26

29.6K 2.5K 17
                                    

Holla para readers ku yang aku cintai tapi boong 😂

Maaf kalau ceritaku semakin tidak jelas, maklum lagi banyak pikiran (eleh gaya, banyak pikiran konon -_-)

Aku double update nih buat nemenin minggu malam kalian 😂🤣

Jangan lupa vomment yaa

Tandai jika ada typo 👌

Masih di tempat yang sama, namun waktu yang berbeda. Zayn masih saja asyik bermanja-manja ria dengan Helen, ponsel milik Helen tiba-tiba berdering. Helen ingin melihat siapa yang menghubunginya, namun dicegah oleh Zayn.

"Biarkan saja"

Helen hanya mengangguk patuh, membiarkan ponselnya terus berdering. Beberapa detik hening, ponsel Helen berdering kembali. Dengan tidak rela, Zayn melepaskan pelukannya. Ia membiarkan Helen mengangkat panggilan di ponselnya, siapa tahu penting. Jadi ia akan mengalah untuk sementara.

Saat Helen melihat ponselnya, tertera nomor Louis di sana. Ia segera mengangkatnya.

'Mengapa kau mengabaikan panggilanku ha? Kau ingin jadi anak yang tidak berbakti?! Kau ingin menjadi anak yang durhaka?!'

Telinga Helen pengang mendengar teriakan dari Louis. Pak tua satu itu semakin bertambah umur semakin menyebalkan.

'Kenapa tidak menjawab? Kau mau aku kutuk?'

Jujur saja, Helen lebih suka sikap Louis yang dingin dan cuek daripada cerewet, seperti sekarang ini.

"Kau juga tahu kan kehidupan setelah menikah bagaimana? Ah aku lupa, kau 'kan tidak pernah menikah. Mana bisa merasakannya. Makanya cari sitri, jangan menjadi bujangan tua old man"

'Dasar anak kurang ajar! Jangan mengejekku! Biarpun aku sudah tua, masih banyak yang ingin bersamaku!'

"Sekarang kau mengakui bahwa dirimu sudah tua ternyata. Hahaha"

Terdengar dengusan dari seberang sana. Louis memang sudah kembali lagi ke Negara I setelah pesta pernikahan Helen dan Zayn selesai.

'Pasti bocah itu yang melarangmu mengangkat panggilan dariku'

"Aku bukan bocah! Dasar pak tua menyebalkan"

Zayn langsung saja menyahutinya karena Helen meloud speaker panggilannya.

'Dasar bocah tengik kurang ajar'

"Sudah-sudah. Ada apa Daddy menghubungiku?"

'Memangnya aku harus memerlukan alasan untuk menghubungi putriku sendiri?'

"Ya. Kau 'kan memang seperti itu"

Louis tidak menjawabnya. Memang benar apa yang dikatakan oleh Helen. Dulu mereka sangat jarang berkomunikasi. Sekalinya berkomunikasi, hanya membahs hal penting saja. Jangan berharap akan mendapat kasih sayang dari Louis. Tapi sekarang mungkin berbeda? Louis sudah pernah merasakan kehilangan. Ia kehilangan putrinya, Selena. Walaupun hanya putri angkat. Ia sangat menyayangi putrinya itu, namun caranya saja yang berbeda. Ia merasakan kesedihan yang luar biasa saat kehilangan putrinya. Sekarang ia sangat bersyukur bahwa putrinya masih hidup, walaupun dalam raga yang berbeda. Ia juga tahu perhatian yang diberikannya memang terlambat. Ia baru menyadari, bahwa keberadaan putrinya sangat berarti baginya.

'Hmm. Kau tidak ingin kembali ke Negara I? Bersama bocah tengik itu?'

"Aku belum memikirkannya. Aku akan mengurus masalahku di sini, baru aku akan memutuskannya"

'Ck. Bagaimana bisa aku yang sudah tua ini menggantikanmu lagi di mafia? Padahal seharusnya aku sudah menggendong cucu dan bermain dengan cucuku'

"Old man, kau terlalu berlebihan. Lagi pula aku dan Zayn baru kemarin menikah"

'Tak apa. Lebih cepat lebih baik. Aku yakin bibit si bocah tengik tidak bisa diremehkan. Bisa saja besok kau hamil'

"Daddy tahu dari mana?"

