19

48.1K 3.5K 38
                                    

Tandai jika ada typo 👌

Hari ini adalah hari yang dinantikan oleh Helen. Bagaimana tidak? Ia akan merasakan kembali bagaimana sensasi membunuh musuhnya. Bagaimana rasanya melihat genangan darah dan tumpukan mayat yang akan ia bangun seperti menara. Rindu teriakan putus asa yang menjadi melodi indah ditelinganya, yang meminta pertolongan dari kejamnya iblis sepertinya. Ia sangat tidak sabar. Entah bagaimana nasib mereka di tangannya dan juga Zayn. Tentunya Zayn tidak akan menyisakan hama yang menghambatnya.

"Kau sudah siap?" Tanya Zayn.

"Kapan pun aku siap"

Helen menyeringai. Membayangkan seberapa serunya nanti saat ia bermain-main dengan tubuh mereka.

***

"Aku sudah di depan" Ucap Helen menggunakan alat komunikasi, semacam earpiece yang ia ubah menjadi sebuah tindik berwarna hitam. Bentuknya memang kecil, tapi suaranya masih bisa terdengar dengan jelas. Alat canggih yang diciptakan olehnya, dibantu Zayn.

Helen sekarang berada di depan bangunan yang terlihat menyeramkan dan suram, ditambah lagi malam semakin larut yang menambah kesan horor. Helen bertugas untuk penyerangan jarak dekat, sedangkan Zayn menjadi sniper. Ia juga bertugas untuk mencari sang ketua yang tentunya berada di gedung yang sama. Ia menyadap semua CCTV yang ada di dalam gedung maupun luarnya, tak lupa ia juga memanipulasinya agar tidak ada yang curiga.

Helen melihat ada banyak penjaga di luar. Ia memberi kode pada Zayn untuk menembak mereka.

Ada salah seorang penjaga yang curiga karena rekan-rekannya tidak ada yang berjaga. Ia segera mengeluarkan senjata dan segera mengarahkannya ke berbagai arah, mencari sang penyusup yang telah menumbangkan rekan-rekannya. Ia tidak menyadari bahwa Helen berada tepat di belakangnya dan menikamnya menggunakan belati.

Helen menancapkan belatinya sekali, namun tepat mengenai titik vitalnya. Apa lagi belati yang digunakannya sudah ia lumuri dengan racun. Orang itu langsung mati di tempat, tapi ia sempat menghubungi rekan lainnya yang ada di dalam.

Alarm tanda bahaya tiba-tiba berbunyi hingga terdengar sampai luar. Helen segera bersembunyi guna menghindari musuh-musuhnya. Sayang sekali siluetnya dilihat oleh salah satu musuhnya dan langsung menembak Helen tepat di bahu sebelah kirinya. Helen tidak meringis dan tetap mencari tempat bersembunyi. Zayn masih sibuk menembak musuh-musuh yang terus berdatangan dari jauh. Ia tidak melihat saat Helen tertembak tadi saking fokusnya menembak.

Helen masih saja bersembunyi dan menunggu musuhnya mendekat padanya. Hingga orang yang menembaknya mendekat ke arahnya, langsung saja ia menikamnya dan menyeretnya menuju semak-semak tempatnya bersembunyi agar tidak diketahui musuhnya yang lain. Tak lupa, ia juga mengambil barang-barang yang berguna.

Zayn memberitahunya bahwa keadaan sudah aman. Helen segera masuk ke dalam gedung dengan mengendap-endap dan juga menengok ke segala arah. Ia harus selalu waspada, jaga-jaga jika masih ada musuh yang masih berjaga dan belum dihabisi.

Memasuki ruangan pertama, Helen tidak menemukan adanya penjaga hingga ia sampai ke ruangan paling ujung dan dijaga dengan ketat. Ia tidak tahu apa yang berada di dalamnya. Daripada penasaran, ia langsung saja menghabisi musuhnya. Pertumpahan darah tidak bisa dielakkan. Helen melawan puluhan musuhnya sendirian bermodalkan pistol dan juga belati yang ia bawa. Ia tak segan-segan dalam menghabisi musuhnya. Ia menebas kepala mereka hanya menggunakan belatinya. Ia juga menembak kepala dan jantung mereka hingga berlubang. Tak lupa, ia menumpukkan mayat-mayat mereka menjadi menara yang tinggi. Aah, Helen sangat suka pemandangan di hadapannya ini.

"Masih seperti dulu" Ucap Zayn yang tiba-tiba sudah berada di samping Helen. Ia terlihat bangga melihatnya.

Helen hanya mengangguk sebagai tanggapan.

