Jagung dan Kenangannya🏠

1.7K 235 14
                                    

Seperti janji Johnny sebelumnya, pria berstatus duda itu mengajak semua Putranya untuk bermalam di luar

Ops! Esta imagem não segue as nossas directrizes de conteúdo. Para continuares a publicar, por favor, remova-a ou carrega uma imagem diferente.

Seperti janji Johnny sebelumnya, pria berstatus duda itu mengajak semua Putranya untuk bermalam di luar. Dua tenda sudah terpasang rapi, taman belakang rumah kini disulap menjadi acara kemah kecil-kecilan. Tidak pas jika api unggun tidak diadakan, maka malam ini pula Johnny sudah menyiapkan beberapa potong kayu yang disusun rapi membentuk piramida kecil. Korek api sudah terlempar di antaranya, membuat kobaran api yang dirancang tak terlalu besar sekarang sudah menyala terang.

"Lele mau bakar jagung!" Teriaknya penuh semangat.

Lele mengambil dua buah jagung dari tempatnya, kemudian mendekat pelan pada kobaran api di depannya. Beralaskan tikar tebal, Lele duduk dengan nyaman dan siap membakar makanan kesukaannya itu. Baru saja tangannya akan terulur, Johnny yang baru kembali setelah mengambil beberapa selimut langsung menggagalkan aksi bahaya Putranya tersebut. Diambilnya jagung mentah itu kemudian meletakannya di tempat semula.

"Biar Ayah aja." Ujarnya sembari menyerahkan selimut ke semua Putranya.

"Tapi Lele pengin, Ayah."

Johnny hanya menggeleng sebagai tanda penolakan. Lele juga tidak bisa membantah, dia akhirnya menggeser duduknya di samping Jovan yang tidak terlalu dekat dengan kobaran api. Semuanya hanya diam menunggu sang Ayah yang kini sudah mulai membakar beberapa jagung. Terlihat sangat handal dibanding Lele yang hampir membakar tangannya sendiri. Sejak tadi, mungkin seluruhnya adalah kerja dari tangan Johnny. Benar-benar ingin melakukan yang terbaik untuk semua Putranya.

"Abang bantuin ya, Yah." Tawar Mahen sembari mendekat.

"Duduk aja, Bang. Bentar lagi selesai kok."

Terpaksa Mahen duduk kembali. Dia sedikit heran dengan sikap sang Ayah hari ini yang menurutnya terlalu berlebihan. Hal kecil yang semestinya bisa ia lakukan, entah mengapa menjadi hal besar yang seakan jika Mahen melakukannya ia akan terluka. Mahen hanya jengkel, dia merasa tak berguna sebagai si sulung jika semuanya dilakukan oleh sang Ayah.

"Biarin aja, Bang. Ayah hari ini udah semangat banget. Jangan rusak itu."

Raka menepuk kecil pundak Mahen. Sebenarnya dia juga malas melakukan acara seperti ini, yang mana kondisi Harsa juga belum sepenuhnya pulih. Namun Raka tak tahu alasan di balik Johnny melakukan hal tersebut. Ada banyak kekhawatiran pada dalam diri Johnhy sekarang.

Ternyata dulu Harsa dana Nana pernah mendapat kekerasan. Jibran dan Lele tak sadarkan diri berminggu-minggu atau dalam dunia medis dikatakan sebagai koma. Bagaimana Johnny tak terkejut mendengar cerita lampai itu. Perannya terasa dipermainkan. Yoona tak semestinya buta hati sebab tak memberi kabar apapun kepadanya. Seolah peran double sangat pantas dinobatkan, sementara peran dirinya direnggut meskipun tak bermaksud.

Ayah kenapa ngga pernah dateng? Nana pernah diem-diem kasih alamat rumah ke Ayah. Nana sama yang lain nunggu Ayah dateng, tapi Ayah ngga pernah muncul. Usaha Ayah masih belum sempurna, ya?

Nana sama Asa pernah dipukul, Ayah. Ayah bahkan ngga tahu itu, 'kan?

Bayangkan betapa sakitnya Johnny mendengar semua keluh dari Putranya itu. Saat Harsa mengadu rindu dengan pelukannya. Mengadu pernah tak tidur nyenyak tanpa obat tidur. Pagi tadi, semuanya mengalir tanpa paksaan bahkan Johnny tak menyangka akan mendengar cerita itu.

