Bab 41 : Sesuatu yg Berharga

99 11 0
                                    

Keduanya sampai di gerbang, entah bagaimana mereka sampai begitu cepat, meski ini sudah malam hari, Caven tadinya memaksa Gei untuk menutup mata.
     
Gei yg entah terlalu polos dan lugu mau saja menutup mata, hingga beberapa detik setelah itu Gei merasakan tubuh nya di peluk erat, mereka terbang dengan kecepatan tinggi, Gei yg saat itu syok ingin membuka mata namun tak jadi saat tangan Caven membuat kepala nya terbenam di dada pria Vampire itu. Gei merasakan tubuh nya di terpa udara seperti tertusuk-tusuk butiran kecil.
     
Hingga hitungan menit kaki nya merasa melayang di udara, mereka mendarat di permukaan tanah dengan selamat.
    
"Kita sudah sampai" ucap Caven tersenyum
     
Gei tak kunjung melepas pelukan nya, apa mungkin dia terlalu nyaman, tapi nyatanya bukan karna itu, untuk kedua kalinya Gei muntah, mengeluarkan cairan putih sedikit bau, dia mabuk udara.
    
"Kau tidak apa-apa?" cemas Caven mengusap rambut Gei perlahan, Caven hendak meraih wajah Gei namun gadis itu menolak, dia terlalu pusing untuk mendongkak, kalau dia melakukan itu mungkin dia akan tambah mual.

Gei masih diam, kedua tangan nya bergerak sebentar, mencengkram baju Caven, rasa pusing membuat nya hanya bisa diam untuk sejenak, membenamkan wajahnya di dada bidang nan hangat membuat nya tak ingin berpaling walau hanya sedetik saja,

"Ge..Gei kau, kenapa?" tanya Caven

"Hmmz...!" Gei bergerak sedikit, Caven bisa merasakan tubuh nya semakin erat di perlukan seseorang yg kini tengah berdiri di hadapan nya.

Caven hanya diam mematung, namun tangan nya masih setia merangkul Gei dengan erat sembari satu tangan mengusap rambut Gei.
   
"Brugh..!" Gei memukul dada Caven agar menjauh, dia segera sadar "Kau gila, kenapa tidak ijin dulu, kau ingin membunuh ku" gertak Gei dengan wajah pucat.
    
"Maaf aku pikir jika kita tak sampai, kita harus mencari penginapan untuk istirahat, jadi lebih baik kita segera sampai sebelum sangat larut, kau tau kan bagaimana hutan klan Wolf kalau malam hari, itu sangat berbahaya" terang Caven merasa bersalah.
    
"Tapi tidak harus seperti tadi" kesal Gei.
   
"Aku minta maaf" ulang Caven
     
Gei segera mengusap mulut nya dengan sapu tangan yg dia letak di saku tas nya.
    
"Siapa kalian?" suara itu tiba-tiba membuat keduanya kaget
     
Sebuah senter yg terang langsung menyorot ke arah wajah mereka berdua. Membuat keduanya terpaksa menyipit karena silau.

                              ***

    
"Maaf kejadian tadi pangeran" ucap seorang pria yg kini duduk di hadapan keduanya.
    
"Tidak masalah" balas Caven dengan ekspresi dingin
    
"Kalau boleh tau, ada apa gerangan pangeran kemari?" tanya nya, Caven menatap Gei sekilas, dia di beritahu oleh Mr. Carius, mereka harus ke Academy Queensland dan menemui seorang guru yg bernama Mr. Elinor
    
"Aku hanya menemani nya" jawab Caven datar
     
Pria itu menatap Gei dengan tatapan rumit, "Tunggu, bukan kah kau pemenang turnamen yg berpasangan dengan pangeran Xavier?" pekik nya mencoba megingat-ingat
     
Gei mengangguk sekilas, "Aku mencari Mr. Elinor" jawab Gei
    
"Mencari ku?" ucap nya
    
"Aku pikir aku tidak ada janji dengan siapapun hari ini, harus nya besok, kalau tidak salah bersama nona Aurora, itu pun dari Academy Demon juga" papar nya
    
"Itu aku Geinero Aurora" sahut Gei tersenyum kecil
    
"Astaga? benarkah!! ehhh kenapa Si Jo itu tidak mengatakan nama lengkap nya, aku pikir nama nya hanya Aurora" ucap nya dengan senyuman santai.
    
"Oh ya, tunggu sebentar" Pria yg ternyata Mr. Elinor itu beranjak dan membuka lemari, mengambil sebuah map. "Ini dia nona, data yg kau minta" ucap nya menyodorkan map itu ke arah Gei.
    
