Bab 14 : Lampion

109 13 0
                                    

Mr. Carius merasa lega, akhirnya Gei bisa mengendalikan emosi nya sendiri.
    
"Bagaimana perasaan mu?" tanya Mr. Carius yg sudah menghilangkan bola angin itu sedangkan Gei  kini berdiri dengan wajah sedikit pucat.
    
"Itu bukan aku" lirih Gei 
    
"Yah emosi elemen mu terlalu besar jadi kau tidak bisa mengendalikan nya, dia masih memberontak"
     
Gei mendesah lemas, "Ya aku tau, aku sudah berusaha" Gei nampak kesal karena usaha nya masih sia-sia.
   
"Ada baiknya kau harus lebih santai, jangan terlalu marah bahkan jika ada masalah sekalipun, lakukan hal yg bisa membuat mu tenang dan merasa senang" 
    
"Aku sudah melakukan, tapi bukan nya kau malah menghukum ku" sinis Gei
    
"Yah..tapi itu bukan hal yg positif, kau tidak boleh menjahili teman-teman mu, lakukan yg lain"
    
"Tapi hanya itu yg bisa membuat ku tenang" bentak Gei lalu berlalu pergi meninggalkan aula pelatihan.

    
"Sepertinya aku butuh bantuan mu pangeran Valicarua" ucap Mr. Carius membuat Revan yg tadinya fokus kepada Gei kini beralih menatap Mr. Carius
   
"Bantuan ku?"
    
"Yah, apa kau bisa membawa nya berlibur selama dua atau tiga hari, atau menemui ibunya, kau teman nya bukan?"
     
Revan berpikir sejenak, "Baiklah Mr. aku akan membawanya, mungkin suasana di klan Angel bisa memberikan suasana yg berbeda untuk nya"
     
Mr. Carius mengangguk, "Sampaikan pesan ini untuk yg mulia Raja Victory, dia bisa membantu nona Aurora untuk mengendalikan emosinya, mungkin dengan bantuan dari seseorang yg di takuti oleh nona Aurora, selama kau mengenal nya sudah lama, siapa yg paling dia takuti?" tanya Mr. Carius
    
"Itu mudah saja Mr. dia sangat takut pada ibu nya"
    
"Baguslah, dia tidak akan mendapatkan masalah lagi karena emosi nya yg tidak terkendali" Mr. Carius segera keluar meningkatkan mereka dengan segudang pertanyaan.
    
"Astaga anak itu berbuat ulah lagi, entah bagaimana ceritanya kalau ibu tau" gumam Revan
    
"Hey apa maksud mu bagaimana kalau ibu tau?"
    
"Hahhh?" Revan tersendak
    
"Ini seperti kau bersaudara dengan nona Candyra, kau tidak menutupi sesuatu dari kami bukan?"
    
"Ahk itu, aku sudah berteman dengan nya sejak lama, ini seperti ikatan persahabatan, jadi dia bisa memanggil ibunda ku dengan sebutan ibunda, dan aku juga bisa memanggil ibunya dengan sebutan ibu" papar Revan berbohong
    
"Kalau ayah"
    
"Tak mungkin, dia akan memanggil Ayahanda dengan yg mulia, kalau aku- ahk sudah lah, aku akan pergi, oh ya kalian teman nya bukan, kau harap kalian tidak membuat nya marah dulu, apalagi membahas hal sensitif seperti tentang ayah nya, aku bahkan dia juga tidak tau dimana ayah nya sekarang" ucap Revan dengan nada sendu.
    
"Kau yg melaporkan Gei tentang kehjahilan kemarin" Louis bertanya
    
"Oh iya, siapa yg melakukan itu?" pekik Revan baru sadar, "Heh jangan berbohong kali ini, siapa yg melaporkan Gei kemarin?" tanya Revan dengan tatapan tajam
     
Keadaan hening, di lihat dari warna mata Revan yg terlihat abu-abu pekat, dia pengendali elemen angin, dia jelas sedang marah.
    
"Jangan ada yg membohongi ku, pasti salah satu dari antara kalian" tunjuk Revan pada ke empat pangeran.
  
"Itu aku, maaf" jawaban yg tidak di duga, yah Xavier yg melakukan nya.
    
"Hey aku tidak menduga kau berubah menjadi seperti pengadu, Gei akan mengira kalau aku yg melakukan nya"
    
"Ya sudah tinggal bilang saja kalau aku yg melakukan nya, aku akan menanggung jika dia marah" balas Xavier tidak suka dirinya di ejek sebagai pengadu.
     
Gei berdecak kesal, "Sudahlah aku pergi" ucap Revan lalu pergi dengan wajah masih emosi.
   
"Kalian berdua pergilah" suruh Laskar karena aura Xavier nampak nya sedang marah karena di acuhkan oleh Revan
     
Mira dan Hely segera pergi karena mereka juga sebenarnya takut.
   
"Gei tunggu" teriak Revan membuat Gei benar-benar berhenti tepat di tengah-tengah lapangan.
    
"Apa lagi?" tanya Gei berusaha tenang
    
"Aku hanya ingin mengajak mu jalan-jalan, bagaimana kalau kita pergi ke cafe ibu?"
    
"Cafe?" pekik Gei menaikkan alis nya sebelah
    
"Siapa yg kau sebut ibu" sinis Gei
    
"Sudahlah itu urusan nanti, aku sudah mendapatkan ijin dari Mr. Carius, kita bisa pergi ke pusat kota, kau tau ibu mu memiliki warung kopi yg bernama Cafe"
     
Gei mendelik, "Ibu punya Cafe?" Revan mengangguk, "Sana ganti baju mu, kita akan bersiap-siap pergi ke sana, kau tidak mau melewatkan hari ini bukan"
     
Gei tersenyum cerah, "Baiklah tunggu aku" ucap Gei bersemangat lalu pergi ke arah asrama putri.
    
Revan menghela nafas lega, ternyata Gei bisa di ajak juga.
     
Usai makan siang, mereka baru memutuskan untuk pergi ke luar Academy.
     
Yah walau harus mendengarkan berbagai gosip akan kedekatan pangeran Revan dengan murid baru yg di rundung sudah banyak membuat perbincangan seputar dirinya, atau tepat nya Gei sudah terkenal karena berbagai hal.
    
"Kalian benar tidak akan ikut?" tanya Gei memastikan
     
Hely masih diam, jujur saja dia masih takut dengan kejadian tadi, "Kau pergi saja Gei, kami tidak mungkin pergi tanpa ijin, lagi pula masih ada kelas setelah ini" tolak Fara
   
"Baiklah..aku akan pergi dulu" pamit Gei segera pergi meninggalkan ketiga teman nya di taman.
     
Bertepatan saat itu juga, Revan sudah menunggu di dekat gerbang, mereka akan pergi berjalan kaki, katanya itu akan lebih menyenangkan kalau berjalan kaki ke pusat kota, dimana mereka sedang berada di wilayah klan Demon yg jelas adalah klan yg memiliki wilayah terluas kedua setelah wilayah klan Angel.    
    
"Kalian akan pergi, apa aku boleh ikut?" ucap Caven yg tiba-tiba muncul dengan wajah bersemangat
     
Keduanya saling menatap satu sama lain, Gei tak peduli yg terpenting dia ingin melihat ibu nya saat ini, sementara Revan dia masih kesal dengan anak yg satu ini.
    
"Aku juga, aku juga" rengek Louis yg juga baru datang bersama Xavier dan Laskar.
    
"Hey..hey...kami keluar untuk bersantai, malah jika kalian ikut akan merepotkan saja nanti" tolak Revan
   
"Kami tidak akan menganggu" ucap Laskar menyenggol lengan Xavier, yah dari tadi Revan sepertinya tidak niat untuk berbicara bahkan menatap Xavier.
    
"Benar, kami bisa membantu nanti" ucap Xavier gugup
     
Revan menatap Gei dengan tatapan aneh, kenapa gadis itu tersenyum, segera Revan menatap ke arah kemana Gei memandang.
     
Sebuah lampion indah yg terbang di atas langit? jadi karna itu Gei tersenyum?
  
"Gei..!" panggil Revan
    
"Heyy Gei..!" panggil Revan sekali lagi, Gei segera tersadar, "Ahk iya apa?"
    
"Ayo!" ajak Revan
     
Gei mengangguk, masih berjalan beriringan bersama Revan sambil menengadah ke atas untuk melihat lampion berwarna biru
    
"Jadi kami boleh ikut?" tanya Caven yg mengejar dan berjalan di sebelah Gei
    
"Terserah" balas Revan membuat Caven tersenyum cerah, Xavier yg masih diam mulai mengikuti Laskar dan Louis yg mulai berjalan mengikuti Revan dan Gei.
    
"Kau suka?" tanya Revan ikut memperhatikan lampion sesekali.
    
"Aku baru pertama kalinya melihat itu secara langsung" jawab Gei masih tersenyum.
    
"Benarkah?" pekik Revan tidak yakin
    
"Bukan nya kalian sudah berteman lama, apa kau juga tidak pernah menerbangkan lampion?" tanya Caven menatap Revan lekat
   
"Tentu saja pernah, tapi itu dulu saat kecil, waktu kami belum bertemu" jawab Revan asal
    
"Kau ingin menerbangkan lampion seperti itu?" tanya Laskar
   
"Benarkah? dimana?" tanya Gei bersemangat.
     
Kelimanya terdiam, melihat Gei yg seperti ini, mereka sejenak tidak ingat kalau gadis ini adalah gadis yg sangat dingin dan tidak pedulian.
 
"Setelah kembali dari cafe" sela Revan
     
Gei mengangguk sambil memperhatikan jalan dan juga sesekali melihat ke atas, "Wah ada satu lagi" tunjuk Gei melihat lampion warna merah yg baru saja melayang di udara.
    
"Apa immortal world terhubung dengan dunia manusia? apa jika aku menerbangkan lampion ini manusia disana juga bisa melihat nya, atau apa mungkin lampion itu akan sampai ke sana, aku merindukan bunda" batin Gei  berharap banyak
   
"Gei..!"
    
"Iya apa, ehh..!" Gei tersandung, tubuh nya terhuyung kedepan, beruntung nya Caven segera menarik nya ke belakang, namun bukan nya berdiri tegak, tarikan Caven terlalu cepat membuat nya terjatuh kebelakang, dan mendarat di pelukan Caven.
     
Tangan kanan Caven menahan tubuh Gei dari bawah, sementara tangan kiri nya memegang lengan kanan Gei, jarak kedua wajah itu kembali lagi sangat dekat, hanya bersisa beberapa centi.
     
Keduanya beradu pandangan untuk yg ketiga kalinya, yah untuk yg ketiga kalinya Gei bisa melihat manik mata Caven yg begitu berbeda dari kebanyakan orang.
    
"Kau baik-baik saja"
    
"Calvin" ucap Gei menyebut kan nama seseorang yg langsung terlintas di pikiran nya.
    
"Calvin? siapa?" tanya Caven yg masih setia menahan tubuh Gei agar tidak terjatuh.
     
Gei segera bangkit dan memasang wajah dingin,
    
"Calvin itu nama siapa?" tanya Caven
    
"Hmm tidak, bukan siapa-siapa" balas Gei menggelengkan kepalanya.
  
"Sudah ayo kita pergi" ajak Revan yg sudah bingung karena nampak nya mood Yeza mulai berubah.
   
"Kau tak ingin ikut, kenapa diam saja disana" seru Louis yg sudah sepuluh langkah meninggalkan Caven yg masih diam.
     
"Ahk iya" Caven segera berjalan cepat untuk mengejar mereka karena dia sudah tertinggal sedikit.

QUEEN IMMORTAL WORLDWhere stories live. Discover now