Bab 69 : Apa aku mengenal mu?

89 13 0
                                    

Mr. Carius bersama dengan yg lainnya segera mendekati lapangan, beberapa masih memilih menjauh karena kelelahan akibat pertarungan besar.
    
"Kau baik-baik saja?" tanya Meyza yg hadir di sebelah Ardan
     
Gei mengangguk, "Tapi kenapa semuanya begitu cepat, seakan semuanya belum berakhir" balas Gei mencoba berdiri di bantu oleh Rina di sisinya.
    
"Dimana Mira?" batin Gei melirik ke sana kemari.
    
"Kenapa aku juga merasakan kalau pertarungan ini belum berakhir?" ucapan Ziulong membuat keadaan hening, suasana menjadi lebih menyeramkan.
     
Gei ikut terdiam, namun tidak beberapa lama, tangan kanan Gei refleks mendorong Ibunya untuk segera menjauh.
    
"Tidak....!" jerit Gei menahan sakit saat mahkota di tangan kirinya tiba-tiba mengeluarkan aura keunguan.
     
Semuanya yg ada disana refleks menjauh,
    
"Tidak mungkin, apa yg terjadi?" panik Meyza
    
"Tidak...ahk...guru ini sakit sekali!" lagi-lagi Gei hanya bisa menjerit kesakitan, ingin melepaskan mahkota itu namun tidak bisa.
   
"Apa kau pikir begitu mudah mengalahkan ku?" suara menggema di sekeliling langsung membuat kericuhan di tambah ketakutan.
    
Itu jelas suara dari seorang Yama, namun wujud nya tidak ada.
    
"Argggghhh.... !"
    
"Aku akui kekuatan mu memang cukup membuat ku terkejut, tapi sayang nya yg kau hancur kan hanyalah tubuh ku, tapi tidak kesadaran ku, ini belum berakhir, aku tunggu pertarungan kita selanjutnya, dan kau akan tau seberapa kuat diriku"
   
"Ini tidak bisa di biarkan" batin Gei berusaha bertahan.
    
"Kalau terlalu bodoh berharap aku mati, karena yg bisa membunuh ku hanyalah seorang iblis yg lebih kuat dariku, bukan anak kecil seperti bodoh.. Hahahha...!" tawa Yama mendengung.
     
Gei seakan terpanggil, "Yama sialan, apa kau pikir aku manusia lemah, kau berharap yg membunuh mu adalah iblis, maka AKULAH IBLIS ITU!" teriak Gei mengeluarkan seluruh tenaganya, tubuh nya beregenerasi dengan cepat, aura nya dikelilingi oleh warna keunguan dan sorot mata nya yg tajam.
    
"Tidak..tidak.. Mungkin!"     
    
"Tidak...dia sudah mengeluarkan seluruh kekuatan nya, dia akan menerima efek besar jika dia bertarung lagi!" Ziulong nampak begitu was-was.
   
"Hentikan dia" suruh Meyza
    
"Tapi bagaimana caranya?" Ziulong menggeleng frustasi.
    
"Tidak..tidak...hentikan, aku tidak bisa berlama-lama disini, aku harus mencari tubuh lain"
    
"Beraninya kau ingin mengambil alih kesadaran ku" Gei mengeluarkan aura nya kembali, sekelebat bayangan hitam segera keluar dari tubuh Gei, "Aku akan kembali, aku belum kalah, akan ku tunjukkan kalau aku terkuat di immortal world" kalimat terakhir yg bisa di dengar oleh semua orang itu membuat mereka terdiam termangu, itu artinya Yama belum mati, dan dia akan kembali lagi.
    
"Ahkk...sakit" ringis Gei tiba-tiba
    
"Buat dia pingsan" suruh Ziulong, Meyza segera melesat, dengan satu pukulan di leher Gei, Gei langsung pingsan di tempat, dan aura gelap nya hilang begitu saja.
    
"Kenapa dia tidak menggunakan elemen kegelapan, harusnya jika dia menggunakan itu, bisa saja Yama akan lenyap, apa yg dia pikirkan" gumam Ardan menatap Gei yg kini di bawa oleh mereka, entah di bawa kemana.
   
"Apa maksud mu?" pertanyaan tiba-tiba membuat Ardan tersendak
    
"Ahk tidak, kau siapa?" tanya Ardan heran.
    
"Kau tidak mengenali ku heh?" Revan yg terlupa segera memasang kembali mahkota nya.
    
"Oh, astaga..maaf yg mulia"
    
"Cih...apa aku tidak sepopuler Xavier hingga orang-orang mengenali ku harus dengan menggunakan mahkota" sinis Revan sangking kesal nya segera pergi meninggal kan Ardan.
     
Desas-desus mulai menyebar, bertiga tentang sosok pemuda bertopeng yg memiliki kekuatan elemen lebih dari satu itu membuat seisi klan gempar.
     
Apalagi tentang Yama yg terbilang sudah kalah namun tidak tentu karena dia bisa saja kembali lagi dan menyerang secara tiba-tiba.
     
Sementara itu, semua raja klan berkumpul di aula pertemuan tepat nya di istana klan Demon, karena Xavier dan Caven juga Revan belum lah menjadi seorang raja yg berpengalaman jadi raja pendahulu masih ikut berpartisipasi dalam pertemuan ini.
     
Beberapa orang penting, juga para pendekar hebat serta pejabat tinggi di kota juga ikut turut membicarakan bagaimana kelanjutan untuk menjaga kelamaan klan dari serangan yg bisa terjadi secara tiba-tiba.
    
"Aishhh aku tak mengira kalau Yama melarikan diri karena kalah" umpat Revan yg kini mereka berlima sudah keluar aula pertemuan dan berkumpul di salah satu ruangan Xavier.
    
"Entah lah, tapi kau mengenal pria itu?" tanya Caven menatap Xavier dnega tatapan lekat.
     
Xavier terdiam, haruskah dia jujur sekarang? "Ingat jika orang bertanya siapa dia, jangan jelaskan apa yg terjadi sebenarnya" suara Mr. Carius terus menggema di telinga Xavier, begitu sang kakek terus memperingati Xavier agar tidak membocorkan kalau pemuda itu adalah Raksa Alora, saudara tiri nya sendiri.
     
"Ahk aku benar-benar tidak percaya, dia memiliki banyak elemen, petir, air, api, cahaya, dan juga elemen Iblis? sebenarnya siapa dia?" sungut Revan.
    
"Kau begitu penasaran, apa karena dia telah menyelamatkan mu?" tanya Xavier
     
Revan terdiam sejenak, "Yah aku tau, aku heran saja, dia menciptakan pelindung es sekuat itu, dalam hitungan detik? benar-benar luar biasa bukan?"
    
"Kalau itu aku setuju, bahkan aku saja belum bisa menciptakan formasi es sekuat itu" balas Laskar
    
"Kenapa kau hanya diam saja, kau tidak sedang menebak siapa dia bukan?"
     
Ke empat nya menatap Caven dengan tatapan yg sama.
     
Caven terdiam, "Sebenarnya aku sedang mencari tau, dan yg aku pikiran adalah, dia pasti berhubungan dengan Xavier atau Revan" batin Caven ragu-ragu
    
"JANGAN MENYAKITI SAUDARA KU?" teriakan itu terus menggema di telinga Caven,
    
"SAUDARA! apa dia keluarga dari Revan, karena dia berteriak seperti itu saat melindungi Revan, tapi ucapan Xavier jelas-jelas itu mengartikan kalau Xavier ada hubungan dengan nya"
    
"Kau diam saja? apa yg kau pikirkan hah?" pekik Laskar heran
    
"Shhh bagaimana kalau kita bertanya langsung, aku ingin berbicara dengan nya, karena seperti nya aku pernah melihat nya" ucapan Caven membuat ke empat nya terdiam sesaat.
    
"Hanya sebentar saja yg mulia, karena dia harus istirahat" ucap Ziulong sopan.
    
"Baiklah, kami hanya sebentar" jawab Xavier segera masuk bersama yg lain nya.

     
Bertepatan saat mereka masuk, Gei masih duduk menghadap ke jendela yg menunjukkan langsung ke arah taman.
     
Pikiran nya masih bercampur aduk karena dia setengah lupa akan apa yg terjadi sebenarnya.
    
"Tidak, yg aku lihat itu seorang gadis, dan dia bersama pemuda yg sama, tapi shhh...kenapa sekarang menjadi laki-laki" pikiran Caven begitu bingung dan semakin menjadi-jadi kala dia melihat sosok yg mereka cari kini duduk di tepi kasur
    
"Maaf kami mengganggu" sapa Louis dengan nada tenang
    
Gei segera menoleh karena terkejut kedatangan tamu yg tiba-tiba. "Kenapa mereka harus datang sekarang" lemas Gei berpikir keras bagaimana dia harus menjawab pertanyaan mereka nanti.
    
"Dimana kau mendapatkan topeng itu?" tanya Caven cepat
     
Keadaan langsung hening, "Hehh... pertanyaan macam apa itu!" protes Revan.
    
"Apa aku bisa mendapatkan topeng yg sama di pasaran sana?" lanjut Caven
    
"Tentu saja tidak, ini hanya ada satu di dunia, kau tak akan mendapatkan yg lain yg sama persis seperti ini" jawab Gei dengan angkuh, karena dia tak terima topeng nya di sebut barang yg mudah di dapat di pasaran.
    
"Sudah aku duga, jika memang benar topeng itu hanya ada satu di dunia ini, maka yg datang ke acara penobatan Revan adalah kau dan aku melihat mu disana"
    
"Hahh?" Gei tersendak
    
"Mampus, kenapa aku begitu ceroboh"
    
"Apa maksud mu?" tanya Revan heran.
    
"Yah, aku jelas melihat nya, dan pria yg bersama nya, pria yg tadi menciptakan badai topan raksasa itu, mereka berdua datang ke acara penobatan mu" bahas Caven yakin
    
"Mungkin kau salah lihat" jawab Gei datar.
    
"Kenapa kau berbicara seperti itu, apa kau tidak melihat kau sedang berbicara dengan siapa sekarang?" tegur Louis
     
Xavier terdiam, dia tak tau harus menahan Louis karena pertanyaan itu bisa saja menyindir pria bertopeng itu.
    
"Siapa namamu?" tanya Laskar
    
"Aurora" batin Caven megingat-ingat, nama itu terulang saat di acara penobatan Revan, mereka tak sengaja bertemu, dan yg kedua saat di pertempuran, pria itu memanggil nya dengan nama yg sama"
    
"Kau tidak perlu tau" jawab Gei ketus.
    
"Apa aku mengenal mu?" pertanyaan Caven lagi-lagi membuat ruangan terlihat lebih hening, Gei saja hanya diam berpikir keras apa yg harus di katakan. Entah mengapa Caven juga selalu curiga dan ingin tau.

QUEEN IMMORTAL WORLDWhere stories live. Discover now