Bab 33 : Perasaan

100 15 0
                                    

Hari ini ada undangan dari kerajaan, untuk semua peserta turnamen, karena untuk ke empat kalinya secara berturut-turut sudah memenangkan turnamen seperti ini.
     
Awal nya Gei tak mau, Mr. Carius yg paham tapi dia juga tak mungkin menolak undangan itu, akhirnya dia menyuruh seseorang agar dia mau, orang itu adalah Fara.
     
Karna Fara juga akan ikut, jadi dia memaksa hingga akhirnya Gei mau.
   
Sampai di sana mereka di sambut baik, yah sebenarnya jika di lihat, tatapan Meina, Vania ibunya dan Bevania nenek nya juga sangat tidak senang melihat kehadiran Gei.
     
Mereka di jamu dengan makanan yg enak-enak.
     
Sengaja Revan ingin selalu dekat dengan Gei agar anak itu tidak terbawa emosi kalau sewaktu-waktu mereka berbicara yg aneh-aneh dan membuat kemarahan Gei terpancing.
    
"Kenapa kau makan sedikit, ayo makan yg banyak, bukan kah kau harus berbahagia karena sudah berhasil merebut ayahanda dan ibunda ku juga" sindir Revan lewat telepati
     
Gei menatap Revan dengan tatapan kesal, "Aku sedang tidak lapar, jadi kau diam saja" balas Gei
    
"Ya...ya..aku tau, kebetulan ada si ular medusa dan anaconda disini, entah bagaimana nantinya kalau kedua ular itu melawan king cobra" goda Revan tersenyum kecil.
    
"Jika mereka masih mau hidup, mereka harus nya berlutut saja dan segera mundur pelan-pelan"
    
"Kalian berbicara apa?" pertanyaan itu muncul masih lewat telepati namun di tujukan untuk dua orang, keduanya menatap orang itu dengan tatapan datar
   
"Pengganggu"
    
"Bukan urusan mu" jawab Revan dan Gei bergantian.
     
Louis langsung terdiam kaku, dia tak ada niatan lagi untuk berbicara lewat telepati bersama kedua orang ini.
     
Setelah acara sesi pembagian hadiah, mereka di perbolehkan untuk melihat-lihat keadaan istana meski harus di kawal oleh para prajurit dan para pelayan.
     
Berbeda dengan Gei yg tak peduli dengan keadaan istana, dia malah langsung pergi ke taman untk duduk sendirian.
    
"Aku melihat mu lagi nona?" sapa sosok wanita yg kini berdiri di sebelah kursi,
     
Gei cukup terkejut karena kehadiran sosok Vania si ular medusa.
    
"Sepertinya kau bukan orang biasa"
     
Gei berdecak kesal, "Aku tidak ada urusan dengan mu, lebih baik kau pergi" usir Gei datar
     
Ekspresi Vania berubah drastis menjadi emosi, "Jaga bicara mu nona, aku bisa saja menghempas kan mu untuk keluar dari istana ini, kau pikir kau siapa berani berkata tidak sopan begitu padaku"
    
"Derajat ku lebih tinggi dari mu"
    
"Kau-"
    
"Kau ingin menampar wajah ku? di istana mu ini, itu keputusan yg bodoh" ucap Gei sukses membuat Vania tak jadi ingin menampar wajah Gei.
    
"Sebenarnya kau siapa dan mau mu apa, tidak perlu kau berusaha untuk mendekati putra ku untuk berniat jahat" gertak nya
     
Gei tersenyum miring, "Kau percaya, kalau aku ini iblis"
     
Kedua mata Vania terbuka lebar
    
"Kau hanya dari klan rendahan yg bernama klan Wolf, kau punya apa bisa memprovokasi ku, kau pikir aku tak tau tabiat mu? di daerah kami semua membicarakan mu, dasar wanita licik, menjijikkan" sinis Gei
    
"Akan ku robek mulut mu"
    
"Dengarkan aku dulu, kau sebagai permaisuri harus mendengarkan suara rakyat nya, kau harus menjaga sikap di depan rakyat, apa kau tak mau, kau tersebar sebagai perebut suami orang, yg mulia raja Castor sebelum nya sudah menikah bukan, tapi kau menjadi yg kedua, sangat menyedihkan" Gei berdecak mengejek
    
"Kau tau, jika umur semakin tua, maka orang akan mati, jika nyonya Bevania mati, maka kau tidak akan punya siapa-siapa untuk di jadikan tangan kanan mu, karena kau yg sudah menghasut nya bukan? aku dengar kalau istri pertama yg mulia ternyata sudah memiliki anak laki-laki, kau masih bisa tenang jika putra nya kembali?, dia akan merebut apa yg menjadi hak dan milik nya sebagai putra kesayangan dari ayah nya" tekan Gei dengan senyuman licik
    
"Lalu apa kabar dengan mu jika dia kembali, kau menyuruh prajurit untuk membunuh anak itu bukan, tapi nyatanya dia masih hidup"
    
"Diam, kau jangan mencoba memprovokasi ku, aku tidak akan percaya dengan kata-kata konyol mu"
    
"Aku sudah baik padamu, memberikan informasi, tapi kau menolak, jujur saja, aku mendekati pangeran Xavier untuk bisa mendekati mu juga, aku ingin bekerja sama dengan ku?" Gei tersenyum miring
     
Vania nampak terkejut, "Apa maksud mu hah?"
    
"Aku membutuhkan anak itu, karna dia di ramal kan akan menjadi pemimpin hebat di masa depan, jika kau membantu ku menemukan nya, aku akan mengambil nya, dan kau akan tenang dan juga keluarga, dengan begitu pangeran Xavier akan tetap menjadi penerus kerajaan klan Demon"
    
"Kau, katakan siapa kau sebenarnya"
     
Gei menunjukkan senyuman licik nya, "Kau tak perlu tau siapa aku, yg aku butuhkan hanyalah anak itu, kita bisa bekerja sama, dan kita akan untung sama-sama"
     
Vania tiba-tiba gugup, dia merasakan ada keanehan di sini, "Dari mana kau mendapatkan informasi sejauh itu? aku yakin anak itu sudah mati"
    
"Tidak semudah itu, bahkan wanita itu, ahk istri pertama dari yg mulia masih hidup tenang di wilayah klan lain, dia begitu pintar untuk menyamarkan diri dengan penduduk klan lain"
    
"Dari mana kau tau?"
    
"Karna aku pernah melihat nya? dan kau tau, dia sudah diam-diam menjadi seseorang yg kuat, dia sudah mempersiapkan kekuatan nya untuk melawan mu, dia dulunya sangat baik tapi sekarang dia berubah menjadi monster untuk menghancurkan orang yg dia benci" teriak Gei segera bangkit.
    
Dia tak perlu takut ada yg  menguping karena dia sendiri memasang formasi agar suara mereka tidak bisa di dengar oleh orang lain.
    
"Sayang sekali, aku sudah pernah menakap basah dirinya, aku menyamar menjadi gadis manis seperti sekarang, untuk mendapatkan informasi dari nya, dia bahkan bercerita banyak dengan ku, juga tentang saat dia di fitnah telah meracuni istri kedua, yg ternyata itu di lakukan oleh ibu mertua nya sendiri"
      
Tubuh Vania bergetar hebat, jika sampai informasi sedetail itu di ketahui oleh anak ini, maka dia harus berhati-hati dengan nya.
    
"Banyak hal yg dia katakan padaku, dia dulu adalah gadis yg lemah lembut, dia rela menjaga dirimu saat kau sakit tapi sekarang dia bukan lah dia kau tau, dia sudah berubah drastis" suara Gei semakin lama semakin meledak
    
"Dan kau, sebenarnya aku tak peduli jika nanti kau mati di tangan nya atau tidak, tapi menyadari koneksi mu yg luas, aku berubah pikiran"
    
"Kau sudah memutuskan sesuatu?"
    
"Ti..tidak, jangan pernah mencoba menyakiti anak-anak ku, atau kalau tidak kau akan tau akibat nya bukan, yg mulia akan bertindak padamu"
    
"Heyyy aku tidak takut, satu-satunya orang yg aku takuti adalah putra dari istri pertama yg mulia, kau tau bahkan suatu saat nanti dia bisa saja membunuh yg mulia dengan sangat mudah, dan kau mengancam ku dengan yg mulia? kedudukan ku dengan yg mulia di ibaratkan sudah sama, jadi berhati-hati padaku"
    
"Kau mengkhawatirkan anak-anak mu saja, padahal aku tak berniat apapun pada mereka, aku hanya ingin menjadikan mereka mainan"
    
"Kalau kau menolak tawaran ku, baiklah aku tinggal pergi saja, setelah itu kau sendiri yg akan menghadapi bahaya mu, tapi jika kau menerima tawaran ku, ini akan lebih mudah"
   
"Aku tidak percaya padamu?"
     
Gei tersenyum licik, "Kau ingin melihat ini?" Gei merubah pupil nya menjadi warna ungu
    
Tubuh Vania bergetar hebat, itu adalah warna mata yg menunjukkan ciri khas seorang iblis.
    
"Kau..kau benar-benar"
    
"Stttt...! aku beri kau waktu untuk berpikir, nanti malam jam 12 tepat, aku akan muncul disini, kau harus membuka jendela kamar mu"
     
Gei melangkah santai lalu menghancurkan formasi nya, Vania masih terlihat begitu takut, setelah pupil warna ungu tadi, dia sempat melihat bola mata nya berubah menjadi warna merah, biru, lalu kembali menjadi hitam.
     
Seringai licik terlihat dari bibir Gei, dia tertawa dalam hati, dia sudah berhasil membuat wanita itu ketakutan.
     
Sekarang tinggal bagaimana caranya agar nanti malam dia bisa datang kemari, dia harus benar-benar datang agar Wanita itu semakin takut padanya.
  
     
Setelah banyak berbicara yg tak berguna juga, akhirnya Castor memperbolehkan mereka untuk pulang, Vania sangat lega, karena jika mereka kembali ke Academy, gadis misterius itu pasti tak ada datang ke istana ini nanti malam.
     
Tapi siapa sangka, dengan begini rencana menakut-nakuti Gei akan berhasil, dengan begitu dia akan mudah mengendalikan si wanita licik itu.
    
Gei menyisakan seringai licik pada Vania, membuat wanita itu segera membuang muka, dan tersenyum selayak nya tidak terjadi apa-apa.
    
"Setelah dia, giliran mu" batin Gei menoleh ke arah Meina .
    
"Ayo" ajak Fara
     
Gei mengangguk dan segera berjalan beriringan bersama Fara.
    
"Dengan begini, anak itu tidak akan berani datang kemari, apalagi saat malam-malam, semoga putra dan putri ku baik-baik saja" gumam Vania melirik ke sana kemari nampak begitu cemas.
    
"Tapi bagaimana mungkin Blarina masih hidup?"
    
"Aku harus memberi tahu ibu mertua"
    
"Tapi, kalau langkah ku ini salah, gadis licik itu mungkin akan mengancam ku lagi"   
    
"Ada apa?" tanya seseorang tiba-tiba membuat Vania terkejut bukan main
    
"Ti...tidak ada suamiku" balas nya
     
Castor mengangguk heran, segera setelah itu dia pergi untuk menemui ayah nya di luar, sebelum dia pergi membawa murid-murid nya kembali ke Academy.
    
"Kami akan pergi, aku harap kau memperhatikan selalu kondisi istana, jangan lalai" pesan Mr. Carius
     
Castor mengangguk patuh, melihat semua para murid itu mebungkuk hormat padanya, dia merasa aneh kala mendapati satu murid yg sama sekali acuh.
     
Yah, gadis yg akhir-akhir ini membuat nya merasa aneh,
     
Mr. Carius mengikuti arah pandang putranya, dia tersenyum dia sendiri tau, Gei tidak memberikan salam hormat agar dia di perhatikan oleh raja klan yg satu ini.
   
Mereka hanya perlu melesat untuk kembali ke Academy, tapi ada juga beberapa yg memilih untuk berjalan santai.
    
"Ada apa?" tanya Mr. Carius menyadari sikap Castor yg berbeda
    
"Entah lah ayah, aku hanya penasaran dengan gadis itu, saat aku melihat nya, seperti ada perasaan aneh, sebenarnya dia siapa?"
     
Mr. Carius tersenyum simpul, dia menepuk pundak putranya sekali, lalu pergi melesat meninggalkan pekarangan istana.

QUEEN IMMORTAL WORLDWhere stories live. Discover now