Bab 28 : Membuktikan

101 14 0
                                    

Keadaan tiba-tiba hening, nampak nya ada yg tidak suka kalau mereka bercanda di saat-saat seperti ini.
    
"Kau sangat sombong nona, kau dari klan mana?" seru Bevania angkuh
     
Gei mendelik acuh, mengingat nasib ibunya, ini semua ulah nenek lampir yg serakah dan sombong, maka baiklah Gei akan membalas nya juga dengan keangkuhan.
    
"Itu terlalu privasi untuk di ucapkan" jawab Gei datar
    
"Tidak ada yg privasi soal keberadaan klan bukan?" sela Castor dengan tatapan rumit.
    
"Geinero" tegur Victory dengan nada tegas penuh wibawa
     
Gei berdesis malas, "Aku dari, ahk tidak aku tidak suka memilih satu klan, jadi aku ini dari semua klan" jawab Gei malas
    
"Bicara yg benar" kini Catna yg menegur.
    
"Ibuku dari klan Angel, sedangkan ayah ku-" Gei terhenti, Revan hampir saja muntah, kenapa tiba-tiba dia jujur begini?
    
"Mungkin dia sudah mati"
    
"Uhuk..uhuk...!" Revan terbatuk usai mendengar kelanjutan dari ucapan Gei,
    
"Kau ingin mati hari ini?" geram Revan yg begitu dongkol dengan gadis tak tau tempat ini.
    
"Apa mungkin itu alasan nya, kau berbicara begitu congkak, karna kau tidak mendapatkan kasih sayang dari seorang ayah?" ucapan Bevania sukses membuat Gei terbungkam, Meina satu-satunya orang yg paling bahagia melihat ekspresi Gei.
     
Mr. Carius sudah berjaga-jaga, bisa-bisa akan hancur acara ini karena emosi Gei, Victory mengepal tangan nya kuat, segera Ranguna menenang kan, dia tak mau ada kericuhan dua klan disini.
     
Sementara Gei, anak itu sudah mengumpat, mengabsen nama-nama  binatang di dalam hutan.
   
"Sudah lama tidak melihat mu" kalimat itu terdengar jelas di telinga Gei, dia diam ternyata bukan karena ucapan dari nenek lampir itu, melainkan karena dia melihat seseorang di sana,
     
Seorang lelaki yg pernah dia sukai, namun kini berbincang hangat dengan seseorang gadis,
     
Calvin, yah anak itu ada di sana, di satu sisi Gei sangat marah karena kejadian saat itu, di sisi lain, hatinya begitu sakit melihat keduanya yg snahat akrab.
    
Pupil Gei berubah menjadi biru, memunculkan aura yg jelas kalau dia sedang marah.
    
Mr. Carius sedikit aneh, segera dia menoleh ke arah dimana Gei menatap kesana, dua orang yg tengah berbincang akrab. "Apa dia berhubungan dengan mereka?" batin Mr. Carius penasaran.
   
"Aku minta maaf, nenek tidak bermaksud berkata begitu" ucap Xavier tiba-tiba
    
"Aku tak yakin dia marah karna itu" Secepat kilat Revan berdiri di hadapan Gei membuat Gei terkejut.
   
"Aku punya ice cream rasa coklat" ujar nya tersenyum cerah
    
"Kau ingin menghalangi jalan ku lagi, aku akan menghabisi nya sekarang" geram Gei dengan sorot mata tajam
   
Revan meneguk ludah nya kasar,
    
"Tidak waktunya nona Aurora" Mr. Carius mengeluarkan bola angin di atas telapak tangan nya.
    
"Baiklah kendalikan emosi mu sekarang"
     
Gei beralih mencoba fokus ke bola angin, matanya mulai mengedip ingin merubah warna pupil nya, namun malah menjadi aneh karena terus berubah-ubah, setelah biru, kembali ke hitam, lalu biru lagi, terus berganti-ganti saat dia berkedip
    
"Aku tidak bisa" balas Gei mengepal tangan nya kuat
    
"Ada apa dengan nya?" tanya Castor
    
"Bertanya nanti saja" balas Mr. Carius terus mencoba mengendalikan bola angin dari cepat dan perlahan melambat.
    
"Aku tidak bisa, aku harus menyelesaikan nya dulu" Gei tidak tahan hendak menepis Revan namun Revan tak beranjak.
    
"Ini bukan perjanjian nya Gei, kau bisa bicara kan nanti dengan Caven"
    
"Aku tidak peduli dia harus-"
    
"Kau ingin melanggar sumpah mu?" tahan Revan membuat Gei terdiam
   
Gei berusaha mengendalikan emosi nya, dia ingat dengan ucapan nya beberapa minggu lalu.
    
"Arghhh...!" Gei mengerang kesal
     
Segera melangkah pergi dengan emosi yg masih meluap-luap
   
Revan hendak mengejar namun tubuh nya berhenti saat tangan nya di cekal oleh seseorang.
    
"Hey santai saja, dia bisa mengatur emosinya sendiri" ucap Reiman tersenyum kecil.
   
"Aku akan memastikan nya-"
    
"Untuk apa, melihat mu malah semakin membuat nya marah nanti" sindir Revan juga pergi ke arah yg berbeda.
    
"Kenapa harus sekarang" lemas Laskar geleng-geleng
    
"Nenek kenapa berkata seperti itu, kenapa harus membawa hal seperti itu, memang apa yg dia lakukan membuat nenek tidak suka padanya" heran Xavier ikut pergi entah ke mana.
    
"Sepertinya ini salah paham"
    
"Kami akan permisi dulu" pamit Victory memotong ucapan Castor dengan tatapan dingin.
    
"Siapa dia!" gumam Mr. Carius mencoba menoleh ke arah sebelum nya namun kedua orang itu sudah tidak ada lagi.
   
"Siapa dia?" tanya Bevania tak suka
    
"Kau memang selalu menilai orang dari klan nya, dia adalah murid ku, tepat nya murid terbaik di Academy Demon" jawab Mr. Carius kesal
    
"Terbaik kedua setelah Xavier?"
    
"Yg terbaik hanya satu orang" Mr. Carius mendengus, "Ayo kita pergi, kalian harus mendapatkan arahan dari Mr. Jo di sana" ajak nya membawa Laskar dan Louis untuk segera pergi.
    
"Tuh kan nenek, kakek selalu membela nya" rengek Meina
    
"Sudah lah nanti nenek bicarakan"
     
Castor masih diam, memperhatikan semuanya mulai pergi, ada perasaan aneh ketika melihat wajah gadis itu, seperti mirip dengan seseorang.
    
"Brughhh...!" tanpa di sengaja Gei yg terburu-buru menabrak seseorang di hadapan nya
    
"Kau bisa berjalan atau tidak?" bentak keduanya serentak
     
Gei terdiam, Caven juga terdiam, yah keduanya sama-sama diam setelah mengatakan kalimat yg sama.
    
"Maaf" sekali lagi keduanga mengucapkan kata yg sama
    
"Kau darimana mau kemana? dimana para pangeran yg lain?" tanya Caven mencoba mencairkan suasana.
   
"Mereka ada di-" Gei hendak menoleh ke belakan namun dia malah menatap seorang pria tinggi di sebelah nya.
     
Yah dia adalah ayah Caven, Aksel Sortus, raja dari klan Vampire.
   
Gei menunduk memberikan hormat dan sapaan sopan.
    
"Kalian saling mengenal?" tanya nya
    
"Dia teman ku, dia juga yg akan menjadi pasangan pangeran Xavier di turnamen nanti"
    
"Wahhh benar kah?" Aksel tersenyum manggut-manggut.
    
