Part 10

186K 22.6K 384
                                    

Mengenakan sport branya dengan bercucuran keringat setelah berlari di treadmill, Jillian menuju dapur untuk menemui pelayannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Mengenakan sport branya dengan bercucuran keringat setelah berlari di treadmill, Jillian menuju dapur untuk menemui pelayannya.

Jillian mengikat asal rambutnya karena merasa gerah. "Mila, tolong buatkan jus jeruk." Pinta Jillian yang melihat Mila berada di dapur.

"Baik, Nona." Mila menghentikan kegiatannya yang sedang memotong sayuran untuk membuatkan Jillian jus.

Jillian mengambil alih pekerjaan Mila memotong sayuran. "Bukankah ini terlalu berlebihan untuk makan malam kita?" Tanya Jillian yang melihat banyak bahan yang akan Mila masak.

"Tidak, Nona. Tuan Han yang meminta saya karena Tuan Liam pulang hari ini." Jawab Mila.

Jillian menghentikan pisaunya, terdiam sejenak. "Liam?" Gumam Jillian yang di dengar oleh Mila.

"Ya, Nona. Anda tidak tahu?"

"Aku hampir lupa jika sudah bersuami." Batin Jillian tertawa dalam hati karena merasa konyol sampai melupakan statusnya.

"Tidak ada yang mengabariku jika Liam pulang hari ini." Jillian melanjutkan memotong sayuran tersebut. Walau di besarkan di keluarga kaya, jika urusan dapur Jillian memahaminya dengan baik. Kesehariannya yang dulu sangat monoton ia gunakan untuk belajar memasak.

"Tuan Han juga baru mengabari saya siang tadi, Nona." Jawab Mila.

Han membukakan pintu mobil untuk Tuannya setelah mereka tiba di kediaman Liam.

Ana yang sedang menyiram tanaman segera meletakkan selang air tersebut dan mendekat ke arah Liam.
"Tuan Liam? Anda sudah tiba." Ana sedikit menundukkan kepala untuk menyapa Liam.

"Ya." Jawab Liam singkat. Liam menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Ana. "Jillian di rumah?" Tanya Liam memastikan karena terkadang Jillian pergi mengunjungi keluarganya.

"Ya, Tuan. Tadi saya melihat Nona di dapur bersama Mila." Jawab Ana.

Liam mengangguk. "Kau bisa melanjutkan pekerjaanmu." Liam melanjutkan langkahnya masuk ke dalam rumah.

"Ini, Nona." Mila memberikan segelas jus jeruk untuk Jillian.

"Taruh saja dulu, aku akan melanjutkan ini. Kau lakukan saja yang lain."

"Ya, Nona." Mila membiarkan Jillian membantu pekerjaannya.

Ketika ingin menaiki tangga menuju kamar, Liam membelokkan langkahnya menuju dapur karena perlu menyapa Jillian terlebih dahulu.

Liam berdiri di dekat Jillian dan Mila yang sedang sibuk di dapur, ia mengurungkan niatnya untuk menyapa Jillian. Liam mengamati penampilan Jillian yang membelakanginya. Yang di depannya seperti bukan Jillian, pakaian olahraga seperti itu memang biasa di kenakan wanita namun, Jillian yang ia kenal tidak pernah memakai pakaian terbuka seperti sekarang.

Jillian terlihat seksi mengenakan sport bra model tali bahu bagain belakang yang terhubung menciptakan bentuk huruf Y pada bagian punggung, sport bra tersebut hanya menutupi dada serta menampilkan perutnya yang rata.

Matanya terus mengawasi Jillian dari bawah hingga atas. Dulu Jillian tidak pernah memakai pakaian yang menampilkan lekuk tubuh secara jelas, sekarang setelah melihatnya sedekat ini Liam baru menyadari jika istrinya tersebut mempunyai bentuk tubuh yang begitu menggoda iman pria.

"Mila, sudah selesai. Kau bisa menyelesaikannya sendiri bukan?" Jillian meletakkan pisaunya dan mengambil jus jeruk di dekatnya untuk di bawa ke kamar.

