Langkah Pertama Berhasil🏠

1.6K 216 26
                                    

Lagi-lagi di hari ulang tahunnya, kebahagiaan yang ingin Lele rasakan tidak terjadi di tahun ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lagi-lagi di hari ulang tahunnya, kebahagiaan yang ingin Lele rasakan tidak terjadi di tahun ini. Berharap semuanya berkumpul dalam satu ruangan, meniup lilin seraya mendengar tepukan tangan juga nyanyian singkat selagi dia berdoa sebelum akhirnya lilin itu berhasil mati. Kue yang dipotong, lalu ditanya pada siapa dia akan memberikan potongan pertamanya. Pada sang Buna, atau sang Ayah?

"Senyum atuh, Le. Gue udah susah-susah bikin kue malah lo diemin dari tadi."

Kue kecil seadanya, dengan lilin yang masih menyala terang di hadapannya sama sekali tidak menarik perhatian Lele. Fokusnya teralih penuh pada ponsel genggamnya yang sejak tadi penuh dengan notif, namun dirinya enggan membalasnya satu persatu. Sejak pagi, rumah besar itu hanya diisi oleh dua orang. Jika tahu seperti ini, mungkin Lele tidak akan menolak saat sang Abang mengajaknya ke rumah sang Buna.

"Lo tau ngga sih Ji, kenapa gue kekeh pengin di sini meskipun bang Mahen maksa gue buat ikut sama dia?"

Jibran menyerah, dia meniup lilin yang masih menyala itu lalu meletakkan kue buatannya di meja. Dengan tampang kesalnya, dia menatap Lele "kenapa?" Tanyanya kemudian.

"Gue mau ngerayain ulang tahun gue sama Ayah."

Sudah satu minggu lebih, Lele menahan rindunya pada sang Buna. Dia memaksakan egonya untuk tetap bersama sang Ayah, karena sungguh Lele ingin sekali merayakan hari kelahirannya bersama sang Ayah. Ego tingginya menginginkan Buna dan Ayahnya bisa merayakannya bersama, namun itu terlalu mustahil untuk Lele rasakan sekarang. Jadi, hanya dengan sang Ayah saja harusnya itu bisa terjadi bukan? Kesibukan apa sampai-sampai Ayahnya itu melupakannya.

"Gue ngerasa sendirian banget sekarang, Ji. Gue ngerasa ngga ada siapapun lagi di samping gue."

"Gue? Lo nganggap gue apa, Le?"

Jibran mengambil kuenya lagi, lilin yang barusan dia tiup dinyalakan lagi untuk kedua kalinya. "Sekarang lo tutup mata sambil berdoa, terus tiup lilinnya." Titahnya membuat Lele terkekeh kecil namun langsung menurutinya.

Jibran benci topik yang Lele ungkapin tadi, benci sebab Jibran sangat bingung untuk menenangkannya dengan kalimat apa. Jibran tak pandai berkata seperti Harsa dan Jovan, Jibran lebih memilih menjadi pendengar yang baik. Melihat Lele yang tengah terpejam, yang perlahan air matanya mulai keluar membuat Jibran memalingkan wajahnya. Jibran sangat marah, Jibran rasanya ingin memukuli siapa saja yang sudah membuat Kakaknya itu menangis. Sama seperti Nana yang sangat dekat dengan Hars, maka Jibran pun sama. Lele itu belahan jiwanya Jibran, keduanya tidak pernah terpisahkan.

"Sekarang, lo potong kuenya."

Lele sudah selesai melakukan perintah dari Jibran, yang entah membuat dirinya menangis secara tiba-tiba. Tanpa berucap, Lele mengambil pisau kecil yang sudah disiapkan oleh Jibran kemudian memotong kue bertoping matcha itu. Tampilannya sangat mencerminkan karya dari seorang Jibran, sungguh berantakan bahkan tulisan di atasnya tidak bisa terbaca sama sekali.

Home || Nct Dream✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang