Masih Belum Usai🏠

2.1K 269 55
                                    

Sedikit hampa saat pertama kali matanya terbuka, ternyata sosok penting yang semalam menemaninya menutup mata kini tidak nampak kehadirannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sedikit hampa saat pertama kali matanya terbuka, ternyata sosok penting yang semalam menemaninya menutup mata kini tidak nampak kehadirannya. Harsa terdiam sebentar, lantas seperkian detiknya dia baru sadar jika ternyata Jovan tengah duduk bersandar di sebelahnya. Membaca sebuah buku yang agaknya masih menjadi hal terfavorit bagi Masnya itu.

Dari samping, Jovan terlihat begitu tampan persis seperti sang Ayah. Harsa tersenyum mengingat bagaimana dulu dia seringkali bertengkar dengan Masnya itu. Meski Jovan sangat pendiam, namun ketika Harsa mengusiknya sekali saja. Maka Jovan tidak segan untuk membalasnya berkali-kali lipat. Namun bagaimanapun bentuknya, pada akhirnya Jovan yang akan mengalah. Membiarkan Adiknya itu menang, daripada berakhir menangis dan mengadu.

"Mas?"

Jovan langsung menutup bukunya. Menoleh pelan ke arah samping dan sedikit tersenyum saat mata sayu sang Adik menatapnya begitu dalam. Sejak tadi, Jovan selalu mengecek suhu tubuh Harsa yang syukurnya sudah sedikit membaik dari kemarin. Wajahnya juga jauh lebih segar, maka Jovan tidak perlu khawatir lagi sekarang.

"Perutnya udah ngga sakit, 'kan?" Jovan bertanya untuk memastikan tidak ada lagi rasa sakit yang dirasakan Adiknya itu.

"Udah ngga sakit. Tapi Asa laper."

Jovan tertawa sembari mengusak gemas surai sang Adik. "Mas ambilin makan ya? Atau mau turun ke bawah?" Barangkali Harsa bosan dengan suasana kamar yang tidak ada pemandangan lain selain tembok.

"Turun aja. Mas ke sana dulu, nanti Asa nyusul."

"Bisa jalan sendiri?"

"Asa ngga lumpuh, Mas."

"Mas juga tau itu, tapi 'kan kamu belum sepenuhnya sembuh."

"Tapi asa ngga papa. Asa mau ke kamar mandi dulu. Pokoknya Mas turun duluan, Asa bisa jalan sendiri!"

Meski sedikit tak tega meninggalkan Adiknya sendirian, Jovan akhirnya menurut setelah tadi sempat berdebat kecil. Sementara Masnya itu keluar, Harsa dengan cepat masuk ke kamar mandi dan membasuh mukanya. Tidak tahan lama-lama di dalam sana, sebab air yang biasanya terasa segar kini berubah menjadi sangat dingin saat menyentuh kulitnya. Niatnya ingin mandi membersihkan tubuhnya yang sejak kemarin tak menyentuh air, Harsa langsung mengurungkannya.

Untung saja bajunya berlengan panjang, jadi Harsa masih bisa menahannya dan segera berjalan keluar. Setelah kemarin dia pertama kalinya datang ke rumah ini untuk sekian lama, Harsa merasa tidak banyak yang berubah dari rumahhya dulu. Hampir setiap sudut yang dia lewati, foto dirinya dan keenam saudaranya terpampang jelas di sana dengan berbagai macam gaya. Sungguh membuat Harsa rindu dengan momen lama yang tersimpan di sebuah kertas berbingkai itu.

"Abang!"

Dari arah depan, sosok bungsu yang tubuhnya terlihat sangat tinggi meski dari jauh. Kini tengah berlari kecil ke arah Harsa, yang sekarang sudah menjabat sebagai Abang terbaiknya setelah dulu pernah menjadi Abang yang paling musuh dengannya. Layaknya Anak kecil, Jibran langsung memeluk sang Abang dengan begitu sayang. 

Home || Nct Dream✔Where stories live. Discover now