"Tentu, Nona." Jawab mila.

Jillian membalikkan badannya, "oh, astaga." Ucapnya Panik ketika jus yang ia bawa mengguyur pakaian orang yang berada di belakangnya.

Jillian menaikkan pandangannya dan ternyata orang tersebut adalah Liam.
"Liam, maaf. Aku tidak sengaja." Jillian meraih tisu di dapur disana. "Kemejamu jadi basah. Aku tidak melihat kau di belakangku." Jillian terus berceloteh di sela kegiatannya membersihkan kemeja Liam dengan tisu tersebut.

Mila memilih menyingkir dari sana karena tidak ingin menguping interaksi majikannya.

Liam terdiam membisu, terus memperhatikan Jillian secara intens dengan pikiran berkecamuk. Kaget, tidak percaya dan terpesona. Liam hampir tidak mengira yang di depannya sekarang adalah wanita yang ia nikahi 9 bulan lalu. Tiga bulan tidak bertemu dengan Jillian, istrinya tersebut tampak berubah drastis.

Mulai dari wajah, bentuk tubuh, penampilan serta gaya bicara saat berinteraksi dengan lawan bicaranya semua berubah.

Kulit putih bak pualam, tubuh dengan porsi yang ideal, bentuk bokong yang padat dan bulat, punggung mulus yang terekspos, serta dada Jillian yang menyembul sempurna karena tekanan sport bra yang di kenakan.

"Liam?" Ucap Jillian ketika melihat Liam hanya diam menatapnya sedari tadi.

Liam seakan larut dalam pikirannya. Matanya tidak beralih sedikitpun dari sosok di depannya saat ini.

Jillian menatap Liam, mengerutkan dahinya.
"Liam??" Dengan suara sedikit keras dari sebelumnya, Jillian mengulanginya.

Kali ini Liam bereaksi, ia berdehem sejenak untuk menguasai dirinya dari keterkejutan. "Tidak masalah, aku juga belum mandi." Ucapnya datar untuk menutupi kecanggungannya. "Aku akan membersihkan diri terlebih dahulu." Liam membalikkan tubuh untuk menuju kamarnya.

"Kenapa tidak mengabariku jika kembali hari ini?" Jillian mensejajarkan langkahnya dengan Liam.

"Han sudah mengabari pelayan disini." Liam melirik Jillian yang berjalan di sampingnya.

"Tuan, ini berkas An..," ucapan Han menggantung ketika melirik wanita yang berada di samping Liam. Han tidak menutupi raut keterkejutannya. Istri Tuannya terlihat berbeda dari terakhir yang ia lihat, sekarang Han merasa sedang melihat bidadari turun dari langit.

Liam berdehem keras ketika Han menatap Jillian tanpa berkedip.

Han menelan salivanya, merasa tidak enak karena menatap istri Tuannya dengan intens.
"Emm, ini berkas anda ketinggalan di mobil." Han melanjutkan ucapannya.

Liam menoleh kepada Jillian. "Jill, sebaiknya kau membersihkan diri, jika sudah turunlah untuk makan malam." Suruh Liam yang merasa tidak rela ada pria lain menatap penampilan Jillian.

Jillian mengangguk kemudian pergi dari sana.

"Sebelum pulang, makan malamlah terlebih dahulu disini." Suruh Liam kepada Han.

"Baik, Tuan."

Liam menaikki tangga menuju kamarnya. Ia melihat Jillian yang baru saja masuk ke dalam kamarnya. Mereka tidur terpisah setelah menikah,
itu adalah kesepakatan antara keduanya. Liam masuk ke kamarnya, ia mengamati kamar tersebut sejenak karena sudah lama ia meninggalkan kamarnya.

Kakinya melangkah ke kamar mandi, menanggalkan semua pakaian yang melekat di tubuhnya. Kedua tangannya bertumpu di dinding kamar mandi, membiarkan air mengalir membasahi seluruh tubuhnya. "Sepertinya aku melewatkan banyak hal selama tidak di rumah." Gumam Liam.

Second Life Changes EverythingWhere stories live. Discover now