Sudah Tidak Ada Lagi Kecanggungan Di Antara Mereka🏠

2.4K 305 31
                                    

Tidak ada yang salah dan benar untuk masalah kecil yang kini terselip di awal pertemuan kembali ketujuh saudara dengan gelar nama belakang yaitu Abhivandya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tidak ada yang salah dan benar untuk masalah kecil yang kini terselip di awal pertemuan kembali ketujuh saudara dengan gelar nama belakang yaitu Abhivandya. Sebagai sosok tertua, Mahen berpikir panjang untuk benar-benar marah kepada si kembar yang kemarin sempat membuatnya bingung dan sedikit frustasi. Ingat, 'kan? Mahen itu sangat sayang pada keenam Adiknya. Semuanya sama dan tidak ada yang beda.

Sebagai seorang Ibu pula, Yoona merasa jika si tertua itu berhak tahu semuanya. Berjaga-jaga jika kedepannya akan terjadi hal yang sama lagi. Si kembar, Harsa dan Nana. Mereka tidak suka dibentak. Mereka tidak suka disudutkan. Dan mereka sangat membenci kekerasan. Bukan tanpa sebab, dan Yoona sangat berusaha agar kedua Putranya itu terhindar dari sesuatu yang dibencinya.

Mendengar cerita dari masing-masing mulut semua Putranya, Yoona kini mengajak Mahen ke kamarnya. Mengunci pintunya dengan rapat, kemudian mendudukkan Putra sulungnya itu di kasur empuk miliknya. Mahen nampak kebingungan, sebab sang Buna terlalu mendadak mengajaknya pergi. Bahkan saat dirinya tadi sempat akan mendekat ke arah Harsa dan Nana untuk menyelesaikan semuanya.

"Ada apa, Buna?" Kini tangan Mahen sudah berada di bawah telapak sang Buna. Usapan halus itu, seketika membuat Mahen ingin memeluk tubuh hangat sang Buna.

Yoona tersenyum manis. Terlampau peka dengan bisikan hati sang Putra, Yoona menarik pelan tubuh tinggi Mahen untuk memposisikannya di dekat tubuhnya. Mendekap erat tubuh itu, lalu memberikan usapan lembut di punggung yang sudah berkerja keras melawan pahitnya kehidupan.

"Abang sekarang sudah benar-benar besar. Buna lega Abang bisa tumbuh dengan sangat baik." Mahen mengangguk kecil. Tubuhnya semakin mempererat dekapan milik sang Buna.

"Buna mau cerita sesuatu."

Saat Mahen akan bergerak menjauh. Yoona menariknya kembali, tidak membiarkan Putranya itu duduk tanpa sebuah sandaran. Sekarang tidak ada pelukan. Hanya kepala Mahen yang bersender di pundak sang Buna. Hal kecil itu juga, membuat Mahen benar-benar merasa sangat nyaman. Sudah berapa lama ia tidak merasakannya?

"Asa sama Nana pernah mendapat kekerasan, Bang."

Usapan di kepala itu terhenti, saat Mahen dengan sontak duduk dengan tegap. Matanya menggambarkan jika kini dia sangat terkejut, sekaligus tidak terima. Siapa yang berani melakukan itu? Siapa yang sudah berani menyakiti Adik kecilnya? Tanpa sadar, kepalan di tangannya semakin mengerat.

"Siapa? Dan kenapa, Buna?"

"Sini." Yoona menempatkan kembali kepala Mahen untuk bersandar di pundaknya. Kepalan tangan si sulung, Yoona mengambil tangan itu lalu mengusap-usapnya lembut.

"Abang tau? Semarah apa Buna waktu tahu kalo Putranya Buna diperlakukan seperti itu? Buna bahkan ingin membalas semua rasa sakit yang Asa sama Nana alami. Bukan cuma luka di tubuh mereka, tapi mental mereka Bang. Itu benar-benar berpengaruh."

Home || Nct Dream✔Where stories live. Discover now