"Aku tak mengira kalau kau tengah kehilangan saudara mu, setidaknya aku merasa senang bisa membantu mu"
    
"Kehilangan saudara?" pekik Caven menatap Gei cepat
     
Gei masih fokus melihat tiga data-data dengan nama depan yg sama yaitu Silva. Tapi nama belakang nya terlalu aneh.
    
"Kalau boleh aku tau, kenapa kalian berpisah, jika saja karena ada pertengkaran, aku rasa dia tak akan menggunakan nama yg sama nona" tegur Mr. Elinor
     
Gei terdiam, tapi setidaknya bisa saja dia masih menggunakan nama itu, karena dia di bawa pergi oleh ayah nya, kecuali anak itu di tinggal kan di tempat sampah, dan orang lain menemukan nya, maka Gei bersumpah kalau pencarian nya akan sia-sia.
    
"Apa Mr. tau, dimana biasanya tempat orang-orang keturunan half Witch dan Demon?" tanya Gei
    
"Itu bisa di mana-mana saja nona, apalagi tidak ada larangan lagi untuk seseorang yg ingin menikah dengan klan lain dan tinggal di klan manapun"
     
Gei mendesah lemas, "Yg dia pikirkan tadi, dia bisa menemukan ayah nya dulu"
    
"Kau tidak punya petunjuk lain nona?"
    
"Aku hanya tau kalau di pergelangan tangan nya ada tanda lahir berbentuk lingkaran" jawab Gei.
   
"Immortal world sangat luas nona, memang tanda lahir itu sangat spesifik, tapi tak mungkin kau memeriksa semua anak gadis dan melihat pergelangan tangan nya"
     
Ucapan Mr. Elinor seketika membuat semangat Gei hancur. Dia tak akan mau percaya pada siapapun, itu sebab nya dia merubah fakta, kalau dia mencari saudara nya, bahkan Mr. Jo saja tidak tau, yg tau hanya dirinya, dia juga berbohong pada kakek nya, kalau dia sebenarnya hanya ingin menemui seseorang teman nya yg sudah lama hilang dan terbawa ke immortal world, dengan alasan hanya dia lah satu-satunya orang yg Gei sayangi saat di dunia manusia, dan nyatanya Mr. Carius percaya karena Gei memberikan beberapa alasan, katanya teman nya itu dulu sangat aneh, memiliki pupil mata yg berwarna kuning, dan rambut nya juga kadang menjadi kuning.
     
Gei menyimpulkan kalau dia juga seorang kultivator atau penghuni immortal world.
     
Gei ingin menemui nya lagi, dan alasan demi alasan yg sangat kuat membuat Mr. Carius percaya, sudah di bohongi, malah dia juga ikut-ikutan membohongi Mr. Jo, maka semuanya di penuhi dengan kebohongan saja.
     
Tak mau ambil resiko karena Kakek nya adalah mantan raja demon. Bisa saja kakek tua itu tiba-tiba syok dan marah.
    
"Ahk aku ingat, dia punya riwayat penyakit pernafasan, jadi dia kadang-kadang sesak nafas kalau terlalu lelah" ucap Gei lagi.
     
Mr. Elinor terdiam, dia menggelengkan kepalanya, "Tidak terlalu spesifik" ucap nya.
     
Gei ingat, usai dia membaca buku yg ada di perpustakaan, kalau half Kultivator dan Manusia akan memiliki efek cacat di umur 17 tahun, di tandai dengan pernafasan nya yg terganggu, dan elemen nya juga bisa saja merusak tubuh nya karena sangat lemah.

     
Di tempat lain, tempat yg tidak di duga, sosok gadis dengan wajah pucat kini mulai terbatuk dan mengeluarkan beecak darah, secepatnya dia mengusap darah itu karena seseorang tiba-tiba datang.
    
"Kau baik-baik saja EL?" serunya heran
    
"Louji, bisa aku minta tolong, ambilkan air minum" pinta nya menahan sesuatu yg tertahan di dada nya, sesak dan sangat menyakitkan.
    
"Tentu, tunggu sebentar"
     
Pemuda itu segera mengambil kan segelas air putih untuk segera di berikan pada sosok gadis yg terlihat sangat pucat, kini sudah duduk di sofa.
    
"Kau yakin baik-baik saja?"
     
Gadis itu mengangguk perlahan dan menunjukkan senyuman kecil
    
"Aku berikan saran agar tidak lagi terus-terusan bersama mereka, mereka selalu memaksa mu, kau akan seperti ini jadinya"
    
"Aku seperti ini bukan karena mereka Louji, mungkin memang karena aku yg terlalu lemah"
    
"Lelah dan lemas boleh EL, tapi kau tidak lemah, kau gadis kuat, berhenti menjadi orang lain EL, ini bukan dirimu yg ku kenal" ucap sosok yg bernama Louji itu dengan tatapan intens.
     
EL menggelengkan kepalanya dengan lemas, "Entah lah, aku takut, jika seseorang yg di katakan peramal itu belum datang menjemput ku, maka aku akan terus seperti ini, tolong bantu aku mencari nya"
    
"Kau percaya ramalan seperti itu, tidak mungkin, lagi pula apa yg dia katakan mana mungkin ada seorang gadis yg memiliki seluruh elemen di dalam tubuh nya, tidak mungkin EL"
    
"Sadar lah" tergur nya memegang kedua pundak gadis di hadapan nya
    
"Tidak, aku tetap percaya, dan mungkin saja memang dia akan segera datang"
   
"EL, ayolah berhenti mempercayai peramal yg tidak jelas, mereka hanya mau uang mu saja"
    
"Terserah kau saja" pasrah nya segera menyenderkan kepalanya di sandaran kursi.
      
    
"Kami akan langsung pergi saja, maaf sudah merepotkan" ucap Caven segera berpamitan.
     
Gei juga sudah pasrah, semangat nya langsung hilang begitu saja.
    
"Tidak masalah, jika butuh bantuan, datang lah kembali"
      
Keduanya segera berpamitan dan keluar daru Academy Queensland, hanya dalam waktu singkat, mereka ke sana, bahkan tak satupun murid Academy itu tau kalau mereka datang.
      
Gei terduduk di bangku panjang yg ada di sebuah taman dekat air mancur, suasana disini masih sedikit ramai karena ini termasuk pusat kota.
     
Sekitar jam 10 malam, beberapa orang masih berlalu-lalang
     
Lampu taman yg terlihat warna oranye membuat wajah mereka tak nampak jelas dari kejauhan, tidak ada yg curga sedikit pun, karena sering terlihat sepasang kekasih berjalan berdua di sini, karena ini salah satu tempat yg nyaman untuk berjalan-jalan di malam hari.
    
"Minum dulu" tawar Caven menyodorkan satu botol air minum yg baru saja dia ambil dari saku tas Gei
     
Gei menerika nya dan segera meminum nya tanpa banyak bicara, di pikiran nya hanya bagaimana caranya agar secepatnya dia menemukan Silva. Dia hanya tersisa waktu sekitar tiga tahun lagi sebelum Silva akan mati di tangan orang lain, atau dia akan mati dengan sendiri nya karena tidak bia mengendalikan elemen yg terlalu kuat untuk tubuh nya yg lemah.
    
"Kau ingin menceritakan sesuatu, aku berharap mengetahui setidaknya satu hal" Caven membuka obrolan.
    
"Perasaan bisa mengubah sikap seseorang menjadi berbeda kau tau itu?" balas Gei menatap wajah Caven lekat, hanya beberapa menit bisa membuat pemuda di sebelah nya ini menjadi grogi.
   
"Aku tidak percaya kepada siapapun di dunia ini, yg aku bisa lakukan hanya melakukan apa berguna untuk diriku, dan tidak menyakiti orang lain"
    
"Apa maksud mu?" pekik Caven tidak paham.
   
"Jangan percaya pada siapapun, karena hanya kau menyukai seseorang, kau menjadi lebih baik dan perhatian kepada nya, kau sendiri belum tau siapa dia sebenarnya" ucapan Gei langsung membuat Caven terbungkam.
     
Matanya menyorot menatap kedua manik mata Gei yg tiba-tiba berubah menjadi merah, hanya satu detik, kemudian kembali menjadi hitam.
     
Caven cukup terkejut, mulai memperhatikan Gei secara detail, gadis ini terlihat sangat santai, "Apa aku hanya berhalusinasi" gumam Caven
    
"Ada apa?" tanya Gei dengan ekspresi heran
    
"Ahk tidak ada, aku aku hanya"
    
"Sudah ku duga" batin Gei menunduk lemas, dia sangat tidak mengerti bagaimana cara mengendalikan perasaan, dia juga seorang manusia yg bisa menyukai lawan jenis bukan, tapi ini bukan waktunya untuk memikirkan hal seperti itu.
    
"Apa benar seorang Vampire sangat penyendiri?" tanya Gei dengan pandangan lurus ke depan
    
"Kau bertanya seperti itu untuk apa?"
    
"Kau ingin memastikan kalau Calvin itu benar-benar Vampire atau tidak? atau aku ingin memastikan kalau aku dan Calvin itu sama?"
     
Gei mendelik aneh, dia tidak membicarakan Calvin disini, kenapa pangeran Vampire ini membawa-bawa nama Calvin
    
"Kau memiliki sesuatu yg sangat berharga di dalam hidup mu?" pertanyaan kedua membuat lagi dan lagi Caven hanya terbungkam.

QUEEN IMMORTAL WORLDWhere stories live. Discover now