Ngomong-ngomong masalah pesan yang dimaksud oleh Nana. Johnny benar-benar tak pernah menerima kabar apapun perihal di mana Yoona membawa keempat Putranya pergi. Alamat yang dimaksud oleh Nana, Johnny sungguh tak pernah tahu pesan tersebut. Jika yang di dalam pikiran Johnny ternyata benar, maka Johnny tidak bisa lagi berkata tak apa. Semuanya sudah keterlaluan, Johnny cukup sabar untuk tidak bertindak apapun. Bahkan dulu Johnny selalu kasih kabar pada Yoona perihal perkembangan ketiga Putranya. Saat salah satunya sakit, Johnny tak segan-segan menelpon Yoona agar mau menenangkan tangisan itu bahkan memohon untuk berkunjung.

Usaha apa yang sudah Johnny lakukan untuk menemukan keberadaan Yoona, Johnny mungkin bisa menuliskannya berlambar-lembar halaman. Perjuangannya benar-benar tidak kecil. Menyusul ke rumah orang tua Yoona, Johnny pernah ke sana namun tak mendapat hasil apapun. Katanya Yoona tak ada di sana. Entah itu sebuah kebohongan atau tidak, Johnny percaya-percaya saja dulu. Seluruh penjuru kota Johnny berkeliling, memohon keras pada Yooba agar diizinkan bertemu. Semua akses benar-benar Yoona tutup. Johnny hanya diperbolehkan menelpon dan mengirim kabar melalui pesan. Siapa yang egois sebenarnya? Dirinya atau Yoona.

"Ayah ngga ikut makan?" Tanya Jibran saat sang Ayah sudah membagikan jagung bakar buatannya.

Jagung sudah matang semua, namun Johnny hanya membakarnya sebanyak tujuh. Membuat pertanyaan muncul sebab sang Ayah tak ikut merasakan hasil bakarannya. Harsa yang merasa malas untuk makan, dia mendekat pada sang Ayah kemudian menyerahkan jagung miliknya untuk sang Ayah.

"Ayah udah kenyang." Tolaknya mengembalikan jagung itu pada Harsa.

"Kenyang atau ngga ada sisa jagung lagi? Makan aja, Yah. Asa ngga suka jagung."

Johnny terkekeh pelan, ternyata beliau tak pandai bersembunyi. Sebenarnya Johnny bisa membeli banyak jagung. Namun saat akan membeli, ternyata hanya sisa tujuh buah dan Johnny terlalu malas untuk mencarinya lagi.

"Bagi dua aja kalo begitu." Putusnya langsung mematahkan jagung utuh itu menjadi dua bagian.

"Putra Ayah ngga mungkin ngga suka sama jagung. Kalo Ayah punya kebun jagung, mungkin bisa habis dimakanin sama kalian. Entah itu dibakar, dikukus, dimasak. Mana ada Putra Ayah yang ngga mau makan. Apalagi Asa, dulu kamu selalu ngerebut punyanya Lele sama Adek. Padahal Buna kalian udah bagi sesuai porsinya."

"Kalo ditanya pasti jawabnya, Adek sama Lele udah kenyang, makanya Asa bantuin ngehabisin. Lagian mereka nangis bukan gara-gara Asa ambil jagungnya. Dasarnya mereka tuh cengeng." Tambah Raka mengikuti gaya bicara Harsa sewaktu kecil.

"Mana ada Adek sama Lele cengeng. Orang dulu pas Adek lagi enak-enak makan langsung direbut sama Abang. Kalo Adek bales malah Abang yang nangis. Adek mah nangis soalnya jengkel sama Abang, bukan cengeng. Yang cengeng tuh Abang, padahal dia sendiri yang cari lawan buat berantem."

Suara tawa sontak mulai terdengar riuh. Mengingat cerita lucu dulu yang paling banyak pelakunya adalah Harsa. Bahkan tidak ada tangisan di rumah, jika tidak ada campur tangan dari Harsa. Meski singkat, tidak ada yang bisa melupakannya.

"Ayah jangan ikut ketawa!" Protes Harsa merasa malu dengan sikapnya dulu. Dia memeluk tubuh sang Ayah untuk menyembunyikan wajahnya yang merah.

"Cie malu, pasti wajahnya merah." Ejek Nana semakin membuat semuanya tertawa.

Malam ini sungguh lebih baik dari kemarin. Yang paling bahagia adalah Johnny. Semua bebanya terasa terangkat saat tawa keras dari semua Putranya mengalun di sekitarnya. Senyum kecilnya terukir, melihat semua Putranya kini tengah fokus memakan jagung bakar yang membutuhkan tenaga banyak untuk menghabiskannya.

Ops! Esta imagem não segue as nossas directrizes de conteúdo. Para continuares a publicar, por favor, remova-a ou carrega uma imagem diferente.


























See u in next chapter👋

Home || Nct Dream✔Onde as histórias ganham vida. Descobre agora