28

26.8K 2.2K 36
                                    

Tandai jika ada typo 👌

Langit sudah berwarna jingga, pertanda hari sudah sore. Sean mengerjabkan matanya, saat sudah sepenuhnya sadar, ia membelalakkan matanya. Sialan, dia lupa tentang meeting itu. Sean segera bersiap-siap untuk menuju ke perusahaan. Menanyakan keadaan yang terjadi pada sang Sekretaris.

"Apakah rapatnya berjalan dengan lancar?" Tanya Sean pada sang Sekretaris saat sudah sampai di ruangan miliknya yang berada di perusahaan.

Sekretaris Sean menjawab pertanyaan dari Sean  dengan gelengan lemah.

"Apa maksudmu? Apakah kau tidak menggantikanku ha?!"

"Maafkan saya Bos, saya tidak bisa menggantikan anda. Para investor ingin anda hadir dan menjelaskannya secara langsung. Mereka tidak ingin saya yang memimpin. Para investor segera pergi saat anda tak kunjung datang. Saya juga sudah meminta maaf dan meminta kesempatan lagi pada para investor" Jawab Sekretaris Sean dengan tenang. Ia tidak takut akan amarah dari bosnya, karena memang ia tidak salah.

"Dasar tidak berguna!"

"Maafkan saya Bos"

Sekretaris Sean tetap meminta maaf biarpun dirinya tidak salah. Salahkan saja Sean yang tidak kompeten.

"Pergilah!"

Sekretaris Sean membungkuk sebentar kemudian meninggalkan ruangan Sean.

Sean benar-benar marah. Bagaimana bisa ia kehilangan banyak uang. Tidak bisa dibiarkan.

Sean menyalakan rokok yang selalu dibawanya dengan pemantik api. Tidak ada yang tahu bahwa rokok yang selama ini ia konsumsi mengandung obat-obatan terlarang. Ia sudah candu. Ia ketergantungan dengan obat-obatan itu. Sehari saja ia tidak mengonsumsinya, bisa saja ia menjadi gila. Entah sejak kapan ia mulai kecanduan untuk mengonsumsinya, ia saja sudah lupa karena sudah lama sekali ia mengonsumsi obat-obatan itu. Yang ia ingat hanya saat ia diberi oleh seorang teman saat sekolah. Dan dari situ, ia mulai ketagihan dan terus mengonsumsinya sampai saat ini, bahkan berani mengedarkan dalam bentuk yang berbeda agar tidak dicurigai.

Tapi ia mengingat sesuatu. Saat ia berdebat dengan Helen, Helen menyinggung tentang obat. Apakah Helen mengetahuinya? Jika ia mengonsumsi obat-obatan terlarang? Ah tidak mungkin. Mana mungkin Helen yang bodoh itu mengetahui apa yang ada di dalam rokoknya? Menyentuh barang-barangnya saja tidak pernah. Tapi, mengingat perubahan Helen membuatnya ragu. Mungkin Helen benar-benar mengetahuinya, tapi ia tetap menyimpannya. Atau memang dari awal Helen sudah pintar? Lalu ia menyembunyikan kepintarannya dengan berpura-pura bodoh.

Mengusir pemikirannya tentang Helen, ia segera menghubungi anak buahnya yang bertugas untuk mengedarkan obat-obatan terlarang miliknya. Ia berniat mengambil uang kotor dari hasil edarannya, biarpun tidak bisa mengatasi semua kerugian, setidaknya bisa sedikit membantu. Ia juga tidak mungkin meminta bantuan pada orang tuanya karena hubungannya dengan orang tuanya merenggang. Ia juga tidak berniat meminta bantuan pada sekutu perusahaannya, bisa-bisa beredar gosip tidak mengenakkan tentang perusahaannya. Ia tidak ingin ada yang tahu tentang kerugian yang didapatnya.

***

Sudah tengah malam, namun Sean belum juga pulang. Amanda masih setia menunggu Sean pulang. Ia akan menyambut Sean yang pulang kerja, membawakan jas dan juga tas kerja milik Sean agar terlihat seperti istri yang berbakti, padahal yang dilakukannya hanya pecintraannya semata.

Amanda mendengar suara mobil dari arah luar. Ia yakin bahwa yang datang adalah Sean. Amanda segera bersiap di depan pintu untuk menyambut kedatangan Sean seperti biasanya. Ia merapikan tampilannya. Saat dirasa cukup, ia lantas tersenyum lebar.

