Bab 16 : Kacamata Hitam

103 10 0
                                    

Rina tidak bisa memutuskan banyak hal, untuk membuat emosi putrinya menjadi lebih baik adalah dengan menuruti apa yg di inginkan oleh nya.
     
Jadi karena itu, Gei akhirnya di perbolehkan untuk pergi kembali ke dunia manusia, hanya saja dengan satu syarat, yah Revan akan ikut bersamanya.
   
Gei tidak menolak, kehadiran Revan mungkin saja membantu nya jika dalam masalah nanti nya.
     
Untuk saat ini, mereka sudah tiba di tengah-tengah hutan, ini tepat nya berada di hutan kawasan klan Angel, yg jelas klan Angel memiliki kawasan hutan yg sangat luas, maka dari itu, sangat jarang ada yg datang kemari, dan jika adapun mereka bahkan tidak tau dimana pintu teleportasi itu berada.
     
Revan sudah bersiap berdiri sebelah Gei, Gei sendiri sudah membawa apa saja yg perlu di dalam ransel nya.
     
Seperti saat Gei memasuki immortal world, maka mereka harus menemukan pohon berdaun keemasan, namun tidak semudah yg di kira, mereka harus menunggu malam purnama untuk menemukan nya, dan kebetulan sekali malam itu adalah malam purnama, mereka menunggu sampai gelap, hingga saat bulan bersinar sangat terang, saat itu juga pohon itu bersinar.
    
Gei dan Revan segera berdiri tepat di bawah sinar cerah dari pohon, membuat keduanya di serap dan masuk ke dunia lain.
    
"Bruk....!" keduanya terjatuh dengan keadaan yg tidak menguntungkan, jatuh tengkurap adalah pilihan yg salah.
   
"Ahkk...sakit sekali" ringis Revan segera bangkit,
    
"Ehhh..Gei?"
    
"Astaga kau baik-baik saja?" pekik Revan segera membantu Gei bangkit, ternyata Gei lebih parah, wajah nya tergores hingga berdarah.
  
"Ini bukan masalah besar" tolak Gei dan membiarkan luka nya megering begitu saja.
    
"Apa kita benar-benar sudah sampai di dunia manusia?" tanya Revan
    
"Entah lah tapi-"
    
"Ada pergerakan orang asing" pekik Revan menghentikan ucapan Gei dan menyembunyikan Gei di belakang tubuh nya.
    
"Bagaimana kau bisa tau?"
    
"Aku bisa merasakan nya, kita tinggal mengaktifkan zona persepsi" jawab Revan masih was-was
    
"Apa rasanya seperti mendengar langkah kaki?" tanya Gei
     
Revan mengangguk, "Itu artinya kau sudah bisa mengaktifkan zona persepsi mu" bahas Revan serius
    
Gei manggut-manggut perlahan melangkah dan berdiri di sebelah Timothy, "Bersikap lah seperti biasa" setelah mengatakan itu, Gei mengeluarkan sebuah benda yg tak pernah Revan lihat.
    
Itu adalah sebuah teropong, yah jika manusia super seperti Revan tak perlu menggunakan teropong, cukup aktifkan zona persepsi maka dia akan bisa melihat dengan jelas meskipun dari jarak jauh.
    
"Apa ini?" tanya nya
     
Gei tersenyum, "Jangan banyak nanya, ayo" Gei segera melangkah dengan santai, di susul oleh Revan yg masih kebingungan dengan benda yg di kalungkan di leher nya.
    
"Srekkk...lho astaga?" pekik seseorang terkejut saat mendapati keduanya tengah berjalan dari arah hutan.
    
"Ka..kalian ini!"
    
"Wajah kamu kenapa toh neng?" tanya wanita paruh baya itu terkejut. Dia tengah membawa beberapa kayu bakar yg di ikat dengan tali.
    
"Jatuh tadi bu, kebetulan kita baru aja dari hutan, habis liat-liat hutan nya, kita dari sekolah nih bu, kita ada tugas penelitian di hutan ini, kita nyampenya kemarin, jadi tadi kita cuman mau liat-liat dulu, besok datang lagi" jawab Gei asal.
    
"Ohhh..gitu toh, kalian nginap juga pasti yah"
    
"Yap, bener bu, tapi kayak nya gitu bingung deh, pulang nya dari sana atau dari situ" tunjuk Gei pada dua jalan kecil dengan arah yg berbeda.
   
"Ini jalan ke ladang, kalo jalan pulang yg ini"
    
"Makasih bu"
    
"Sama-sama, kalau begitu saya permisi atuh yah"
    
Gei mengangguk dan membalas dengan senyuman kecil. Usai wanita itu pergi, dia kembali mengajak Revan yg sedari tadi hanya diam saja, namanya juga di larang bicara, makanya dia diam.
    
"Oh iya hp" batin Gei segera mengambil ponsel nya dari dalam tas.
    
"Yesss ada sinyal"
    
"Untung aku ngisi pulsa sebelum aku ke sini, masih ada.. tapi kok aneh yah, kenapa waktu di immortal world, ngk ada sinyal, sama batre nya tahan lama"
   
"Itu apa lagi?" tanya Revan
    
"Kamu diam aja oke" peringat Gei segera menekan tombol panggil pada sebuah kontak.
     
Yah itu adalah bunda nya, beberapa panggilan masuk, sudah menunggu tapi tetap saja tidak ada jawaban,
    
"Klaren" satu nama yg segera teringat oleh Gei.
    
"Halo apa sih, ganggu tidur aku aja, ini hari libur yg aku tunggu tau ngak, harus nya kamu itu jangan ganggu"
    
"Klaren ini aku Gei"
   
"Gluduk...!" suara aneh terdengar membuat Gei terkejut,
     
Di tempat lain Klaren mengusap jidat nya yg terkena lantai, yah dia terjatuh dari kasur.
    
"Yeza ini..ini beneran kamu?"
    
"Klaren aku butuh bantuan kamu, aku janji balas kok, kamu pesenin aku tiket pesawat dua yah"
    
"Tiket pesawat"
    
"Iya, aku mau jenguk bunda" balas Gei cepat.
    
"Yaudah OKE aku bilang sama ayah dulu, kalo di bolehin nanti aku chat, untuk konfirmasi nama kalian"
    
"Makasih yah" Gei segera mematikan sambungan telepon.
     
Revan masih melongo, "Kenapa bicara sendiri?" tanya Revan lagi dan lagi dia kebingungan.
   
"Pangeran Revan sepupu aku yg paling baik, sebaiknya kau diam saja sampai kita tiba di tempat tujuan, jangan bertingkah aneh dan jangan sampai mengeluarkan elemen mu ok"
    
"Baiklah" pasrah Revan lemas
    
"Ayo kita cari tempat istirahat dulu" ajak Gei segera membawa Revan pergi menuju ke arah pemukiman.

                              ***
     
Ini sudah jam dua siang, mereka baru saja mendapatkan tiket dari Klaren, meski lewat ponsel, tapi tetap saja akhirnya mereka bisa sampai di bandara.
    
Sungguh jangan tanyakan Revan lagi, dia sudah melongo dengan kecanggihan di dunia manusia, mereka bahkan sempat melihat kereta api model yg menurut nya sangat keren dan tidak perlu mengeluarkan asap.
     
Revan sudah menyimpulkan, dari sinilah mereka mendapatkan ide untuk membangun benda-benda canggih itu, karena yg sebenarnya, tidak hanya mereka penghuni immortal world yg pernah ke dunia manusia, bahkan mereka tak tau beberapa di sana menyamar hanya untuk mendapatkan ilmu lebih untuk membangun immortal world agar lebih maju lagi.
     
Manusia-manusia seperti mereka lah yg akan menjadi para bangsawan selanjutnya, jika mereka memiliki penemuan baru dan berguna bagi kehidupan, mereka akan di hargai oleh raja dan di berikan kehidupan yg terjamin.
   
"Wah besar sekali" Revan berdecak takjub sambil melangkah bersama Gei di lapangan luas menuju ke pesawat.
     
Masih dalam perasaan kagum, Revan kini sudah duduk di sebelah Gei, mereka duduk tepat di bagian tengah, atau bagian sayap pesawat, Gei juga menjelaskan beberapa hal agar Revan tidak perlu begini dan begitu.
    
"Kita hanya menjemput Klaren, bukan mau bertamasya" heran sang ayah yg melihat putrinya ini bersemangat 45 menggunakan pakaian bagus.
    
"Tapi aku sudah menunggu waktu ini tiba, lagi pula Gei akan bersedih nanti kalau sampai tau bagaimana keadaan ibu nya"
     
Sang ayah tersenyum kecil, "Kita sudah membantu semampu kita sayang, mungkin itu takdir"
     
Klaren mengangguk lalu tersenyum, dia masih bingung harus menjelaskan bagaimana pada Gei
     
Uang yg di simpan oleh Gei mereka gunakan untuk memesan taxi, cukup untuk Revan, biarkan dia bingung sendirian.
     
Hanya satu jam penerbangan, entah mengapa perasaan Gei ingin cepat-cepat melihat ibunya.
    
"Aku baru tau dari ibu, kalau bunda mu, yg sudah merawat mu dari kecil itu sudah pindah ke sini" ucap Revan
     
Selama bercerita kemarin, memang Rina harus merombak ceritanya lagi agar Revan tidak tau kalau selama ini Gei tinggal di dunia manusia, Rina hanya memberi tahu kalau Gei pernah ke dunia manusia di waktu tertentu untuk mengikuti bunda nya.
   
"Sepertinya kau baru sekali kesini?" tanya Gei
     
Revan mengangguk, "Yah benar, dulu nya aku hanya mendengar dari Caven"
    
"Apaaa? Caven pernah kesini juga?"
    
"Jangan salah kira, dia sudah beberapa kali kemari"
    
"Tapi untuk apa dia kemari?"
    
"Katanya dia di tugaskan oleh ayah nya untuk mencari seseorang, tepat nya seseorang itu pengkhianat yg melarikan diri" santai Revan
    
"Apa ayah mu itu tau kalau kau ikut kemari?"
     
Revan mengangkat kedua bahunya, lalu menggeleng, "Mungkin ibu yg akan memberi tahu nanti"
   
"Sudah berapa kali aku katakan jangan panggil ibuku dengan sebutan ibu" entah mengapa Gei tidak suka
     
Berbeda dengan Revan, "Terserah
ku, lagi pula ibu mu itu saudara dari ayah ku, jadi kau sepupu ku, apa salah kalau aku memanggil ibumu dengan sebutan ibu juga?"
    
"Sangat salah, aku tidak suka, ibu ku hanya punya anak satu, yaitu aku, bukan kau"
    
Revan terkekeh, "Kau juga bisa memanggil ibunda ku dengan sebutan ibunda juga"
    
"Di depan mu, kalau di depan semua orang?"
    
"Benar juga" Revan terkekeh baru sadar kalau ibunda nya itu seorang permaisuri nya yg mulia raja, ayah nya sendiri.
   
"Oh ya aku suka sekali dengan kaca mata hitam ini, seperti malam hari saja, semuanya hitam" ucap Revan tersenyum masih menggunakan kaca mata hitam pemberian Gei
     
Gei mendesah lemas, dia tidak tau bagaimana aneh nya si Revan ini, bagaimana dia bisa memiliki sepupu seperti dia.

QUEEN IMMORTAL WORLDWhere stories live. Discover now