Mereka Sama-sama Merasa Takut🏠

2.9K 328 5
                                    

Hujan sudah berhenti sejak satu jam yang lalu, menyisakan jejak yang harumnya begitu nyaman untuk dihirup

Oops! Ang larawang ito ay hindi sumusunod sa aming mga alituntunin sa nilalaman. Upang magpatuloy sa pag-publish, subukan itong alisin o mag-upload ng bago.

Hujan sudah berhenti sejak satu jam yang lalu, menyisakan jejak yang harumnya begitu nyaman untuk dihirup. Ditemani dengan secangkir kopi, Lima orang remaja kini tengah menatap petangnya langit pada teras yang terhubung dengan ruangan tadi. Sang Buna, Harsa, dan juga Jibran, ketiganya sudah tertidur selepas makan malam beberapa jam lalu. Sekarang sudah pukul sebelas, begitu hening dan terasa sangat sejuk untuk melakukan deep talk satu sama lainnya.

"Kabar Ayah gimana?"

Selepas bertanya, Nana kembali menyeruput kopi panasnya yang masih tersisa banyak. "Rasanya mau marah waktu Ayah bawa masuk kalian. Bahkan ngga ada salam perpisahan, pelukan hangat, dan kecupan manis saat itu. Nana marah, bahkan sangat ingin memberontak. Tapi ngelihat Abang yang diem aja, Nana ngga berani. Malam itu, Buna bawa kita pergi jauh. Nana selalu menengok ke belakang, berharap Ayah bakal ngejar kita. Berharap Ayah sekali lagi berusaha untuk cegah kita pergi."

"Kenapa cuma kalian yang Ayah bawa masuk? Apa Ayah ngga sayang sama Nana dan yang lain? Kenapa Ayah mau pisah sama kita? Segampang itu ya milih mana yang harus tetap tinggal, dan pergi. Bahkan pas itu lagi dingin-dinginnya. Kita nangis sekeras apa pun udah ngga ada artinya lagi. Buna sama Ayah udah berubah, dan Nana benci itu. Munafik kalo Nana ngga pernah benci sama Buna dan Ayah."

Nana rasa cukup sampai di sana. Ia sudah berbicara terlalu jauh. Kini dirinya menatap satu per satu pada sosok yang lebih tua. Kekecewaan yang pernah ia alami, tidak akan pernah mengubah apa pun. Kebencian yang sempat membuatnya hampir buta, Nana cukup sadar bahwa dirinya tidak sebaik dan sesabar yang lain.

Raka yang tadinya duduk di salah satu kursi sana, ia lantas berdiri kemudian merangkul pundak sang Adik. Mau bagaimana pun, kekecewaan Nana kala itu juga sempat ia alami. Namun bedanya, Raka tidak sampai membenci kedua orang tuanya. Hal itu paling ia hindari. Karena Raka termasuk tipe orang yang sangat sulit membenci, jika itu terjadi maka Raka akan terus membencinya.

"Ayah waktu itu langsung ngejar kalian, kok."

"Setiap hari Ayah keluar buat cari keberadaan kalian."

"Tapi ngga pernah ketemu." Balas Jovan merasa sedikit sakit hati waktu sang Adik seolah menyalahkan Ayahnya. Padahal dulu, Ayahnya sangat hancur. Pulang selalu larut, bahkan itu pun dalam keadaan kacau. Memang sang Ayah jarang menunjukan air matanya. Namun mereka tahu, di balik wajah tegar itu, ada sesuatu menyelinap di sana.

Nana seketika menunduk. Menatap lantai basah bekas air hujan, kemudian mulai terisak. "Maaf." Hanya itu yang mampu ia katakan setelah berani menuduh sang Ayah dengan pikiran buruknya. Selama ini, Nanalah yang paling malas jika sang Ayah menelpon. Ia lebih memilih untuk bersikap acuh.

Pernah merasakan hal yang sama, Lele sama terkejutnya saat mengetahui jika sang Ayah sempat mengejar dirinya dan yang lain. Yang ia tahu, hari itu sang Ayah benar-benar telah melepaskannya. Membiarkan sosok bocah kecil itu terpisah jauh dengan sang Ayah. Padahal Lele paling dekat dengan Ayahnya. Ia lebih terbuka padanya, dan selalu membagi apa pun itu tanpa rasa canggung sedikit pun.

Home || Nct Dream✔Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon