Tentang Hari Ini yang Ternyata Sangat Berat🏠

1.8K 226 36
                                    

Terik matahari kali ini benar-benar terasa lebih panas dari biasanya, lapangan basket saat ini juga sudah ramai

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Terik matahari kali ini benar-benar terasa lebih panas dari biasanya, lapangan basket saat ini juga sudah ramai. Cewe-cewe di sana tak hentinya mengeluh, namun Pa Wawan hanya bisa menghela nafas tadkala murid cewenya itu terus berteriak kepanasan. Yang paling keras suaranya itu Arin, cewe itu agaknya sangat takut kulitnya akan menghitam.

"Yang mau pergi silahkan. Bapak tinggal kosongin nilai kalian." Jika begini maka tidak ada lagi yang berani. Pa Wawan mode tegas adalah kelemahan terbesar mereka.

"Dasar cewe-cewe lebay, biasanya juga pada main di sawah."

Tentu yang berani melawan Arin dan gengnya adalah Madava, cowo teraneh yang pernah membuat Harsa hampir ngompol karena tidak henti-hentinya dibuat ketawa oleh cowo bule itu. Madava itu musuh terbesarnya Arin, kalo kata Azka mereka itu jodoh yang tertunda.

"Diem lo sipit!"

"Dari pada lo mata gede!"

Kalo saja Pa wawan tidak segera meniup peluitnya, Arin yang kesabarannya setipis tisu tidak akan mau kalah dan semakin membuat lapangan di sana ramai bukan main. Padahal jumlah siswa di kelas Harsa paling sadikit dari kelas-kelas lain, namun jika ada lomba paling ramai mungkin kelas itu akan menjadi juara yang pertama.

"Hari ini kita akan melakukan penilaian, Bapak harap kalian bisa melakukan yang terbaik. Hari ini kita juga akan ada perlombaan, Bapak sudah bagi timnya. Buat yang cewe-cewe, Bapak mohon jangan cuma teriak-teriak doang pas main. Buktiin kalo kalian juga bisa."

"SIAP, PAK!"

Semuanya langsung duduk di pinggir lapangan. Menunggu urutannya untuk melakukan penilain. Harsa sedikit cemas, dia kemarin tidak hadir jadi sekarang Harsa sangat fokus memperhatikan yang lainnya. Harsa tidak mendengarkan ucapan sang Buna dan Ayahnya, secara diam-diam dia memasukkan baju olahraganya dan memaksakan dirinya untuk tetap ikut di jam pelajaran kali ini.

"Lo ngga papa, Sa?"

Yang bertanya barusan itu Azka, cowo itu sejak tadi memperhatian teman sebangkunya yang sekarang menjadi lebih diam setelah hampir seminggu izin. Harsa mengangguk tanpa menoleh, kedua manik itu telihat sangat fokus memperhatikan.

"Tapi kata kembaran lo, gue harus mastiin lo buat ngga ikut olahraga. Izin aja, biar gue bilangan Pa Wawan kalo lo ngga bisa ikut penilaian. Harusnya tadi lo nurut buat nunggu di kelas, jangan maksa bego!"

"Lo lihat muka gue." Suruh Harsa yang pada akhirnya mengalihkan fokusnya pada teman di sebelahnya itu.

Azka dengan nampang polosnya langsung memperhatikan wajah Harsa, tidak ada yang berbeda menurutnya. "Masih tetep gantengan gue, Sa." Ucapnya kemudian.

Harsa tidak habis pikir, dia tidak mengharapkan jawaban seperti itu. Sebentar lagi giliran Harsa, dan dia sudah tidak sabar melakukannya. Basket itu olahraga paling seru menurut Harsa, jadi mana bisa dia melewatkannya. Meski sejak tadi matanya menyipit karena sinar matahari yang sangat terik, Harsa tidak begitu memperdulikannya.

Home || Nct Dream✔Where stories live. Discover now