20

39.9K 3.1K 6
                                    

Tandai jika ada typo 👌

Seperti hari-hari biasanya, Helen dan Zayn selalu tidur bersama. Hanya tidur, tidak ada hal lain. Seperti sekarang, mereka berdua sudah berbaring diranjang setelah membersihkan diri. Saat Zayn memeluk Helen, terdengar ringisan kecil dari Helen. Entah kenapa Helen baru merasakan bahunya sakit saat Zayn tidak sengaja menyentuhnya. Zayn langsung saja duduk dan membuka baju bagian atas Helen untuk mengeceknya. Dan ternyata benar dugaannya. Zayn bisa melihat adanya luka dibahu Helen. Aura Zayn seketika berubah menjadi menyeramkan, sama saat ia sedang mengintimidasi musuhnya atau pun melawan musuhnya.

Zayn segera pergi dari kamar tanpa sepatah kata pun, meninggalkan Helen yang masih bergeming melihat perlakuan dari Zayn. Setelah itu Zayn kembali lagi dengan membawa kotak obat ditangannya. Helen segera mengubah posisinya menjadi duduk. Zayn juga masih diam membisu sembari mengobati luka yang ada dibahu Helen.

Zayn paling tidak suka jika Helen terluka. Saat dulu masih menjadi Selena pun Zayn sangat tidak suka jika kekasihnya itu terluka. Jangankan terluka, melihat kekasihnya menangis saja rasanya sangat menyakitkan bagi Zayn. Walaupun Zayn sendiri tahu bagaimana pekerjaan kekasihnya yang menyangkut nyawa, sama seperti dirinya.

Helen juga hanya diam membisu. Membiarkan keheningan mengisi kamarnya. Ia melihat Zayn yang sangat fokus mengobati lukanya dengan sesekali meringis kecil karena merasakan perih.

"Jangan terluka lagi" Pinta Zayn

"Aku tidak janji"

Zayn menghembuskan napas pasrah. Pekerjaan mereka sama-sama berbahaya dan menyangkut nyawa, juga tidak bisa diabaikan begitu saja. Ada ribuan, bahkan jutaan nyawa berada dalam genggaman mereka. Sebagai pemimpin, mereka berdua tidak boleh lalai sedikit pun yang nantinya malah akan berimbas pada anak buah mereka. Memang berat beban yang dipikul dipundak keduanya, tetapi mereka sudah terbiasa.

Zayn meletakkan kotak obatnya di nakas dan membaringkan dirinya, menyelimuti dirinya sendiri dan tidur membelakangi Helen.

Helen sendiri melihat punggung Zayn dengan pandangan yang sulit diartikan hingga ia juga memilih untuk ikut tertidur dan membelakangi Zayn. Mereka berdua tidur dengan saling membelakangi, dengan punggung yang saling berhadapan. Sudah biasa jika sedang marah. Besok pasti mereka berdua akan kembali akur lagi.

***

Paginya, apartement milik Helen sangat berisik. Terlihat Helen dan Zayn yang tengah beradu mulut. Mereka berdua terus saja berdebat dan tidak ada yang mau mengalah. Helen yang memaksa untuk tetap ikut pemotretan dan Zayn yang bersikukuh agar Helen di rumah saja menunggu luka dibahunya sembuh.

"Aku tetap akan pergi pemotretan!"

"Jangan keras kepala honey! Tunggu lukamu sembuh dulu!"

"Tidak mau!"

"Ada dua pilihan untukmu. Kau aku kurung di apart ini, atau kau ingin kukurung dan kuikat hmm?"

Helen bingung. Semua pilihan yang diberikan oleh Zayn sangat membosankan baginya. Tapi mau bagaimanapun ia melawan, Zayn pasti akan punya caranya sendiri untuk tetap mengurungnya di apart miliknya sendiri.

Helen mendengus kesal. Kemudian ia mengangguk saja dan kembali lagi ke kamarnya, menutup pintunya dengan kasar.

Zayn hanya bisa terkekeh geli melihat raut kesal dari Helen. Dari dulu kekasihnya selalu menggemaskan saat sedang kesal. Ia jadi ingin menggodanya terus-menerus. Ia melihat arloji di pergelangan tangannya, ia sudah sedikit terlambat untuk menghadiri meeting penting. Zayn segera pergi meninggalkan apart Helen menuju kantor miliknya. Tenang saja, ia sudah menyuruh anak buahnya untuk berjaga di depan pintu apart dan juga sekitaran apart. Ia tidak akan membiarkan kekasihnya keluar dari apart selangkah pun.

***

"Huh! Dasar pak tua menyebalkan!"

Helen terus saja mengumpati dan menyumpah serapahi Zayn. Ia sedang berguling-guling di atas ranjangnya. Ternyata orang yang anggun sepertinya masih bisa bersifat random.

Helen teringat sesuatu. Ia harus menghubungi Ethan untuk menolak semua tawaran pemotretan dengan alasan sedang sakit atau pun cedera.

Helen segera menghubungi Ethan. Setelah tersambung, ia segera mengutarakan tujuannya.

"Ethan, batalkan semua jadwal pemotretan. Tolak juga jika ada yang menawari lagi"

'Mengapa tiba-tiba? Apakah terjadi sesuatu?'

"Ya"

Jawaban dari Helen membuat Ethan terkejut. Ia jadi mengkhawatirkan Helen.

'Apakah kau baik-baik saja? Apa perlu aku kirim dokter? Atau kau butuh yang lain?'

"Santailah dude. Bahuku hanya tertembak, dan aku baik-baik saja. Lagi pula lukaku sudah diobati"

Ehan membelalak mendengarnya. Bisa-bisanya Hele tetap santai saat bahunya tertembak. Entah Ethan harus bersyukur atau tidak. Ia jadi bingung sendiri.

'Hanya kau bilang?! Bagaimana jika itu meninggalkan bekas? Seluruh tubuhmu adalah aset yang berharga bagi model'

"Aku tidak akan jatuh miskin jika berheti sebagai model"

Ethan mendesar frustrasi mendengarnya. Ia hanya bisa pasrah akan kekeraskepalaan Helen. Ia sudah biasa dengan sikap Helen yang baru.

'Haah, baiklah. Terserah kau saja. Aku tutup dulu, aku masih ada pekerjaan. Hal yang kau minta akan segera kutangani. Apakah perlu aku membuat berita tentang kau yang sedang sakit dan akan hiatus sementara?'

"Lakukan apa yang ingin kau lakukan, asalkan itu tidak merugikanku"

Ethan hanya mengangguk walaupun ia tahu Helen tidak akan melihatnya. Ia segera mematikan sambungan dirasa pembicaraan mereka suda selesai. Ia harus segera melakukan perintah yang diberikan oleh Helen. Ia ingin cepat selesai dan ia butuh istirahat. Sudah beberapa hari ini Ethan begadang karena sibuk mengurus schedule milik Helen, yang ternyata malah dibatalkan semuanya. Susah payah ia menyusunnya. Tapi tak apa, karena bayarannya juga bukan main.

Second Life Of SelenaWhere stories live. Discover now