"Tahun kemarin pangeran Xavier memang masih nomor satu, dia juga bersama putri Elga dari klan Wolf" ucap nya santai
     
Gei hanya menanggapi nya dengan senyuman kecil.
    
"Sepertinya kau di panggil untuk berkumpul dengan anggota yg lain, aku baru saja mendapatkan pesan dari pangeran Laskar" ujar Caven
    
Gei mengangguk, segera pamit undur diri dengan sopan.
     
Di tempat yg di tentuka mereka semuanya berkumpul, mendengarkan beberapa arahan dari Mr. Jo
    
"Kau sudah baik-baik saja?" tanya Xavier bimbang
    
"Hmmm" balas Gei berdeham
    
"Nanti kita akan menerbangkan lampion, sepertinya itu akan seru, aku melihat ada lampion berwarna hitam, dan tulisan nya putih, jika menerbangkan nya di malam hari, maka hanya terlihat cahaya api dan tulisan nya saja" ucap Xavier tersenyum kecil
     
Gei seketika termangu, "Benarkah? dimana?" tanya Gei
    
"Nanti malam kita akan ke sana"
     
Gei mengangguk antusias, sejenak masalah tadi tiba-tiba sudah hilang dari pikiran nya.
   
Turnamen akan segera di mulai, mereka segera menuju ke arah lapangan, yg sudah di rombak, berbentuk lingkaran layak nya stadium sepak bola dengan banyak kursi yg terbentuk seperti tangga di keliling lapangan.
    
Bedanya, tempat duduk itu sedikit lebih tinggi dari lapangan, jadi penonton tidak akan terkena serangan dari para peserta.
    
Ini adalah turnamen pertama, jadi yg akan menjadi pertandingan awal adalah peserta yg berkelompok.
     
Bukan seperti turnamen yg akan menyerang atau berkelahi dengan bantuan kekuatan elemen, tapi mereka akan melewati banyak rintangan yg butuh kerja sama dari satu tim
     
Mereka bisa menggunakan kekuatan elemen nya di saat-saat tertentu, sepeti menghalangi jalan tim lain, karna itu bukan sebuah kecurangan, melainkan itulah yg menjadi ciri khas dari turnamen berkelompok ini.
   
Revan nampak tegang di sana, dia akan maju bersama Laskar dan Juan dari kelas inti bagian A.
     
Beberapa rintangan yg akan mereka lewati cukup sulit, apalagi ada cairan hijau di beberapa tempat yg sudah menunggu mereka, jika mereka gagal, mereka akan jatuh ke cairan menjijikkan itu.
     
Semua penonton bersorak, sama-sama menyemangati perwakilan dari Academy mereka.
     
Lain hal dengan Gei yg malas duduk di sebelah Xavier, mereka mendapatkan kursi VIP untuk peserta utama.
    
"Menurut mu apa teman mu si Revan itu akan menang?" tanya Xavier
    
"Dia pasti kalah"
    
"Bukan nya menyemangati kenapa malah menjatuhkan teman sendiri?" heran Xavier
  
Gei tersenyum simpul, "Lihat saja ekspresi nya, dia sangat kesal, dan dia akan menunjukkan kekuatan maksimal nya, maka dari itu dia akan menang, aku sudah mengejek nya lebih dulu agar dia marah, lalu dia akan membuktikan kalau dia bisa, dan tak boleh di anggap remeh" balas Gei cekikikan.
    
"Pantas saja" Xavier menggelengkan kepalanya tak habis pikir dengan gadis aneh bin ajaib ini.
    
Sementara keduanya asik berbincang, mungkin lebih dari sepasang mata yg menatap mereka dengan tatapan tak suka.
     
Seperti gadis yg satu ini contoh nya, seorang putri yg sudah mendapat kan gelar nama dari Gei, yaitu ular Anaconda, bersama ibunya si ular medusa.
    

QUEEN IMMORTAL WORLDWhere stories live. Discover now