya. Lagipula, di dunia ini masih banyak gadis lain yang mungkin lebih baik dari [Name].

Tokyo Revengers © Ken Wakui21 Oktober 2021

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tokyo Revengers © Ken Wakui
21 Oktober 2021

spin-off rindou??

𝐀𝐍𝐈𝐌𝐄 𝐗 𝐑𝐄𝐀𝐃𝐄𝐑 !! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang