Kekhawatiran Mereka🏠

2.4K 268 49
                                    

Kata sang Ayah, menjadi lelaki sejati itu harus punya pendirian

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.

Kata sang Ayah, menjadi lelaki sejati itu harus punya pendirian. Dulu Johnny sangat senang saat Ayahnya bercerita tentang kehidupan. Dalam hidup, yang namanya roda itu pasti berputar. Sekarang Johnny merasa rodanya berputar semakin ke bawah, perasaannya kalut bukan main. Di ruang kerjanya, Johnny mengobrak-abrik semua berkas yang ada di mejanya. Lampunya sangat redup, terasa begitu kosong dan sesak.

Putra sulungnya sudah sangat dewasa, sampai-sampai Johnny hampir kehilangan kewarasannya saat berdebat dengan Putranya itu. Baru seumur hidup, Johnny lepas kendali seperti sekarang ini. Tangannya sudah berani melukai buah hatinya, Johnny merasa dirinya sudah benar-benar gila. Pipi lembut yang selalu dibelai dengan penuh kasih sayang, sekarang meninggalkan bekas di sana. Berkat tangannya, tangan yang entah kapan bisa menjadi sekasar itu.

"Lo benar-benar gila, Bang!"

Suara sarkas itu membuat Johnny menutup matanya sejenak. Menarik nafasnya perlahan, kemudian berbalik menatap sosok yang sudah menuduhnya gila. Johnny terkekeh kecil, agaknya benar dirinya memang sudah gila. Otaknya seakan sudah jauh dari pengendaliannya, hatinya seakan lupa dengan jati dirinya, Johnny merasa dirinya sudah kehilangan arah.

"Abang harus apa, Jae? Abang bingung."

Luntur sudah pertahanan kuatnya. Johnny menunduk dalam seraya berlutut di depan Jaezal. "Tampar Abang, Jae. Tampar Abang sekarang!" Tegasnya, menatap manik Adiknya itu.

Tanpa ragu, Jaezal maju semakin depan. Melayangkan tangan kekarnya itu untuk memberikan tamparan di pipi lembut sang Abang. Nafasnya memburu, Jaezal menamparnya dengan sangat keras. Kemudian, Jaezal tarik kerah baju Abangnya itu agar berdiri dari tempatnya.

"Dan ini buat Abang yang udah berani-beraninya ngambil keputusan paling bodoh!" Ucapnya seraya memukul pipi bekas tamparan itu, Jaezal sudah terlampau marah. Ajaran sang Ayah agar tidak pernah melukai Abangnya, Jaezal sudah melanggarnya lagi.

"Berhenti ya, Bang? Jangan bikin semuanya tambah rumit! Pikirin Anak-anak, jangan egois kaya gini! Lo sama Kakak sama aja egosinya, tau gak?! Kalo kaya gini biar gue yang urus mereka, biar mereka yang jadi tanggung jawab gue! Mereka udah bisa mikir, Bang! Mereka bukan Anak kecil yang dulu cuma bisa nurut sama keputusan aneh orang tuanya!"

"Cabut tuntutan lo, sekarang! Jangan lanjutin sidangnya, gue mohon sama lo, Bang."

Sekarang Jaezal yang menunduk seraya berlutut di depan Johnny, tangannya memohon keras di hadapan Abangnya itu. Jaezal tidak mengerti dengan jalan pikiran dua orang itu, yang bahkan tanpa ragu menyerahkan keputusan terkait hak asuh Anak mereka dalam kuasa Hukum. Semua dokumen sudah Johnny serahkan ke pihak pengadilan, Yoona pula sama-sama akan melakukan pembelaan. Jaezal tak habis pikir, mereka sudah membuat rumahnya semakin hancur.

"Gue harus memohon dengan apa biar lo berhenti, Bang? Biarin mereka bebas, biarin mereka nikmatin masa remajanya tanpa beban."

"Abang juga ngga mau, Jae! Tapi Abang ngga bisa ngalah sama Yoona! Dia semakin gila, Jae! Dia bukan Yoona yang Abang kenal, dia udah benar-benar berubah."

Home || Nct Dream✔Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt