Part 38

133K 17.6K 2.4K
                                    

Jika ada kesalahan dalam penulisan mohon di ingatkan ya 😙

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jika ada kesalahan dalam penulisan mohon di ingatkan ya 😙

☘️☘️☘️

Jillian dan Anson berdiri di depan kamar salah satu hotel. Menunggu penghuni kamar tersebut keluar dari dalam.

"Apa kau kecewa dengan ini?" Tanya Anson pada putrinya.

Jillian menggeleng. "Jika dulu mungkin iya." Jillian menoleh pada Anson. "Papa sendiri bagaimana?"

"Kecewa mungkin ada karena selama ini papa begitu percaya kepadanya. Tidak menyangka jika dia mampu melakukan hal seperti ini ketika masih terikat pernikahan." Anson mengusap puncak kepala Jillian. "Maafkan papa, Jill. Papa kira dia bisa memberi kebahagian untukmu dan melakukan perannya dengan baik."

"Bukan salah papa, seharusnya kita senang karena sudah di perlihatkan wajah aslinya selama ini." Jillian memeluk papanya.

"Kau benar, Jill. Kita mengetahuinya sebelum semakin terlambat." Jawab Anson menanggapi.

"Pa..." Liam menyapa papanya.

Anson mengangguk untuk menjawab sapaan menantunya.

Jillian mengurai pelukannya dari Anson. "Kenapa kesini?" Tanya Jillian kepada Liam. Tadi ia hanya menelepon untuk mengabarkan keberadaannya tapi suaminya tersebut justru datang kemari.

Liam memeluk istrinya, setelah saling mengungkapkan perasaan semalam, setiap detiknya ia merasa rindu pada Jillian. "Aku sedang makan siang bersama kolegaku di dekat sini, begitu dapat kabar darimu, aku memutuskan datang kemari." Jawab Liam di sela pelukan mereka.

"Liam, kau bisa kembali ke kantor, bukankah pekerjaanmu sangat banyak?" Jillian tau jika Liam adalah pria yang sibuk, apalagi sekarang Liam sudah memulai proyek pembangunan perumahannya.

Liam menundukkan wajahnya. "Baru semalam aku menyuruhmu mengganti panggilanmu untukku, belum ada 24 jam kau sudah lupa?" Bisik Liam tepat di depan telinga, kemudian menggigit kecil cuping telinga Jillian.

Jillian bergidik atas tingkah absurd Liam. "Suamiku, ada papa." Peringat Jillian dengan suara yang sangat kecil, tidak enak hati pada papanya.

Anson menggulirkan matanya ke arah lain, mengulum senyumnya, bersikap seolah menjadi patung yang tidak melihat keromantisan anak dan menantunya.

Liam mencium pipi Jillian. "Papa juga pernah jatuh cinta, ini hal yang biasa dilakukan ketika orang jatuh cinta bukan?" Jawab Liam santai tapi masih berbisik supaya mertuanya tidak mendengar.

"Liam jangan konyol." Keluh Jillian karena suaminya justru mencium pipinya.

Liam mengurai pelukannya dengan Jillian, menegakkan tubuhnya kemudian bersedekap. "Jill, kenapa tidak masuk saja?"

"Resepsionis tidak memperbolehkannya." Jillian sudah mencoba meminta card acces kamar tersebut namun tidak di perbolehkan dengan alasan menjaga privasi tamunya.

Second Life Changes EverythingWhere stories live. Discover now