Saat ini Liam di temani Han meninjau lokasi,  menentukan lahan yang tepat untuk proyek selanjutnya. Liam begitu mendetail dalam hal ini, memilih lahan tidak bisa sembarangan begitu saja.

Liam berencana membangun perumahan, kali ini ia mentargetkannya untuk kalangan menengah ke atas. Banyak pertimbangan yang di lakukan saat memilih lahan. Di mulai dari letak, bentuk dari suatu lahan, karakteristik lahan dan yang terakhir berkaitan dengan faktor alam apakah lahan tersebut akan berdampak ketika musim penghujan tiba.

"Sepertinya lahan ini cocok, Han." Ucap Liam usai melewati banyak pertimbangan. "Hubungi pemiliknya, aku ingin mengecek legalitas dan sertifikasinya."

"Baik, akan saya laksanakan, Tuan." Jawab Han.

Kini Liam dan Han perjalanan pulang ke rumah. Liam duduk di bangku penumpang bermain ponselnya. Jemarinya bergulir pada akun media sosial Jillian ketika mendapatkan notifikasi. Di layar ponsel, Liam melihat beberapa postingan terbaru Jillian.
Foto tersebut mengiklankan beberapa product. Ada makanan, pakaian, sepatu, dan parfum.

Liam menarik sudut bibirnya, melihat satu persatu foto tersebut. Pose dan ekspresi Jillian terlihat menjiwai, seakan menarik orang untuk membeli apa yang ia iklankan. Pantas jika akun media sosial Jillian memiliki banyak pengikut, serta para pebisnis menggunakan jasa Jillian untuk mengiklankan product mereka.

Istrinya benar-benar populer sekarang. Baru satu jam Jillian mengunggah foto, sudah ada ribuan like dan komentar disana. Liam membaca beberapa komentar disana. Matanya menyipit ketika beberapa pria mengomentari kecantikan dan keseksian istrinya, komentar tersebut berada dalam foto Jillian yang memakai dress sedikit terbuka, dress tersebut juga product yang Jillian iklankan.

Liam tidak mempermasalahkan status Jillian sekarang yang menjadi selebgram. Setidaknya Jillian berubah menjadi pribadi yang percaya diri sekarang.

Mobil liam memasuki halaman rumahnya. Han membukakan pintu untuk Tuannya.

"Kau boleh pulang, Han." Suruh Liam karena setelah ini Liam sudah tidak membutuhkan asistennya.

"Baik, saya permisi, Tuan." Han berpamitan.

Liam mengerutkan dahinya ketika tidak menemukan Jillian di kamarnya.

"Dimana Jillian?" Liam mendatangi Mila yang sedang membersihkan furniture yang tidak jauh dari kamarnya berada.

"Nona di kolam renang, Tuan." Jawab Mila sopan.

"Kenapa kalian membiarkannya menuruni tangga?"
Nada Liam terdengar sedikit meninggi. Sebelum pergi ke kantor, ia sudah berpesan kepada kedua pelayannya agar menjaga Jillian.

Mila melirik segan kepada Liam. "Maaf, Tuan. Tapi Nona Jillian merasa bosan di kamar. Saya dan Ana yang membantu Nona turun."

"Lanjutkan pekerjaanmu." Liam masuk ke kamarnya ingin membersihkan diri terlebih dahulu.

Jillian duduk di kursi yang berada di dekat kolam renang, menikmati sorenya dengan segelas jus dan cemilan gratis dari orang yang mengendorsenya.

Jillian menggeser tombol hijau ketika ada panggilan masuk.
"Hai, Lily."

"Apa aku mengganggu istirahatmu, Jill?"

"Bahkan aku sekarang sedang bersantai, aku bosan hanya tiduran di kamar."

Lily tertawa, "bersikaplah seperti orang sakit, Jill. Bagaimana keadaan kakimu?"

"Belum ada perkembangan, Lily. Aku harus bersabar, jalanku pincang sekarang."

"Ya. Bersabarlah, Jill. Aku hanya ingin bertanya, para member ingin menjengukmu. Apa kau keberatan akan hal itu? Mungkin tidak semuanya bisa kesana, hanya beberapa member saja."

"Aku hanya terkilir, Lily. Kenapa harus di jenguk?"

"Kau masuk dalam golongan orang sakit dan perlu di jenguk, Jill."

Jillian tertawa kecil. "Baiklah, aku menghargai niat baik kalian yang ingin menjengukku."

"Mungkin besok atau lusa kami akan mengunjungimu. Nanti aku kabari lagi, Jill. Kalau begitu lanjutkanlah santai soremu, aku tutup dulu teleponnya. Bye, Jill."

"Ya. Bye, Lily."

Jillian menoleh ketika mendengar derap langkah mendekatinya.

"Liam, kau sudah pulang?" Tanya Jillian karena ini masih sore.

Liam mengangguk dan duduk di dekat Jillian.
"Setelah survei lokasi untuk proyek selanjutnya, aku tidak kembali ke kantor." Liam melirik meja di depan mereka dan melihat begitu banyak jenis makanan disana. "Setiap hari kau mendapatkan makanan gratis sebanyak ini?" Tanya Liam.

Jillian tertawa kecil, "kau tau?" Tanya Jillian karena ia tidak pernah bercerita kepada Liam tentang profesinya sebagai selebgram."

"Ya, Ana dan Mila memberitahuku." Hal itu memang benar, namun Liam tidak perlu menceritakan jika dirinya sering men-stalking akun media sosial Jillian

Jillian menoleh untuk menatap Liam. "Apa kau keberatan akan hal ini, Liam?"

"Kau nyaman dengan profesi barumu?" Liam juga menoleh ketika berbicara.

Jillian mengangguk.

"Aku tidak akan melarangmu jika kau merasa nyaman, Jill."

Jillian tersenyum. "Aku tau kau bukan tipe suami yang otoriter."

Liam membalas senyuman Jillian. "Aku tetap akan menegurmu jika kau melakukan kesalahan, Jill. Selama kau menjadi istri yang baik, aku akan membebaskanmu melakukan apapun, dalam hal positif tentu saja."

"Apa menurutmu aku sudah menjadi istri yang baik?" Celetuk Jillian.

"Belum." Jawab Liam singkat.

Jillian mendelik atas jawaban Liam barusan, "bukankah aku selalu memahami kebiasaanmu? Aku selalu melayanimu dengan baik? Aku juga tidak berbuat macam-macam di luar, lalu apa kurangku Liam? Kau sudah begitu baik padaku selama ini, aku janji akan berusaha menjadi istri yang baik untukmu." Kicau Jillian.

Liam tertawa dalam hati mendengar ocehan Jillian, "bukan hal itu yang aku maksud, Jill."

Jillian mengerutkan dahinya. "Lalu apa?"

"Melayaniku di ranjang." Tentu saja itu di ucapkan Liam dalam hati.

Liam berdehem. "Nanti ke depannya kau juga akan paham, tidak perlu kau pikirkan." Liam mengacak pelan surai lembut milik Jillian.

Second Life Changes EverythingWhere stories live. Discover now