Part 42

119K 15K 360
                                    

Hai Readers

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hai Readers...
Jika ada kesalahan dalam penulisan mohon di ingatkan ya 😙

☘️☘️☘️

Matahari pagi telah terbit, cahayanya terasa hangat, menyinari seluruh makhluk di alam semesta.
Liam membuka matanya ketika Jillian bergerak, ia membenarkan posisinya supaya kembali nyaman. Keduanya tidur di kursi semalaman, dengan posisi berpelukan saling menyalurkan kehangatan.

Anson belum ada perkembangan hingga saat ini. Liam dan Jillian berjaga di depan ICU, menantikan Anson sadar.

Seorang wanita berumur 35 tahun mendekat pada Liam dan Jillian. Wanita tersebut tersenyum pada Liam untuk menyapa. Matanya beralih ke arah Jillian, mengusap pelan puncak kepala Jillian.

Jillian membuka matanya karena usapan tersebut.
"Aunty?" Jillian bangkit dan memeluk adik kandung dari mamanya. "Aku sangat merindukanmu." Jika berbicara dengan Auntynya, gaya bicara Jillian lebih santai seperti mengobrol dengan temannya.

"Aku juga merindukanmu, Jill." Esme semakin mengeratkan pelukannya.

"Baiklah, aku akan memberikan ruang untuk kalian mengobrol." Liam bangkit dari duduknya.

Esme tersenyum. Menepuk pundak Liam. "Kau sangat pengertian anak muda." Jawabnya bercanda.

"Aku tinggal dulu ya?" Liam mengusap pelan pipi Jillian.

Jillian mengangguk untuk menjawabnya.

Esme menarik Jillian untuk kembali duduk. Esme menatap lembut keponakannya, mata Jillian terlihat bengkak, pasti keponakannya tersebut sangat sedih atas keadaan papanya. "Bagaimana bisa papamu terkena serangan jantung?" Esme bertanya tentang kondisi kakak iparnya.

"Hanya papa yang bisa bercerita tentang penyebabnya, Aunty." Raut wajahnya kembali bersedih mengingat papanya belum sadar hingga sekarang. "Aunty pindah ke kota ini sudah 1 bulan kenapa baru menemui kami sekarang?" Keluh Jillian.

"Aku masih sibuk, Jill." Esme pindah ke kota ini karena di pindah tugaskan dan karena kesibukannya ia belum sempat mengunjungi kakak ipar dan keponakannya. Esme menggegam tangan Jillian, meneliti Jillian dengan seksama. "Kau lebih cantik dari terakhir kita bertemu." Puji Esme.

"Aunty adalah orang kesekian yang berkata seperti itu." Sombong Jillian menanggapi.

Esme tertawa kecil. "Dasar sombong." Jawab Esme bercanda. "Papamu memilihkan suami yang baik untukmu." Esme memberikan pendapatnya ketika melihat perhatian dan kelembutan Liam kepada Jillian.

Second Life Changes EverythingWhere stories live. Discover now