Bab 15 : Lebih Cantik

111 13 0
                                    

Gei masih tak menyangka, pusat kota sama ramainya dengan dunia manusia, mereka semua nampak sama, banyak bangunan yg besar bahkan beberapa tingkat juga ada.

Mereka sudah sampai di cafe, sudah berbincang-bincang dengan Rina, dan mereka akhirnya memutuskan untuk menerbangkan lampion dari halaman belakang cafe.

Gei sangat senang bisa menulis di atas lampion.

Xavier, Laskar dan Louis hanya duduk saja tidak ikut bersama mereka, sementara Caven beberapa ikut menbantu untuk menyalakan api.

"Maaf bunda, Gei belum bisa datang ke sana untuk ketemu sama bunda, bunda baik-baik di sana yah, Gei kangen sama bunda" bangun Gei dengan tatapan rumit.

"Iya deh Gei cantik, pinter otak google, Gei itu di takdir kan untuk jadi pemenang"

Gei tertegun, tiba-tiba saja suara Klaren terngiang-ngiang di kepalanya.

"Apa Klaren baik-baik aja yah"

"Gei, bagaimana sudah bisa di terbangkan?" tanya Revan

"Oh iya sudah" jawab Gei mengangkat lampion bersama dengan Revan sementara Caven sudah siap dengan korek api.

Lampion berwarna putih yg penuh dengan tulisan Gei kini sudah mulai mengudara

Gei terus memperhatikan lampion yg semakin menjauh, Gei berharap banyak kalau immortal world ini benar-benar terhubung dengan dunia manusia.

"Bunda..!" pekik Gei tiba-tiba

Untuk yg pertama, segumpal rambut Gei kini berubah menjadi warna merah, yah tentu hal itu membuat kelima pangeran itu terkejut.

Pupil Gei juga berubah menjadi merah cerah, "Gei sayang ibu bawa-"

"Prangggg...!" enam gelas kopi dan satu piring cemilan itu jatuh berserakan dengan gelas yg pecah.

"Ada apa sayang?" panik Rina menghampiri Gei

"Bunda... ibu aku ingin melihat bunda"

"Sayang kamu kenapa panik begini?" Rina terlihat cemas melihat penampilan putrinya saat ini.

"Bunda kamu baik-baik aja kok"

"Tidak bu, Gei mau ketemu sama bunda, ayo kita pergi" paksa Gei

"Nak jangan dulu"

"Tidak bu, Gei mau pergi sekarang, kalau begitu Gei akan pergi sendiri"

"Jangan nak, ada waktunya kau bisa melihat bunda mu lagi, tapi tidak sekarang yah"

"Tidakkk...!" teriak Gei tiba-tiba meledak, aura nya mencekam, matanya sangat merah pekat dan cerah, rambut nya kini sepenuh nya menjadi warna merah.

Rina bahkan sampai terhentak, tanpa pikir panjang Rina segera melesat dan memukul leher Gei dengan tangan nya membuat gadis itu pingsan.

"Tolong...tolong bantu ibu" pinta Rina menatap Revan, Revan yg masih melongo dengan wajah mematung itu malah diam, tanpa memikirkan Raven Caven segera mengangkat tubuh Gei dan menggendong nya menuju ke kamar yg di arahkan oleh Rina.

"Bu sebenarnya ada apa dengan nya?" tanya Revan masih tidak percaya saat kini mereka sudah berada di dalam ruangan, yg berada di cafe tersebut.

Rina masih terus mengompres kening Gei dengan air dingin, karena tubuh nya sempat terasa panas.

Dia tau, pasti ini efek yg berlebihan dari elemen api milik Gei, itu bisa di lihat dari kemarahan Gei tadi.

"Seperti nya ini masalah serius, aku tak pernah melihat kejadian seperti ini, rambut nya berubah warna sepenuhnya, apa perlu aku memanggil ayahanda untuk membantu!" ucap Xavier cepat

Rina tersendak, "Tidak...itu maaf pangeran, tidak perlu, Gei baik-baik saja, tidak usah merepotkan yg mulia raja" balas Rina dengan nada tertahan.

Xavier jelas tidak akan mengenali wajah Rina karena dulu saat dia masih belum di usir dari istana, Xavier masih berumur tiga tahun, mungkin dia sudah lupa, tapi bagaimana jika sampai suaminya melihat nya, dan putrinya?

"Aku panggil tabib saja kalau begitu" ucap Laskar

"Yah..yah itu bisa, sebelum nya terimakasih pangeran" ucap Rina yg segera di angguki oleh Laskar, "Kalau begitu aku permisi" pamit Laskar segera melesat pergi.

Salah satu kelebihan dari para manusia penghuni immortal world ini yg paling mencolok adalah kekuatan, sebagai contoh nya, mereka bisa melesat dengan kecepatan di luar nalar, tergantung dengan kekuatan yg sudah di capai.

***

Perlahan tapi pasti, rambut Gei mulai kembali menjadi hitam, itu segera membuat semuanya merasa lega, juga suhu tubuh Gei yg sudah kembali ke kondisi normal.

Tabib mengatakan kalau dia tidak bisa mengontrol elemen nya, maka dari itu dia menjadi seperti tadi.

Tapi syukurlah, meski Gei belum sadar, intinya Gei dalam kondisi baik-baik saja.

