Putra Hebatnya Buna🏠

2.3K 251 26
                                    

Di atas sana bintang-bintang terlihat tengah berkumpul seraya memamerkan sinarnya masing-masing

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Di atas sana bintang-bintang terlihat tengah berkumpul seraya memamerkan sinarnya masing-masing. Beberapa hari yang lalu, dengan posisi yang sama Nana menemani Harsa duduk di teras rumah dengan langit-langit malam sebagai fokusnya. Jadi bintang pasti enak ya, Na? Saat itu Nana hanya menertawakannya, Harsa malam itu memang benar-benar random.

"Jangan dulu ya, Sa. Gue masih butuh lo."

Kalo Bintang yang dimaksud Harsa berarti pergi, maka Nana tidak akan pernah membiarkan itu. Melihat kondisi Harsa yang sekarang, membuat Nana merasa gagal untuk selalu menepati janjinya. Janji yang dia ucapkan beberapa tahun lalu, tepat saat kembarannya itu hampir menyerah.

"Kalo Asa udah sembuh, Nana janji bakal jagain Asa terus. Nana ngga akan biarin Asa sakit lagi. Jantung Asa udah nyusahin Asa, ya? Bentar lagi kok, Besok Asa bakal dapat jantung baru. Habis ini Asa ngga bakal ngerasain sakit lagi. Nana janji."

Kata Nenek, Harsa itu Anaknya sangat sulit ditebak. Tapi kalo kata Kakek, justru Harsa yang paling mudah ditebak dari keempat cucunya. Contohnya saat sakit, Harsa cenderung akan menjadi diam dan tidak mau membantu Kakek. Kira-kira saat itu umur Harsa masih tiga belas tahun, Kakek yang saat itu tengah asik mengasih makan burung-burungnya dikejutkan dengan teriakan si Bungsu yang terlihat terpogoh-pogoh berlari ke arahnya.

"Bang Asa ngga bisa nafas!"

Nana dan Lele saat itu baru saja pulang, Nana ingat betul bagaimana bakso kesukaannya dia buang tanpa sadar dan memilih ikut berlari seperti Kakek. Bahkan sarung Kakek sampai tertinggal, makanan burungnya pun sudah berhamburan di lantai. Sore itu suasana rumah benar-benar kacau, tubuh Harsa sudah begitu lemas kelihatannya. Juga tangisannya seraya terus berkata jika dadanya benar-benar sakit, bahkan nafasnya begitu tersendat.

"Pantas tadi Asa ngga mau bantu Kakek buat ngasih makan burung. Kakek lalai, maaf ya."

Nana memalingkan wajahnya, ke manapun asal tidak melihat wajah sang Kakek yang nampak begitu menyesal. Harsa sudah dibawa ke Rumah sakit, pun dengan Bunda dan Neneknya yang habis berbelanja, keduanya sama-sama terlihat kacau. Nana tak kalah sesalnya dengan sang Kakek, dia tidak sadar dengan kondisi Harsa selama ini.

Niatnya sore itu, Nana hanya ingin membelikan Harsa bakso agar Abang beda menitnya tersebut mau makan setelah seharian nampak begitu tidak selera memakan apapun. Harsa selalu mengeluh sesak, bahkan seringkali dadanya tiba-tiba nyeri. Jika diingat, Nana bisa mendengar keluhan itu hampir setiap hari. Namun Nana menganggap itu sebagai gurauan, sebab Harsa selalu berkata itu dulu, tepat pada saat dirinya tengah suka pada lawan jenisnya.

"Kenapa aku bisa selalai ini, Bu? Asa pasti kuat kan, Yah? Aku bodoh banget, kenapa aku ngga sadar sama gejala-gejalanya. Dari kecil Asa udah sering ngeluh sesak, nangis sedikit aja pasti langsung sesak. Ini salah aku, aku terlalu sibuk. Semuanya salah aku, Bu. Tolong jangan ambil Putra aku, sampaikan itu sama Tuhan Bu. Doa Ibu pasti didengar, aku udah banyak salahnya Bu, pasti Tuhan marah sama aku."

Home || Nct Dream✔Where stories live. Discover now