'Insting'

"Cih. Pak tua sepertimu sok-sokan memakai insting"

"Tunggu saja pak tua. Aku yakin sebentar lagi akan hadir Zayn junior"

'Baiklah. Aku tunggu kabar baiknya. Sudah ya, aku ada urusan mendesak'

"Hmm. Sampai jumpa dad"

'I love you baby girl'

Sambungan segera dimatikan setelah Louis mengucapkan kata cinta pada Helen. Zayn menggeram marah mendengarnya. Ingatkan dia untuk membunuh pak tua itu.

"Pak tua sialan! Akan kubunuh kau!" Teriak Zayn.

Zayn benar-benar marah saat mendengrnya. Bisa-bisanya pak tua itu mengatakan cinta pada istrinya.

"Sudahlah Zayn. Daddy hanya bercanda"

Zayn mendengus dingin mendengarnya. Ia masih saja betah memeluk Helen. Tiba-tiba terlintas ide menarik diotak Zayn.

"Honey. Ayo kita honey moon" Ajak Zayn tiba-tiba.

Ternyata ide yang ada diotak Zayn adalah mengajak Helen honey moon. Entah mengapa Zayn bisa mendapat ide itu. Yang ia pikirkan, mungkin menyenangkan. Bisa selalu berduaan dengan sang istri. Membuat banyak anak yang lucu dan menggemaskan. Membuat keluarga kecil yang ramai dan bahagia. Aah, membayangkannya saja sudah membuat Zayn senyum-senyum sendiri.

Helen yang melihatnya bergidik ngeri. Senyum Zayn terlihat aneh dimatanya. Ia segera meraup wajah Zayn agar berhenti tersenyum. Bukannya melunturkan senyumnya, Zayn malah semakin melebarkan senyumnya. Sudah dipastikan jika Zayn melebarkan kembali senyumnya, bibirnya mungkin akan sobek. Ia tidak ingin suaminya seperti hantu yang sempat viral di media sosial.

"Berhenti tersenyum Zayn"

"Memangnya kenapa? Bukankah aku tampan jika tersenyum?"

"Kau terlalu percaya diri. Senyumu itu aneh. Bukannya tambah tampan, kau malah jadi jelek"

Zayn cemberut mendengarnya. Teringat sesuatu, ia segera menanyakannya lagi pada Helen.

"Ayo kita honey moon"

"Untuk apa? Bukankah sama saja?"

"Tentu saja berbeda. Ayolah honey"

"Aku malas. Kau saja sana yang honey moon"

Zayn mendatarkan ekspresinya. Ia melepas pelukannya dan memunggungi Helen. Ia menutup seluruh tubuhnya dengan selimut. Ah, bayi besar Helen merajuk sekarang.

Helen jengah melihat kelakuan Zayn. Badannya tidak sesuai dengan kelakuannya sekarang.

"Berhentilah bersikap kekanakan Zayn"

Zayn tidak bergeming. Ia tetap pada posisinya. Helen selalu kesal melihat tingkah Zayn yang seperti anak kecil. Menghembuskan napasnya lelah. Lebih baik ia mengalah dan menuruti keinginan Zayn.

"Fine. Kita akan pergi"

Zayn segera berbalik dan memeluk Helen. Ia mendusel-duselkan kepalanya keperut Helen yang tengah bersandar di sandaran ranjang. Helen mengelus rambut Zayn, sesekali menjambak rambut Zayn guna menyalurkan rasa kesalnya. Zayn tidak masalah mendapat jambakan dari Helen. Yang terpenting keinginannya terwujud.

***

Di sisi lain, Adrian, ayah dari Helen tengah marah-marah di ruang kerja miliknya karena melihat berita pernikahan Helen. Masalah saham yang merosot, kini telah pulih kembali. Perusahaan Smith tidak jadi bangkrut.

Saat melihat berita pernikahan Helen, entah mengapa hatinya terasa panas melihatnya. Tapi ia segera mengenyahkan perasaan itu.

"Dasar anak pembawa sial. Bahkan dia menikah tanpa persetujuan dariku. Memang betul aku menjualnya dan mengeluarkannya dari keluarga ini"

Adrian segera menyibukkan kembali dengan kertas-kertas dokumennya. Ia harus membantu putranya mencari investor untuk menyuntikkan dana ke  perusahaannya. Karena bagaimanapun, perusahaan tidak bisa semaju dulu.

Second Life Of SelenaWhere stories live. Discover now