"Aku sudah menemukan pemimpinnya. Kita ke sana sekarang"

"Lalu bagaimana ruangan ini?"

"Kita periksa nanti. Aku ingin segera menghabisi hama itu. Berani-beraninya melawanku"

Mereka berdua berjalan melewati lorong-lorong yang panjang yang menghubungkan dengan tempat pemimpin yang diincar Zayn berada.

Saat membuka pintu, mereka berdua disambut dengan adegan yang menjijikkan dan merusak mata. Bagaimana tidak? Sang pemimpin yang bertubuh gempal tengah asik meminum alkohol ditemani tiga jalang sekaligus yang sedang memuaskannya dengan keadaan yang tidak berbusana barang sehelai benang pun.

Helen dan Zayn mengernyit jijik melihat adegan di depan mereka. Zayn bertepuk tangan untuk mengalihkan atensi musuhnya itu. Seketika mereka menghentikan aktivitas tak bermoral itu. Mereka segera menutupi tubuh mereka dengan asal. Mengapa sekarang mereka terlihat malu? Padahal mereka sangat menikmatinya tadi.

"Sudah cukup bermain-mainnya. Adakah kata terakhir yang ingin kau sampaikan?" Ucap Zayn sembari menodongkan pistol lasernya pada kepala musuhnya.

"Dasar sialan! Apa-apaan ini!"

Musuh Zayn segera memanggil anak buahnya, namun tidak ada yang datang karena sudah dihabisi semua oleh Zayn dan Helen. Tidak mendapati sahutan, ia berniat melarikan diri dengan memencet tombol yang berada di dekat sofa yang ia duduki tadi, tapi gerakannya kalah cepat dengan Helen yang telah mengunci pergerakannya.

Zayn berjalan mendekati musuhnya, memasukkan sebuah pil pada mulutnya. Helen segera menjauh dan melihat reaksi dari pil yang diberikan oleh Zayn. Tak lama kemudian, musuh Zayn itu mengerang kesakitan, mulut, hidung, dan telinganya terus mengeluarkan darah. Musuhnya itu merasakan organ-organ dalamnya digerogoti. Ia sungguh tidak tahan dengan rasa sakitnya, hingga ia menghembuskan nafas terakhirnya dengan mulut, hidung, dan telinganya yang masih mengeluarkan darah.

Para jalang yang disewa ketakutan, tapu selanjutnya mereka mati di tempat dengan kepala yang menggelinding. Helen menebas kepala mereka sekaligus dengan katana, yang kebetulan ada di sana.

Pekerjaan mereka berdua telah selesai. Helen dan Zayn juga tidak lupa untuk mengecek ruangan yang sangat dijaga tadi. Saat dibuka, mereka sangat terkejut melihatnya. Banyak orang-orang yang digantung dengan terbalik dengan tubuh yang tanpa busana dan dipenuhi dengan darah, apalagi sudah ada lalat dan juga serangga-serangga lain yang memakan bangkai manusia yang digantung itu.

Mereka berdua menelusuri ruangan itu, bau busuk sangat tercium di hidung mereka. Mereka terus menelusuri ruangan itu, siapa tahu mereka menemukan sesuatu. Mana mungkin ruangan seperti ini dijaga dengan ketat bukan?

Hingga akhirnya Helen menginjak sebuah keramik dan membuka ruang bawah tanah yang sangat gelap. Helen berinisiatif untuk menyalakan korek api yang kebetulan dibawanya untuk membakar gedung ini.

Bunyi kecipak basah terdengar saat mereka berjalan. Keadaan sangat haning dan hanya terdengar langkah kaki mereka yang menapaki genangan air dan juga suara tetesan air.

Di ruang bawah tanah itu, mereka menemukan berbagai macam senjata yang sangat banyak. Mereka berdua menduga bahwa senjata-senjata itu adalah senjata milik Zayn yang dicuri. Tidak hanya itu, mereka juga menemukan banyak berkas-berkas yang menyangkut jual beli illegal juga tumpukan uang palsu. Mereka yakin bahwa kelompok ini memalsukan uang untuk jual beli. Uangnya sangat persis hingga tidak ada yang curiga jika uang yang digunakan untuk transaksi adalah uang palsu.

Zayn segera menghubungi bawahannya yang ada di negara N tersebut untuk datang dan membawa semua senjatanya, juga menyuruh untuk  membakar atau menghancurkan gedung ini. Tugas Helen dan Zayn telah selesai. Mereka berdua segera keuar dari gedung dan kembali ke apart Helen. Menyenangkan, namun juga melelahkan.

Second Life Of SelenaWhere stories live. Discover now