Bab 58 : Tentang Idola

96 14 0
                                    

Mira, Fara dan Hely tak sempat untuk menanyakan kemana Gei, karena Gei sudah keburu pergi untuk mengikuti kelas pertama nya.
    
"Akhir-akhir ini kau tidak meminta bantuan ku lagi nona Aurora!" seru
Mr. Jo yg baru saja masuk ke dalam kelas membuat keadaan hening, tak biasanya pria ini masuk langsung mengajak murid nya mengobrol.
    
"Aku harus nya berterimakasih, perjalanan ku ke klan Wolf sudah membawaku bertemu dengan nya"
    
"Kau sudah menemukan nya?"
     
Gei mengangguk, Mr. Jo tersenyum kecil, "Itu sebab nya kau cuti untuk menghabis waktu dengan nya?" 
    
"Yah seperti itu" jawab Gei asal.
    
"Baiklah, kita mulai pelajaran kita, semuanya hadir?"
     
Semuanya mengangguk, Gei duduk di kursi ketiga dari depan, masih di sebelah teman baru nya, Disyi dan Disyiu.
    
"Gelang mu sangat bagus, kau beli dimana?" tanya Disyi
     
Ini sudah jam istirahat, Gei melirik pergelangan nya, "Gelang yg mana?" tanya Gei, karena dia menggunakan dua gelang.
    
"Yg hitam ini, kalau yg ini aku sudah melihat nya kemarin-kemarin" jawab Disyi.
    
"Itu di berikan oleh teman ku"
    
"Ohhh" Disyi mengangguk
    
"Oh iya, setelah makan siang-"
    
"Geinero Aurora" ucap seseorang menghentikan Disyi.
     
Beberapa orang yg masih di kelas menatap ke arah orang yg baru masuk dan sudah tiba di hadapan Gei. 
     
Gei menatap malas, dia selalu tak suka melihat Vampire yg satu ini, Caven yah dialah orang nya
    
"Surat undangan untuk mu"
     
Caven meletakkan satu amplop putih, lalu pergi dengan ekspresi datar
     
Gei mengerutkan keningnya, tidak biasanya Caven bersikap sedingin itu padanya
     
Secepatnya Gei membuka kertas dan melihat undangan apa yg di berikan oleh Caven. "Aishhh...!" Gei berdecak kesal.
    
"Woahhh...! ini akan selalu ada untuk pemenang turnamen" ucap Disyiu melirik isi kertas.
     
Itu adalah undangan dari raja klan untuk perjamuan beserta siapa saja yg akan hadir di sana.
    
"Tapi ini undangan dari klan Demon, kenapa pangeran Caven yg memberikan nya, harus nya pangeran Xavier"
    
"Apaaa?" Gei tersendak langsung memeriksa kembali dengan jelas, yg benar saja, dari klan Demon,
 
"Yg akan hadir disana, wohh keluarga raja Aksel dan juga keluarga raja Victory" ucap Disyiu sangat antusias.
    
"Mungkin itu pertemuan perekrutan, mungkin mereka ingin menjadikan mu sebagai seorang jendral di kerajaan" Disyiu mencoba mengambil kesimpulan
    
"Apa harus?" heran Gei
    
"Yah, itu karena mereka melihat potensi mu, kapan lagi menyia-nyiakan kultivator seperti mu" terang Disyi
    
"Sebenarnya aku tidak tertarik, tapi yasudah lah" lemas Gei
    
"Harus nya kau senang"
    
"Yah, terserah saja" Gei hanya pasrah, segera menyimpan surat undangan tadi.   

                             ***
    
"Aku hanya pergi untuk menenangkan diri ke hutan" jawab Gei dengan ekspresi datar
     
Ketiganya hanya mendengus kesal, dari semua pertanyaan yg mereka lontarkan, hanya itu jawaban Yeza?
    
"Sendirian?" tanya Mira
     
Gei mengangguk, "Akan lebih tenang jika aku hanya sendiri kesana" imbuh Gei.
    
"Jam berapa kau pergi?"
    
"Jam tiga pagi" jawab Gei berbohong, tak mungkin dia mengatakan kalau dia pergi jam 12 malam.
    
"Kau selalu pergi pagi-pagi sekali"
    
"Agar saat sampai, disana sudah terang" balas Gei datar
    
"Hehhh jangan banyak alasan, kau bisa pergi jam 6 pagi, dan sampai disana jam 6 lewat 30 menit" sindir Hely
 

   
Gei mengangguk sedikit, "Aku berjalan santai, tidak menggunakan kekuatan ku untuk melesat"
    
"Ohhhh..!" ketiganya manggut-manggut paham.
    
"Oh ya, seharian di hutan apa yg kau lakukan? aku penasaran bagaimana seorang Geinero Aurora menenangkan diri di hutan!" pelik Hely penasaran
    
"Aku hanya berjalan-jalan sambil melihat-lihat keadaan hutan yg masih terjaga"
    
"Kau tidak melihat hewan menjijikkan itu? seperti ular contoh nya, shhh jika aku melihat nya aku akan segera memotong nya, hewan yg sangat mengerikan dan menjijikkan" ucap Mira bergidik
     
Gei tersenyum tipis, "Aku melihat nya, bahkan bukan hanya ular, masih banyak lagi, dan lagi pun aku tidak perlu mengganggu mereka karena mereka tidak mengangguku, karena sebenarnya tujuan ku kesana untuk melihat ketenangan, termasuk melihat kehidupan hewan-hewan di hutan yg berjalan lancar" papar Gei
    
"Shhh..aku tidak pernah paham dengan mu, aku semakin penasaran, memang nya setelah melihat semua itu, kau merasakan apa?" heran Fara
     
Gei tersenyum, senyuman tulus yg sangat jarang di tunjukkan oleh Gei membuat ketiganya sejenak melongo.
    
"Karna itu kehidupan ku, aku senang melihat semua berjalan sesuai dengan yg di takdir kan, sesuai yg mereka inginkan, kadang juga aku merasa bagaimana indahnya jika semua makhluk di dunia bisa berdampingan"
    
"Ahhh...pemikiran mu sangat jauh, kau sudah memikirkan dunia sejauh itu, jika aku jadi kau, aku tidak akan bisa tahan jika melihat hewan-hewan menjijikkan berdampingan dengan kita" tolak Mira.
    
"Jadi selama satu hari kau terus berjalan mengelilingi hutan?" tanya Fara
     
Gei menggeleng, "Tidak juga, kadang aku duduk sambil membaca"
     
Ketiganya mengangguk kembali
    
"Hemm...maaf mengganggu, nona Aurora, kau tidak lupa bukan? kita harus pergi sekarang" seru seseorang yg baru datang menghampiri meja makan ke empat nya.
    
"Pergi kemana?" tanya Mira penasaran menatap Gei
     
Gei mengangguk sedikit, "Sebentar lagi" ucap nya singkat, Louis segera pergi usai mendapatkan jawaban dari Gei
    
"Aku mendapatkan undangan dari raja klan Demon" ucap Gei menghabis makan siang nya dengan cepat.
    
"Undangan apa?" tanya Hely
    
"Entah lah, tapi undangan untukku itu, untuk pemenang turnamen kemarin"
    
"Ohhhh...mungkin kau akan di rekrut oleh mereka, kau beruntung, memang setiap tahun nya para pemenang akan di berikan kesempatan untuk menjadi orang hebat di masa depan, jadi pergunakan dengan baik, jangan salah memilih,
    
"Yah tahun lalu putri Elga juga begitu, dia memenangkan turnamen berpasangan dengan pangeran Xavier, tapi karena dia seorang putri jadi, sudah lebih dulu dia harus setia kepada klan nya" papar Hely yg di angguki oleh Fara dan Mira
    
"Ohhh..nanti akan ku pikir kan" balas Gei manggut-manggut.
     
Mereka sampai lebih cepat dari yg Gei perkirakan, Mr. Carius juga ikut jadi dia bisa menggunakan kesempatan ini untuk bekerja sama.
    
"Kau baik-baik saja?" tanya Revan berbisik tepat karena Gei berdiri di sebelah nya, mereka baru saja memasuki wilayah istana, dan di depan mereka juga baru datang ayahanda dan ibunda dari Revan. Tepat setelah mereka datang, keluarga dari Caven juga baru hadir.
     
Caven tampak segera memberi hormat pada ayahanda dan ibunda nya, sementara Revan mengajak Gei untuk memberikan hormat pada Victory dan Ranguna.
     
Castor tersenyum dan mengajak para tamu undangan nya untuk masuk ke aula istana.
    
"Harusnya ibu yg duduk di sana" batin Gei mengepal tangan nya keras, dia begitu emosi kala melihat Vania yg duduk di sebelah Castor.
     
Tempat duduk ini sudah di tata rapi membentuk lingkaran, dimana para pangeran juga memiliki tempat duduk masing-masing, hingga Gei duduk tepat di antara Revan dan Xavier.
     
Tempat duduk nya cukup nyaman, tapi perasaan Gei masih tidak tenang saat ini, pupil mata nya sudah berubah menjadi warna biru, Revan yg sudah tau keadaan Gei sekarang segera ikut merubah pupil nya menjadi abu-abu, agar menyamar kan kondisi Gei yg masih belum terkendali sekarang.
    
"Tenang lah, jangan tunjukkan emosi mu sekarang" bujuk Revan lewat telepati.
    
"Aku tidak bisa, kau diam saja jangan mencoba memancing ku" balas Gei mencengkram pegangan di kursinya dengan kuat hingga menunjukkan urat hijau di tangan nya.
    
"Silahkan di minum" ucap Vania tersenyum cerah
      
Gei berdecih pelan, dia begitu muak dengan ekspresi ular medusa itu. Dengan sikap anggun dan elegan mereka meminum teh dari cangkir dari batu giok asli dan berkilau, sungguh kehidupan mewah yg sangat menjijikkan bagi Gei.
    
"Aku hampir salah, aku kira ini cangkir dari batu giok seperti di klan Iblis" ucap Louis terkikik geli bersama Laskar.
   
"Aku bertaruh kau tak akan bisa mendapatkan batu giok dari sana" sindir Laskar
     
Percakapan mereka masih terdengar di telinga semua orang, tapi tidak terlalu memusingkan karena itu hanya candaan semata.
    
"Tunggu saja, nanti aku juga akan mendapatkan nya" Louis tersenyum miring.
    
"Kapan?"
    
"Tentu saja setelah raja klan Iblis itu mati" Louis terkekeh membuat Laskar berdecak malas.
    
"Sampai kau tua dia tak akan mati kalau tidak ada yg membunuh nya, dasar" sinis Revan mendengus
    
"Nanti juga akan mati" ucap Mr. Carius tiba-tiba membuat semuanya menatap ke arah sumber suara.
    
"Jangan percaya dengan kata-kata ramalan Mr. dari dulu juga aku mendengar kalimat itu" bahas Laskar tersenyum santai.
     
Mr. Carius tersenyum kecil lalu melirik Gei, dia cukup terkejut melihat sorot mata Gei yg begitu tajam pada seseorang
     
Ingin sekali Mr. Carius tertawa terpingkal-pingkal melihat Vania yg ketakutan karena mendapatkan tatapan horor dari Gei.
    
"Siapa yg mati?" tanya Gei mencoba mengalihkan pemikiran nya tentang Vania.
    
"Dari tadi kau hanya melamun, yg akan mati itu si Yama Yama itu" balas Revan santai.
    
Gei nampak berpikir lama, "Jangan bilang kau tak kenal siapa Yama" ledek Revan tersenyum miring
    
"Siapa bilang aku tidak kenal"
    
"Lalu!!! siapa dia?" Revan tersenyum penuh arti.
    
"Dia idola ku"
    
"Uhuk...uhuk...!" Revan terbatuk
    
"Ehhh?" semuanya bahkan lebih terkejut mendengar ucapan Gei. Revan apa lagi, "Katakan sekali lagi? apa telinga ku rusak? kau tau Yama yg aku maksud siapa kan? bukan idola yg kau maksud" umpat Revan
    
"Yg kau maksud Yama Iblis itu bukan? ya benar dia idola ku" balas Gei datar
    
"Uhuk..!" kini Xavier yg terbatuk lemas
    
"Idola macam apa dia" sinis Laskar
    
"Apa yg kau idolakan dari raja klan Iblis itu?" pelik Louis
    
"Apa yg salah, aku dengar dia sangat kuat, jadi aku mengidolakan kekuatan nya" santai Gei
     
Mr. Carius menggeleng lemas,
     
Revan malah menatap dengan wajah pucat, "Bercanda mu tidak berguna" ketus nya kesal
   
"Siapa yg bercanda" balas Gei menatap tajam.
    
"Apa arti mengidolakan bagi mu nona Aurora?" tanya Aksel membuka suara, dia nampak penasaran dengan sosok Gei.
      
Gei tersenyum miring, tatapan nya kini tertuju pada Vania yg sudah pucat pasi.
    
"Entah lah, aku hanya ingin menjadi kuat sepertinya, atau melebihi nya mungkin" jawab Gei santai
     
Aksel manggut-manggut mencoba memahami.
    
"Hehh..apa sebaiknya kau mengidolakan ku saja, dari pada Iblis itu?" lemas Revan yg melihat ekspresi keseriusan di wajah Gei.

QUEEN IMMORTAL WORLDWhere stories live. Discover now