"Aku mengantuk sekali" gumam Louis yg masih duduk dengan kepala yg sudah jatuh di atas meja.

"Yg jelas mengantuk, ini sudah malam" sahut Caven ikut menguap

Mereka berempat kini duduk di luar, di salah satu meja dengan empat gelas kopi dan cemilan. Yg sudah tersisa sedikit.

Sementara itu Rina dan Revan sedang menemani Gei di kamar.

"Heyy apa kalian berpikir sama dengan yg ku pikirkan saat ini, aku lihat Revan sangat dekat dengan Gei, apa mungkin mereka memiliki hubungan yg lebih dari sekedar persahabatan?" ucapan Louis sejenak membuat mereka berpikir lama.

"Aku pikir, jika mereka sahabat dari dulu dan memiliki hubungan layak nya sepasang kekasih saat ini, sepertinya itu tidak masalah" balas Laskar

"Itu terserah mereka juga" sambung Xavier

"Juga, mereka bukan anak-anak lagi, wajar kalau mereka saling menyayangi karna sudah dekat sejak lama" imbuh Laskar lagi.

"Hehh itu masalah, kita baru mengenal nya, kenapa langsung dekat dengan Revan, lagi pula seorang pangeran seperti Revan, apa yg mulia raja dan permaisurinya menyetujui hubungan nya dengan Gei, yg hanya- ekmmm aku tidak bermaksud untuk merendahkan, tapi begitulah" ucap Caven dengan nada sedikit tak terima.

"Apa masalah mu, lagian itu urusan Revan juga"

"Ya tapi aku tetap tidak setuju" ketus Caven dengan wajah kesal dan cemberut, ketiganya saling menatap satu sama lain, apa mereka kali ini berpikir hal yg masih sama.

Jangan sampai Caven dan Revan bertengkar hanya karena memperebutkan seorang gadis.

"Kau sendiri mengapa tidak setuju?" tanya Xavier menatap lekat

"Ya karna mereka tidak cocok"

"Tidak cocok apanya, aku lihat serasi saja, Revan juga tampan dan Gei juga cantik" sambung Louis memancing.

"Chhh tampan apanya, wajah seperti aspal jalanan itu di bilang tampan" sinis Caven

"Lalu bagaimana dengan Dyeza?"

"Dia can- ehh kenapa kita membahas mereka sekarang, tidak penting, aku mengantuk" Caven memenggal kalimat nya dan beralih ke topik lain.

Yg pertama kalinya, Xavier tersenyum geli melihat ekspresi Caven, sementara Louis dan Laskar sudah menahan tawa nya.

"Aku rasa adik nya Xavier lebih cantik dari Gei, itu lebih cocok dengan Revan" seru Louis mengedipkan matanya sebelah.

"Aku tidak masalah jika mereka berdua sangat serasi, karna sebenarnya juga mungkin Gei sangat tidak pantas untuk pangeran Revan" Laskar melanjut

"Heh tidak pantas apanya? aku tau adik nya itu cantik, tapi jangan membandingkan nya dengan para putri itu, mereka terlihat terhormat karena derajat nya, tapi Gei punya ke istimewaan tersendiri yg bisa membuat nya berada di derajat yg tinggi juga, bahkan dia lebih cantik dari saudara kalian" bentak Caven sukses membuat ke tiganya hening.

"Aku pergi, menyebalkan" sinis Caven lalu melesat pergi meninggalkan mereka bertiga.

Mereka baru benar-benar yakin, kalau kesimpulan kali ini, Caven menyukai sosok gadis bernama Geinero itu.

"Dimana Caven?" tanya Revan yg baru saja bergabung dengan ketiganya.

"Sudah pergi dia ada urusan mendadak" jawab Laskar

Revan mengangguk, "Begini sebelum nya terimakasih sudah menemani kami jalan-jalan tadi, tapi aku rasa jalan-jalan untuk besok di tunda saja, karna Gei masih sakit, aku dan ibu Rina bisa menjaganya, kalian pasti kelelahan, kalian bisa pulang saja" ucap Revan.

"Yah aku sudah tau, karna dia juga butuh istirahat" balas Laskar tidak masalah

"Kalau begitu kami akan pulang sekarang saja, kalau butuh sesuatu, panggil kami" ucap Louis bangkit dari duduk nya.

Revan tersenyum, "Terimakasih, suatu saat pasti akan aku jelaskan semuanya yg tidak bisa ku jelaskan saat ini" ucap Revan sukses membuat ketiganya terbungkam

"Apa maksud mu?" tanya Xavier

"Entah lah, ini bukan permintaan ku, tapi aku harap kalian menghargai nya, tapi aku berjanji akan menjelaskan semuanya"

"Kami tidak harus tau rahasia mu, ya sudah kami akan pergi, salam untuk nya kalau sudah bangun"

Revan mengangguk, mengantar mereka ke luar pintu cafe, dan seperti biasa, ketiga nya melesat dengan kecepatan tinggi dan menghilang dalam hitungan detik.

"Bagaimana caranya aku menjelaskan pada mereka kalau Gei adalah sepupu ku" Revan berbalik dan menutup pintu

"Sepupu?" pekik seseorang yg kini tengah bersembunyi di balik dinding sebelah, Wajah nya nampak rumit usai mendengar kata itu.

QUEEN IMMORTAL WORLDWhere stories live. Discover now