Ceklek

Pintu dibuka dari luar oleh Sean. Menampakkan Sean yang berpenampilan berantakan. Amanda berinisiatif untuk membawakan jas dan tas kerja Sean, tapi tangannya ditepis dengan kasar oleh Sean. Amanda tercekat mendapat perlakuan kasar dari Sean. Ia masih berusaha sabar dan menahan amarahnya.

"S-sean" Lirih Amanda.

Sean hanya melengos meninggalkan Amanda sendirian di depan pintu masuk. Raut wajah Amanda terlihat buruk saat Sean sudah pergi meninggalkannya. Ia mengepalkan kedua tangannya dan mengumpat dalam hati.

'Sialan!'

Amanda segera menyusul Sean guna menuntut penjelasan tentang perlakuannya barusan.

Namun gerak-gerik Amanda diperhatikan oleh seseorang dan segera melaporkan kejadian yang dilihatnya pada Bosnya.

***

"Hmm. Bagus sekali. Terus awasi! Laporkan apapun, entah itu hal kecil ataupun hal besar. Jangan lewatkan apapun!"

'Baik Bos'

Helen segera mematikan panggilannya dengan sang anak buah. Ia sangat tidak sabar untuk menantikan kehancuran mereka semua. Ia tidak berniat balas dendam untuk sang pemilik tubuh. Ia hanya ingin menyingkirkan apa yang seharusnya disingkirkan. Mereka sudah bermain-main dengannya, jadi jangan harap ia akan memberikan ampunan.

"Sepertinya menambah pemain bukan ide yang buruk"

Helen memikirkan kembali rencana-rencana yang akan ia lakukan ke depannya. Ia berniat menambah pemain untuk drama yang telah ia susun. Lagi pula, ia sedikit bosan dengan para pemain. Jadi tidak ada salahnya kan untuk menambah pemain? Bukankah itu akan terlihat seru?

Saat sedang sibuk memikirkan rencananya, ia dipeluk oleh seseorang. Seseorang tersebut tentu saja Zayn, siapa lagi yang berani memeluknya?

Zayn pulang dengan keadaan berantakan. Jas yang ditenteng, dasi yang dikendorkan, tiga kancing kemeja atas yang dibuka menampilkan dadanya yang bidang dan berotot, lengan kemeja yang digulung se-siku juga rambut yang acak-acakan, menambah kesan jantan pada diri Zayn.

"Ada apa hm?" Tanya Helen lembut sembari membalas pelukan dari Zayn.

"I'm tired"

Helen hanya bisa tersenyum simpul mendengarnya. Ia tahu Zayn tidak benar-benar lelah. Itu hanya cara Zayn untuk bermanja-manja dengannya. Mana mungkin suaminya yang workaholic itu kelelahan.

"Mandilah dulu. Baumu sungguh tidak enak, haha"

Zayn mendengus kesal dan beranjak ke kamar mandi guna membersihkan dirinya. Enak saja ia dikatai bau. Ia tidak mandi seminggu saja masih tetap wangi.

Sedangkan Helen segera mempersiapkan pakaian yang akan dikenakan oleh Zayn dan kembali ke acara rebahannya. Ia sudah seperti istri yang berbakti bukan?

Beberapa menit berlalu, Zayn keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melilit pinggangnya. Rambutnya terlihat basah dan beberapa air ada yang menetes.

Zayn tanpa tahu malu berganti baju di hadapan Helen yang menatapnya datar. Dasar tukang pamer. Pikir Helen.

"Ada apa honey? Apakah tubuhku sebagus itu hingga kau terus menatapnya?" Tanya Zayn menggoda.

"Dasar tidak tahu malu. Apakah urat malumu sudah putus? Berganti pakaian di depanku?"

"Memangnya kenapa? Bukankah kau sudah melihat semua inci tubuhku? Bahkan kau sudah mencicipinya" Ucap Zayn seraya menaik turunkan kedua alisnya, berniat menggoda Helen kembali.

Setelahnya Zayn mendapati bantal yang melayang ke arahnya dan dapat ia hindari dengan mudah. Zayn segera tergelak oleh wajah Helen yang merah padam. Antara malu dan juga kesal.

Menyudahi tawanya, ia segera mendekati ranjang dan ikut berbaring bersama istrinya. Membawa sang istri ke dalam dekapan hangatnya dan menyelami mimpi indah bersama.

Dah habis 😂

Kalian masih inget alurnya ngga? Aku takut kalian lupa gara-gara aku lama up nya 😭

Thxu for reading 😘

Wkwk

Don't forget to vomment.

Love you all 😙😂

Second Life Of SelenaWhere stories live. Discover now